Tren Adopsi Boneka Arwah, Sensasi Pertaruhkan Akidah - Tinta Media

Senin, 10 Januari 2022

Tren Adopsi Boneka Arwah, Sensasi Pertaruhkan Akidah

Tren Adopsi Boneka Arwah, Sensasi Pertaruhkan Akidah

Oleh: Yeni Purnamasari, S.T
(Muslimah Peduli Generasi)

Tinta Media -- Akhir-akhir ini, jagat raya sedang dihebohkan dengan tren hobi baru yang tak biasa. Bukan lagi koleksi tanaman hias, memelihara kucing, dan semisalnya, tetapi tren yang terbilang aneh, yaitu mengadopsi boneka arwah atau spirit doll. Mereka percaya seolah akan mendapat keberuntungan, merasa dilindungi, dan memiliki teman untuk berbagi cerita. Tidak peduli dengan berbagai komentar miring dari orang-orang sekitar, yang penting merasa puas dan happy.

Ditambah lagi bukan hanya mengadopsi, tetapi tak segan memperlakukan boneka tersebut layaknya bayi manusia. Mereka juga memberi makan, memandikannya, dan membelikan pakaian maupun memanjakannya. Padahal, boneka adalah benda mati yang tidak akan tumbuh dan berkembang, sebagaimana yang sedang viral di kalangan selebriti.

Salah satunya adalah Ivan Gunawan yang baru-baru ini mengumumkan dan memublikasikan dua boneka bayi yang dianggap anaknya. Boneka itu diberi nama Miracle dan Marvel. Anehnya, bahkan Ivan merasa kesal jika ada orang yang menyebut anaknya adalah boneka.

Hal ini ditanggapi oleh Psikolog ‪Stephani Raihana Hamdan, bahwa perilaku tersebut dapat didorong oleh keinginan merawat seseorang atau sesuatu. Namun sangat disayangkan, perilaku ini termasuk kesia-siaan. Lebih baik memanfaatkan waktu ke hal positif, mengadopsi anak sungguhan agar dapat tumbuh menjadi manusia yang berguna (cnnindonesia.com, 02/01/2022).

Sebelumnya diketahui, bahwa tren boneka arwah berasal dari negara Thailand yang bermula pada 2016 lalu. Menurut Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Muhammad Cholil Nafis, jika memelihara arwah dalam boneka tentu hukumnya tidak boleh. Berteman dengan jin adalah dosa syirik (detiknews.com, 03/01/2022).

Kemunculan fenomena mengadopsi boneka arwah ini sungguh menghawatirkan. Bukan hanya virus saja yang dapat menyebar, tren ini pun mudah menjangkiti semua kalangan. Belum lagi harga boneka tersebut cukup fantastis. Jika terus dibiarkan, akibatnya masyarakat akan mengikutinya tanpa memfilter terlebih dahulu, apakah mengandung manfaat atau mudarat setelahnya. Bahayanya lagi, akan tercipta individu-individu yang tidak menginginkan keturunan dan lebih memilih mengurus boneka.

Sebenarnya hukum Islam membolehkan anak perempuan memiliki boneka untuk bermain, dengan tujuan agar mendidik mereka tumbuh menjadi anak penyayang.

Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Aisyah ra berkata:
“Aku dahulu pernah bermain boneka di sisi Rasulullah saw. Aku juga memiliki beberapa sahabat yang kadangkala bermain bersamaku. Pada saat Rasulullah saw. masuk ke dalam rumah, mereka bersembunyi dari beliau. Ketika beliau memberikan mainan itu satu per satu padaku, mereka pun kembali bermain bersamaku.” (HR. Bukhari no. 6130).

Diketahui, pada praktiknya sebuah ritual disematkan untuk memasukkan jin pada tubuh boneka. Tentunya dengan membayar sejumlah mahar kepada dukun sebagai tanda terima kasih. Selain itu, boneka tersebut diyakini bisa menjadikan orang yang merawatnya akan memperoleh keberuntungan dan menyelamatkannya dari bahaya. Jelas hukumnya haram dan menjerumuskan pemiliknya pada kesyirikan.

Allah berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 48,
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena menyekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) selain (syirik) itu bagi siapa pun yang Dia kehendaki. Siapa saja mempersekutukan Allah maka dia telah melakukan dosa besar."

Faktanya, memang adanya ketidakwajaran memberi makanan, pakaian pada boneka. Ini tergolong mubazir. Jelas ini adalah dorongan dari sifat konsumtif dan ingin menyalurkan kebebasan berekspresi.

Sistem demokrasi sekuler dan liberal telah melahirkan perilaku-perilaku tidak wajar yang menjebak masyarakat jauh dari ajaran agamanya, mulai dari terkikis akidahnya, kemudian syirik hingga ke arah kemurtadan.

Meskipun begitu, masyarakat yang didominasi muslim menganggap tren boneka arwah ini tidak ada masalah dan sah-sah saja. Selain untuk mengembangkan bisnis industri, lalu dimanfaatkan segelintir orang untuk menjalankan misinya dengan mudah.

Dibalik slogannya yang manis, ternyata ada maksud terselubung. Diam-diam ada yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, sekaligus perlahan merusak akidah umat. Tanpa disadari, selangkah demi selangkah umat telah terjerat ke dalam cengkeraman para penjajah kafir. Terlebih, ada upaya membatasi pengkajian Islam kaffah sebagai upaya pendangkalan dan pengaburan terhadap akidah Islam.

Pemerintah seolah acuh dengan permasalahan yang menimpa negeri ini. Harusnya, pemerintah mempunyai tanggung jawab memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Wajar saja jika segolongan orang berperilaku aneh. Di samping sensasi untuk menaikkan popularitas, juga mengokohkan sekularisasi. Pemahaman agama dipisahkan dari kehidupan. Bahkan, muncul istilah islamophobia, tidak lain buah dari sistem yang terus dipijakkan sesuai hawa nafsu semata, memberikan kebebasan setiap individu mempermainkan akidahnya.

Dengan demikian, sistem Islamlah yang layak tegak di tengah-tengah masyarakat saat ini. Islam mampu melindungi hak-hak masyarakat dan menjamin kemurnian akidah, seperti melakukan pembinaan agar kembali pada ajaran Islam sesungguhnya. Tentunya dengan memengaruhi akal dan perasaan mereka agar pemahaman akidah Islam tertancap kuat dalam jiwa mereka. Umat Islam harus selalu memperhatikan hukum syariat dalam berbagai kondisi, termasuk mengikuti tren apa pun. Namun, jika sampai murtad dan tidak mau bertobat, maka sanksi yang diberikan adalah hukuman mati.

Sebagaimana Rasulullah saw.,
"Siapa yang keluar dari agamanya (murtad) maka bunuhlah" (HR. Al-Bukhari, An-Nasai, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Sudah saatnya negara kembali pada penerapan aturan Islam secara total. Dengan begitu, akidah umat akan dilindungi dari penyimpangan. Ini karena Islam sempurna dalam menetapkan penjagaan akidah yang merupakan tanggung jawab seluruh kaum muslimin. Tanggung jawab dapat dimulai dari diri sendiri, masyarakat, kemudian negara yang mempunyai andil penuh. Ini bertujuan untuk memancarkan syariah Islam yang mulia demi membentuk perilaku umat Islam dan para penguasa yang bertakwa, serta adil dalam memimpin umat manusia. Dengan begitu, Allah akan mencurahkan rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu'alam

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :