PTM 100% di tengah Pandemi, Pertaruhan Nyawa Generasi - Tinta Media

Sabtu, 15 Januari 2022

PTM 100% di tengah Pandemi, Pertaruhan Nyawa Generasi

PTM 100% di tengah Pandemi, Pertaruhan Nyawa Generasi

Oleh: Thaqqiyuna Dewi, S.I.Kom

Tinta Media -- Pemerintah Kabupaten Bandung akan segera melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen pada awal Februari 2022. Ini dilakukan jika Progran Vaksinasi sudah mencapai 80 persen bagi siswa, tenaga pendidik, dan masyarakat umum. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pendidikan H.Ruli Hadiana di sela-sela pelaksanaan Vaksinasi Merdeka, Jumat (7/01/2022) di Dome Bale Rame Soreang.

"Sekarang ini kita mengerahkan vaksinasi bagi para siswa usia 6 hingga 11 tahun dalam rangka memperlancar rencana PTM 100 persen," tuturnya.

Setelah vaksinasi, imunitas (herd immunity) anak akan meningkat sehingga memungkinkan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka walaupun tetap menjaga prokes dan pengawasan dari para tenaga pendidik.(portalbandungtimur.pikiranrakyat.com)

Seperti kita ketahui bahwa vaksin tidak bisa mencegah penularan Covid -19, tetapi hanya menciptakan herd immunity atau kekebalan kelompok saja. Inilah konsep yang saat ini digunakan dalam sistem kapitalisme untuk penanggulangan wabah Covid-19 yang sedang menyerang dunia hingga saat ini.

Konsep ini membiarkan wabah menyebar sekitar 70 persen populasi, dan membiarkan manusia dalam serangan kuman yang berbahaya. Ini artinya, ada jutaan jiwa yang akan dipertaruhkan kesehatan dan keselamatan jiwanya. Maka, alih-alih mengatasi persoalan pendidikan, PTM 100 persen ini justru akan menimbulkan kegelisahan dan akan memperpanjang penderitaan, serta dapat membuat wabah semakin meluas dan tidak terkendali. Salah satu yang akan dipertaruhkan adalah keselamatan anak-anak yang cukup rentan terhadap serangan virus. Ini berarti mempertaruhkan generasi kita yang akan datang.

Program vaksinasi menuju terbentuknya herd immunity merupakan program global. Apa yang akan ditimbulkan sebagai akibat negatif dari -herd immunity_ menunjukkan kegagalan kapitalisme sebagai kepemimpinan global saat ini dalam mengatasi pandemi.

Hal ini dikarenakan saat awal pandemi, sistem ini hanya memperhatikan penanggulangan efek pandemi berupa krisis ekonomi dan resesi sebagai fokus utama, sehingga tidak melihat adanya kerugian kesehatan, bahkan nyawa manusia. Solusi "Lockdown" tidak diambil dengan alasan menyelamatkan ekonomi.

Terlebih, kapitalisme menjadikan negara berlepas tangan dari tanggung jawabnya memelihara urusan rakyat, sehingga menyerahkan berbagai urusan penting seperti kesehatan kepada sektor swasta sebagai perwakilannya. Berharap pada sistem ini hanya akan semakin memperpanjang nyawa pandemi.

Berbeda dengan sistem Islam yang akan membawa kesejahteraan bagi dunia, bukan hanya dari hasil sistem ekonomi semata, tetapi juga sistem kesehatan, pendidikan, hukum, politik, serta budaya dan sosial. Penerapannya yang secara menyeluruh merupakan kunci bagi penanganan wabah yang menjadi persoalan dunia saat ini.

Islam memandang bahwa nyawa manusia harus dinomorsatukan. Rasulullah saw. bersabda, yang artinya:

"Hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR an-Nasa'i dan at-Tirmidzi)

Melalui konsep ri'ayah yang menjadikan penguasa sebagai pemelihara dan penjaga rakyat, Islam menjadikan nyawa manusia harus lebih diutamakan melebihi ekonomi, pariwisata ataupun pendidikan. Ini karena menjaga nyawa merupakan salah satu tujuan syariah yang wajib diwujudkan oleh negara. Oleh karena itu, jika terjadi wabah, maka fokus negara adalah menyelamatkan nyawa rakyat tanpa peduli kerugian ekonomi, sehingga target untuk menyelesaikan wabah sesegera mungkin terealisasi.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw. yang artinya:

"Apabila kamu mendengarkan wabah di suatu wilayah, maka janganlah memasuki wilayah itu. Dan apabila kamu ada di suatu wilayah dan terjadi wabah di wilayah itu, maka janganlah keluar darinya." (HR. Muslim)

Konsep dalam hadis tersebut adalah kunci dalam penanggulangan wabah dunia saat ini. Isolasi ini akan efektif jika dijalankan oleh negara. Saat terjadi isolasi, rakyat tidak dapat mencari nafkah dan pada gilirannya akan berdampak pada kelaparan, bahkan kematian. Oleh karena itu, saat isolasi dilakukan, kebutuhan rakyat akan ditanggung oleh negara.

Negara tidak berlepas tangan seperti saat ini. Jika negara berlepas tangan, maka rakyat akan lebih mendahulukan kebutuhannya, walaupun harus berkorban nyawanya sendiri. Terbukti adanya slogan saat ini "Lebih baik mati karena corona daripada mati kelaparan."

Selain itu, negara melakukan upaya-upaya penyembuhan bagi rakyat yang terkena wabah dan sudah diisolasi. Berbagai upaya akan dilakukan, mulai dari pengobatan serta penelitian-penelitian para ahli (ilmuwan) dalam menemukan obat ataupun vaksin yang halal dan thayib, setelah sebelumnya melakukan reaksi cepat dalam Test, Tracing dan Treatment (3T), sehingga mencegah penyebaran virus yang lebih luas lagi.

Dengan kekokohan sistem politik dan ekonomi yang independen karena dilandaskan pada ideologi Islam, negara akan mampu menyelesaikan masalah pandemi ini.

Wallahu'alam bishawab

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :