Urgensi Dakwah Pemikiran dalam Melawan Moderasi Iman - Tinta Media

Jumat, 14 Januari 2022

Urgensi Dakwah Pemikiran dalam Melawan Moderasi Iman

Urgensi Dakwah Pemikiran dalam Melawan Moderasi Iman

Oleh: Desah Malikah
Pemerhati Masalah Sosial

Tinta Media -- Saat ini banyak orang mengaku telah beriman, tetapi tidak takut melakukan kemaksiatan. Di satu sisi, mereka membutuhkan  pertolongan Tuhan, tetapi di sisi lain, mereka menolak segala aturan kehidupan, kecuali hanya yang mereka inginkan saja.

Apalagi, saat ini sebagian pemain opini kaki tangan Barat telah terang-terangan mengarusutamakan perlawanan terhadap simbol-simbol ketuhanan. Dengan berbagai tipu daya, secara berangsur-angsur, mengendap-endap, dan terus menerus, mereka melakukan pendangkalan keimanan. Ini dikhawatirkan semakin memperburuk keadaan.

Sebenarnya yang paling dirugikan adalah umat Islam. Dengan dangkalnya akidah, menjadi orang munafik akan jauh lebih mudah. Padahal, orang munafik tidak akan pernah masuk jannah, na'uzubillah.

Barat, sejak era modernisasi telah memilih untuk  menyingkirkan Tuhan sebagai tuntutan ideologi sekuler yang telah mereka tetapkan.

Apa yang sebenarnya menjadi akar permasalahan? Mengapa orang yang mengaku bertuhan, tetapi tidak takut melanggar aturan?

Jawabannya adalah karena pengetahuan sebagian umat Islam terhadap Tuhan tidak sampai menyentuh keyakinan. Bagaimana bisa sampai meyakini kebenaran Tuhan, apabila pengetahuannya hanya warisan? Bagaimana dia bisa takut melanggar aturan, apabila keberadaan Tuhan tidak pernah dia buktikan?

Ketika kita tidak bisa membuktikan secara rasional keberadaan Tuhan, maka tidak ada yang namanya benar atau salah. Ini karena hanya Zat yang paling berkuasa sajalah yang berhak menentukan benar dan salah.

Ketika hidup tanpa standar benar dan salah, maka Anda bebas melakukan apa saja yang Anda inginkan. Bahkan, Anda tidak akan percaya manakala seseorang memberitahu bahwa Anda sedang melakukan kesalahan.

Bagaimana mungkin kita bisa melakukan kesalahan ketika tidak ada standar  salah dan benar? Bagaimana ada standar salah dan benar apabila tidak ada Tuhan? Kalaupun ada Tuhan, apakah dia Tuhan penguasa seluruh alam?

Terkait hal itulah, pemahaman yang benar mengenai Thariqul Iman (jalan menuju iman) menemukan titik penting pembahasannya. Dengan menemukan jalan menuju Iman, maka seseorang akan hidup dengan penuh tanggung jawab karena ia punya tujuan.

Bagaimana Memahami Keimanan dengan Jalan yang Benar?

Ketika seseorang menginjak Akil baligh, maka sempurnalah akalnya. Sejak itulah, dia seharusnya mulai serius untuk mengetahui jati dirinya. Dari mana dia dan kehidupan ini berasal, untuk apa dia hidup di dunia, ke mana setelah semuanya tiada? Inilah yang disebut dengan pertanyaan besar kehidupan.

Semua orang normal sangat berminat mengetahui jawaban yang sesungguhnya dari tiga pertanyaan mendasar kehidupan itu. Dia pasti akan berusaha memaksimalkan semua potensi hidupnya untuk mengetahui jawabannya. Hanya orang berkepribadian kacau yang tidak peduli dengan hidupnya.

Ketika dia memikirkan dirinya yang hidup dalam semesta ini, dia akan menemukan bahwa dirinya, alam semesta, dan kehidupan ini terbatas, memiliki kelemahan, dan membutuhkan faktor dari luar agar bisa tetap bertahan. Oleh karena itu, dia menyadari bahwa dirinya adalah sebuah fakta penciptaan. Lalu siapa Sang Pencipta itu?

Pada dasarnya, akal akan tahu bahwa ada sesuatu yang menciptakan dan mengatur semua yang ada di dunia ini. Sang Pencipta haruslah sudah ada sebelum segala hal yang saat ini ada. Maka, pastilah Dia tidak berawal dan tidak berakhir. Bahkan, Dialah awal dari segalanya. Namun demikian, siapakah Dia, dan untuk apa kita dihidupkan di dunia?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sampai kapan pun akal manusia tidak akan mampu. Ini karena akal hanya bisa memikirkan sesuatu yang terindera saja. Oleh karena itu dia butuh informasi yang berasal dari Sang Pencipta. Itulah yang dinamakan dengan risalah atau wahyu yang diturunkan sebagai panduan hidup bagi seluruh manusia.

Sebagai agama dan wahyu terakhir, maka Islam memberikan semua jawaban yang dibutuhkan manusia atas pertanyaan mendasar kehidupan itu, darimana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan akan ke mana setelah kehidupan ini berakhir. Ini semua harus ditemukan dengan cara berpikir dan berdasarkan dalil. Hal inilah yang akan menjamin kita bisa hidup dengan selamat di dunia dan akhirat.

Pembahasan Akidah seperti ini adalah pembahasan Islam sebagai sebuah Ideologi, yaitu akidah akliyyah yang dibangun di atasnya aturan kehidupan.

Upaya pendangkalan akidah yang dilakukan secara massif, terstruktur, dan terkoordinir itu harus dilawan dengan dakwah yang mencerahkan akal manusia, membebaskan manusia dari penghambaan kepada mahluk menuju penghambaan sejati kepada Allah Swt, Sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta.

Apalagi, Barat dan kaki tangannya saat ini lebih menyasar kaum millenial yang  diharapkan menjadi penerus perjuangan umat Islam di akhir zaman untuk mengembalikan kejayaan Islam.

Oleh karena, itu dakwah untuk melindungi generasi muda saat ini haruslah  dakwah untuk mengembalikan kehidupan Islam dengan pemahaman bahwa Islam adalah ideologi. Dakwah pemikiran ini harus dilakukan secara massif, terstruktur, dan terkoordinir dalam sebuah jema'ah dakwah kdeologis untuk menerapkan Islam secara keseluruhan (Kaaffah) dengan cara membangkitkan kesadaran politik dan dilakukan tanpa kekerasan.[]

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :