Layakkah Kita Menjadi Ath-Tha’ifah Al-Manshurah? - Tinta Media

Sabtu, 08 Januari 2022

Layakkah Kita Menjadi Ath-Tha’ifah Al-Manshurah?

Layakkah Kita Menjadi Ath-Tha’ifah Al-Manshurah?

Oleh: Ahsani Annajma
(Pegiat Literasi dan Penulis)

Tinta Media -- Tekanan demi tekanan terhadap upaya kaum muslimin untuk bangkit dan menegakkan agamanya senantiasa terjadi. Oleh karenanya, di setiap zaman selalu ada satu jemaah dari kaum muslimin yang berjuang habis-habisan untuk membela dan menegakkan agama. Merekalah kelompok yang mendapatkan nashrullah.

Hari ini, kita harus menyaksikan parade kondisi dunia Islam yang masih menyesakkan dada dan mengundang duka. Selama tahun 2021, kondisinya tak ada yang jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Refleksi Kondisi Umat Islam

Dunia Islam masih penuh dengan pergolakan, konflik, penindasan, dan kezaliman di mana-mana. Mulai dari kasus Palestina yang hingga saat ini masih mengundang sejuta tanya, jutaan umat Islam diusir dari tanahnya sendiri, bahkan banyak di antara mereka yang dibantai dan dibunuh oleh zionis Yahudi.

Pencaplokan wilayah Turkisan Timur yang saat ini disebut wilayah Xinjiang oleh Komunis China, berdampak pada muslim di Uighur. Beberapa kebijakan yang diberlakukan adalah melarang segala bentuk ekspresi Islam. Mereka memaksa muslim Uighur secara terang-terangan untuk mencela keimanan mereka, dan bersumpah setia kepada negara komunis. Penyiksaan sampai pembunuhan tragis di Uighur merupakan pembersihan etnis terbesar di dunia.

Sejarah pun menjadi saksi, bahwa kejahatan genosida yang sejenis ini bukan pertama kali, tetapi telah terjadi dari waktu ke waktu di berbagai belahan bumi. Ketika umat Islam di Indonesia diadu domba untuk saling curiga, dan menuduh saudaranya dengan alasan ekstrim, radikal, dan intoleran, sepertinya kita juga perlu belajar sejarah lagi, tentang siapa yang sebenarnya tidak toleran.

Berikutnya, pergolakan yang sudah berlangsung lama di Suriah, memiliki kekhasan tersendiri. Rakyatnya bukan hanya menuntut ditumbangkannya rezim Bashar Al-Assad, tetapi juga menginginkan berdirinya pemerintahan Islam. Hal ini yang akhirnya membuat Amerika Serikat (AS) dan negara-negara sekitar Suriah, seperti negara-negara Teluk, Saudi, Turki, dsb. merasa ketakutan akan berdirinya sistem pemerintahan Islam.

Maka tak heran, AS melakukan intervensi langsung, termasuk membiarkan pembantaian dan pembunuhan yang dilakukan oleh Rusia terhadap umat Islam, sehingga mereka menciptakan opini buruk dan jahat dengan mengaitkan isu yang berkembang di Indonesia bahwa Indonesia akan “disuriahkan”.

Catatan yang tak kalah memilukan di tahun 2021 adalah, menguatnya arus normalisasi di berbagai negeri muslim, seperti Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Maroko, Yordania, ataupun Sudan mengikuti jejak Turki yang ternyata telah lama berhubungan dengan penjajah Yahudi. Arab Saudi yang sudah dikendalikan Inggris dan AS pun menjadi negara sponsor hubungan normalisasi.

Dibukanya kedutaan UEA di Israel menunjukkan hubungan erat di antara keduanya. (Beritasatu.com,14/7/21). Sesungguhnya, kejahatan terbesar dari normalisasi yang telah dilakukan penguasa Arab adalah pengakuan terhadap entitas pejajah Yahudi. Hal ini merupakan pengkhianatan terhadap umat Islam.

Fanatisme Golongan

Di tengah keterpurukan dan ketertindasan semakin mendera, kaum muslimin pun mencoba bangkit. Ironisnya, mereka pun kemudian terpecah dalam sekian kelompok, organisasi, dan partai-partai. Masing-masing mengklaim bahwa dirinyalah yang paling benar.

Ketika seharusnya kaum muslimin berjamaah dalam satu komando dan bangkit melawan ketertindasan tersebut, mereka justru tenggelam dalam fanatisme golongan. Persaudaraan dan permusuhan mereka pun tidak lagi diletakkan di atas kaidah Al-Wala’ wal Bara’ (kecintaan dan kebencian), melainkan berdasarkan hawa nafsu masing masing.

Umat Islam sangat mudah terpecah belah hanya karena egoisme, serta berbagai bentuk fanatisme batil yang dibangun dan dipaksakan kepada para pengikut partai dan kelompok-kelompok tersebut. Akibatnya, umat Islam yang tersisa pun mengalami traumatisme terhadap semua jemaah karena dianggap bersalah pada umat Islam, sekali pun kelompok tersebut berada di jalan kebenaran. Mereka meragukan keikhlasan setiap jemaah yang terlibat dalam perjuangan Islam. Akhirnya, mereka pun meninggalkan syariat berjemaah.

Sikap dan sifat trauma untuk berjemaah seperti ini bertentangan dengan Islam, sebagaimana tertera dalam sabda Rasulullah,

“Akan senantiasa ada di antara umatku suatu kelompok yang tampil membela kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menelantarkan (tidak menolong) mereka sehingga datang ketetapan Allah, sedang mereka tetap dalam keadaan demikian.” (HR. Muslim).

Hadis ini menunjukan syariat untuk berjemaah/berkelompok, bukan individu/perorangan, yang akan berjuang untuk membela Al-Haq (Islam). Dengan kata lain, gugurlah keraguan mereka yang sampai hari ini masih antipati untuk hidup berjemaah, dan tidak mau menjalankan syariat untuk berjemaah.

Penentu Kemenangan

Ada hal yang perlu kita ingat, bahwa pertolongan Allah itu mahal dan tidak diberikan kepada sembarang orang. Ia hanya diberikan kepada kelompok tertentu yang memiliki sifat khusus. Kelompok ini bukan sembarang kelompok. Siapakah mereka? Mereka adalah kelompok yang dibentuk dan dibina oleh Allah sendiri, agar layak berkuasa di bumi dan berhak mengemban amanah penegakan agama di seluruh dunia. Itulah Ath-Thaifah Al-Manshurah (Kelompok Pemenang). Kelompok inilah yang dimaksud Rasulullah dalam sabdanya.

Kelompok pemenang ini senantiasa berpegang pada kebenaran dan tidak pernah mengandalkan jumlahnya yang banyak. Mereka merupakan kelompok minoritas. Kelompok minoritas ini meraih kemenangan karena berpegang teguh pada agama ini. Oleh karena itu, Allah memuliakan mereka. Dalam Riwayat Ibnu Hisyam, pada saat Rasulullah dan para sahabat terlibat perang Mu’tah, jumlah kaum kafir 200.000 orang, sementara kaum muslimin hanya berjumlah 3.000 orang.

Abdullah bin Rawahah berkata,

“Kita tidak memerangi musuh dengan senjata, kekuatan dan pasukan besar. Kita tidak memerangi mereka kecuali dengan agama ini, yang dengan itulah Allah memuliakan kita.”

Lihatlah, setiap kali peperangan yang dilakukan oleh kaum muslimin melawan musuh. Jumlah tentara muslim dan senjata mereka jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tentara dan senjata musuh. Dalam perang Uhud, bahkan dikisahkan kaum muslimin hanya memiliki dua ekor kuda dan naiknya pun bergantian. Namun, kita dapat megambil hikmah dari setiap peperangan, bahwa jumlah tidak berpengaruh. Yang terpenting, kelompok yang bertarung dengan musuh harus memiliki niat yang lurus.

