Teguran Yang Kuasa Lewat Bencana - Tinta Media

Rabu, 12 Januari 2022

Teguran Yang Kuasa Lewat Bencana

Teguran Yang Kuasa Lewat Bencana

Oleh: Nur Salamah

Tinta Media -- Bahagia dan pilu, itulah yang saya rasakan menjelang pergantian tahun. Bahagia karena hujan mengguyur Batam menjelang  pergantian tahun. Secara otomatis, tidak ada yang keluar rumah untuk merayakan tahun baru. Begitulah kira-kira Allah menghentikan kemaksiatan dengan cara yang dikehendaki. Pilu, karena menyaksikan penderitaan yang dialami saudara kita akibat bencana banjir yang menenggelamkan beberapa pemukiman di Batam. Tidak ada suatu zat yang dapat menghalangi ketika Allah menghendaki.

Beberapa pemukiman, baik perumahan maupun ruli (rumah liar) di daerah Genta juga terendam air. Beberapa komunitas langsung aktif bergerak untuk memberikan bantuan. Tak sempat berpikir untuk bersenang-senang atau mencari kebahagiaan, seperti jalan-jalan, tiup terompet maupun bakar-bakar, mereka yang kena musibah sibuk untuk beberes rumahnya yang terendam air.

Ya, hujan maupun banjir merupakan sebuah fenomena alam yang bisa terjadi kapan saja. Manusia biasa yang sifatnya lemah dan terbatas, tidak mengetahui apa rencana dan kehendak Allah Swt. yang berkuasa atas segala sesuatunya. Alam semesta beserta isinya ada dalam genggaman-Nya.

Kalau tidak salah ingat, dua tahun berturut-turut sejak tahun lalu, setiap menjelang pergantian tahun, hujan mengguyur bumi, termasuk kota Batam. Sebagai orang yang beriman, ketika hujan turun, kita dianjurkan untuk berdoa. Demikian juga dengan banjir yang terjadi. Ini bisa jadi sebuah teguran   yang langsung dari Allah, mengingatkan manusia agar tidak merayakan malam tahun baru. Kita tahu, bahwa malam tahun baru Masehi merupakan aktivitas dan kebiasaan orang-orang kafir. Maka, bagi seorang muslim, haram hukumnya mengikuti atau ikut merayakan tahun baru.

Terkadang manusia ini cenderung lalai, ketika diingatkan cenderung ngeyel. Tidak dimungkiri, seperti sebelum-sebelumnya, bahwa yang merayakan tahun baru (jalan-jalan, ke alun-alun tiup terompet, bakar-bakar dengan anggota keluarga, nginap di pantai, dan lain sebagainya) sebagian besar adalah muslim.

Banyak yang mengaku sebagai muslim, tetapi dalam tiap aktivitasnya jauh dari nilai-nilai keislaman. Wajar, itu tak lepas dari sistem sekuler yang dipaksakan di negeri kita ini. Jadi, masyarakatnya cenderung latah, suka ikut-ikutan. Sedikit sekali yang memahami di mana halal, di mana haram.

Jika kita perhatikan, bukan hanya di Batam saja, bahkan sepanjang tahun 2021, bencana bertubi-tubi menyelimuti negeri kita yang tercinta ini, mulai banjir, tanah longsor, gunung meletus dan lain sebagainya. Sebagai orang yang beriman, tentu kita harus bersikap sabar dan ikhlas ketika mengahadapi musibah karena itu bagian dari ketetapan-Nya.

Namun, ada hal lain yang harus menjadi muhasabah kita bersama, baik individu, masyarakat, maupun negara. Memang setiap sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah, tetapi ada hukum kausalitas yang tak bisa diabaikan.

Jika kita perhatikan, penguasa kita saat ini cenderung abai terhadap urusan rakyatnya. Setelah ada kejadian atau musibah, baru kalang kabut. Sepertinya, mereka tidak mengambil pelajaran dari setiap kejadian. Tak heran, ini karena sekuler kapitalisme yang diadopsi. Mereka bertindak bukan untuk rakyat, tetapi untuk para korporat.

Bukankah seharusnya dengan adanya satu kejadian, pemerintah segera bertindak cepat dan tepat? Hendaknya pemerintah mencari solusi dan langkah antisipasi, sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali, termasuk membenahi sistem mitigasi pendeteksi bencana. Itu harus menjadi prioritas.

Bukan hanya kelalaian, berbagai bentuk kezaliman, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan penguasa saat ini, disadari atau tidak merupakan kemaksiatan secara sistemik. Itu semua bisa mengundang murka Allah berupa bencana alam. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat Ar-Rum ayat 41, yang artinya:

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".

Semoga ada banyak hikmah dan kebaikan atas musibah yang menimpa saudara-saudara kita. Semoga kejadian itu mengantarkan pada kesadaran dan menuju ketaatan yang sebenar-benarnya. Aamiin ya Rabbal alamin.

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :