KH. Hafidz Abdurrahman M.A
Tinta Media -- Imam az-Zuhri (w. 124 H/741 M), rahimahullah berkata
« إِنْ هَذَا الْعِلْم أَنْ أَخَذَتهُ بِالْمُكَاثَرَة غَلَبَك وَلَم تَظْفَر مِنْهُ بِشَيْءٍ ! ؛ وَلَكِن خُذْه مَعَ الْأَيَّامِ وَاللَّيَالِي أَخْذًا رَفِيقًا تَظْفَر بِه! »
"Sesungguhnya ilmu ini (tsaqafah Islam), ketika kamu ambil (dapat) dengan banyak-banyakan, maka ia akan mengalahkanmu, dan kamu tidak akan meraih kemenangan sedikit pun darinya!
Tapi, ambillah ilmu itu dengan hari-hari dan malamnya dengan cara membersamainya (dengan penuh kelembutan), maka kamu akan menang." (Abu Nu'aim, Hilyatu al-Auliya', Juz III/364)
Karena itu, ilmu harus dijadikan sebagai bagian dari kehidupan kita, seperti siang dan malam. Terus membersamai dan kita bersamai dengan lemah lembut, agar ia tidak lari
Maka, para ulama mempunyai cara untuk merawat ilmunya. Dengan cara mengamalkannya, dalam bentuk perbuatan. Dengan cara menginfakkannya, yaitu mengajarkannya. Dengan cara mendokumentasikannya, melalui tulisan. Itulah cara mereka
Suatu hari ada yang bertanya, mengapa ada orang-orang hebat, ilmunya seolah tak membekas, baik dalam lisan maupun perbuatannya? Saya jawab, "Karena ilmu itu cahaya. Nur yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Mudah bagi Allah memberi dan mengambil kembali cahaya-Nya."
Maka, selain upaya menjaga ilmu dengan mengamalkan, menulis dan mengajarkan, juga ada upaya lain, menjaga ketaatan. Ibn 'Abbas, misalnya, tidak pernah putus shalat malam dan Dhuhanya
Itulah rahasia pencari ilmu. Semoga Allah menganugerahkan ilmu yang bermanfaat kepada kita semua
اللهم ارزقنا علما نافعا، وعملا متقبلا. اللهم انفعنا بما علمتنا وعلمنا ما ينفعنا وزدنا علما..