Sesungguhnya, sunatullah itu tidak dikhususkan kepada sembarang orang. Kemenangan dan kekalahan ada sebab-sebabnya. Jika jemaah dakwah yang lurus ini mengingingkan kemenangan dalam menghadapi musuh-musuhnya, maka ia harus menyiapkan sebab-sebab kemenangan, sebagaimana yang dilakukan generasi para sahabat dan tabi’in.

Di dalam banyak kitab sirah, diriwayatkan bahwa musuh mana pun tidak akan sanggup bertahan lama menghadapi para sahabat Rasulullah saw., bahkan Kaisar Heraklius sekali pun. Ketika berada di Antakiah dan pasukan Romawi pulang dalam keadaan kalah, Heraklius terheran-heran. Ia menanyakan, siapa yang lebih banyak pasukannya. Ternyata pasukan Romawi jumlahnya lebih banyak beberapa kali lipat dari kaum muslimin. Akan tetapi, mengapa bisa terkalahkan? Di dalam hatinya bergumam.

Kemudian salah satu tokoh Romawi mengatakan, bahwa kaum muslimin melakukan salat malam, berpuasa di siang hari, menepati janji, melakukan amar makruf nahi mungkar, dan berlaku adil kepada sesama mereka. Sebaliknya, kita pasukan Romawi suka minum khamr, berzina, melakukan keharaman, ingkar janji, merampok, menzalimi orang, memerintahkan hal-hal haram, dan melarang hal-hal yang diridai Allah, serta membuat kerusakan di muka bumi.

Inilah yang ia jelaskan kepada Heraklius. Ia meringkas sebab-sebab pembawa kemenangan dan sebab-sebab pembawa kekalahan. Pasukan Islam membawa semua sebab kemenangan, sedang pasukan Romawi membawa semua sebab kekalahan.

Sesungguhnya, Islam menghendaki seseorang memberikan apa saja yang ia miliki demi agamanya. Ia mendermakan kehidupannya, waktunya, hartanya, tenaganya, serta jiwanya. Kita tentu tahu, bahwa jual-beli dengan Allah dengan maksud sesungguhnya, tidak akan merugikan kita sampai kapan pun. Allah berkehendak menolong, apabila kita juga mau menolong agama-Nya. Bukan berarti agama ini lemah dan meminta untuk ditolong, tetapi Allah ingin melihat siapakah hamba- hamba-Nya yang mau berjuang untuk agama-Nya, walau Sunatullah kemenangan itu pasti Allah berikan.

Setiap pengemban dakwah, seharusnya bertanya pada dirinya setiap waktu, berapa malam yang kita habiskan untuk memikirkan perjuangan Islam secara umum atau di kota dan lingkungan rumahnya secara khusus? Sudah berapa orang yang diberi hidayah oleh Allah melalui dakwah dari dirinya dalam sepekan ini? Apakah kita sudah berusaha mengayunkan langkah kaki kita untuk memahami Islam sekaligus mengamalkannya untuk Islam? Sudah berapa banyak infak, sedekah di jalan Allah yang kita keluarkan dalam sepekan ini?

Sudah berapa kali kita memikirkan strategi untuk mengalahkan musuh-musuh Islam? Sudah berapa kali kita mengunjungi saudara-saudara kita yang sakit dan memberikan bantuan kepada mereka? Sudah berapa kali kita bereaksi untuk membela hukum-hukum Allah serta kehormatan kaum muslimin? Jika jawabannya masih sedikit yang kita penuhi dari pertanyaan-pertanyaan di atas, sudahkah kita layak menjadi golongan dari orang-orang yang akan mendapatkan nashrullah itu?

Demikian seterusnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengintrospeksi diri kita pribadi, juga secara jemaah, dari waktu ke waktu. Hal ini untuk mempertanyakan kejujuran, sejauh mana ketidakoptimalan dan kelalaian kita dalam memenuhi hak Allah, lalu segera bangkit dan bertaubat sebelum Allah tidak akan memberikan kesempatan lagi kepada kita untuk terlibat dalam perjuangan mulia dan tergabung dalam suatu barisan dakwah di jalan-Nya. Hadanallah waiyyakum ajma’in.

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :