Tinta Media -- Sebagai seorang Muslim yang pernah mengaji, Ketua LBH Pelita Umat Chandra Purna Irawan sering mendengar hadits, jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran di depan penguasa zalim.
"Sebagai seorang muslim yang mengaji, saya sering mendengar ustaz menyampaikan hadits 'Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.' Dan hadist 'Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan orang yang melawan penguasa, ia melarang dan memerintah, namun akhirnya ia mati terbunuh'," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (01/12/2021).
Menurutnya, ulama yang berani menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa banyak diabadikan dalam berbagai literatur. "Keberanian ulama menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa, banyak ditulis dan diabadikan dalam berbagai literatur. Dalam literatur sejarah kita sering juga mendengar ulama yang berani memotivasi rakyat dan mengangkat senjata melawan Pemerintah Hindia Belanda, tak sedikit diantara mereka dibunuh, dipenjara dan difitnah dengan berbagai tuduhan," bebernya.
Ia juga menegaskan, hampir di seluruh dunia memperlakukan hal serupa terhadap para ulama. "Hampir di seluruh dunia, melakukan hal serupa terhadap ulama. Mengutip pendapat Cheryl Bernard yang merupakan peneliti dari Rand Corporation, suatu lembaga think-tank dan konsultan militer Amerika Serikat, yang dituangkan dalam dokumen penting 'Civil Democratic Islam: Partners, Resources, And Strategy'," tegasnya.
Chandra juga menyebutkan, ada beberapa hal penting yang dikutip dari pendapat Cheryl Bernard.
Pertama, membunuh karakter tokoh-tokohnya untuk meminimalisir dukungan masyarakat. "'Delegitimize individuals and positions associated with extremist Islam.' serangan terhadap individu atau karakter dari tokoh-tokohnya. upaya ini dilakukan agar meminimalisir dukungan publik terhadap tokoh-tokoh (yang dituduh) fundamentalis, keras, radikal tersebut," katanya.
Kedua, mengadu tafsiran dengan berbagai tafsiran. "'challenging and exposing the inaccuracies in their views on questions of Islamic interpretation' seperti contoh ini ketika terdapat ulama yang menjelaskan keharaman mengangkat pemimpin kafir, syariah dan khilafah. Mereka akan mengadu (challenging) tafsiran tersebut dengan berbagai tafsiran, dimunculkanlah tokoh-tokoh yang sependapat dengan mereka," imbuhnya.
Ketiga, mengaitkan ulama dengan kelompok yang di cap sebagai teroris supaya dijauhi masyarakat. "'exposing their relationships with illegal groups and activities.' memunculkan kehadapan publik untuk mengaitkan ulama dengan kelompok yang dicap teroris, radikal, extremis. tujuannya apa? tidak lain supaya agar dijauhi masyarakat," jelasnya.
Terakhir, ia menyampaikan, pendapat Bernard tentang mencari kesalahan dan kelemahan para tokoh. "'encouraging journalists to investigate issues of corruption, hypocrisy, and immorality in fundamentalist and terrorist circles.' Media didorong untuk mencari-cari kesalahan dan kelemahan para tokoh yang dituduh fundamentalis radikal, ekstrimis, seperti korupsinya, kemunafikannya dan tindakan-tindakan tidak bermoral lainnya," pungkasnya.[] Nur Salamah