Tinta Media -- Menanggapi pernyataan seorang pejabat yang menyebut bahwa Tuhan bukan orang Arab, Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam Gus Uwik mengingatkan agar setiap perkataan disesuaikan hukum syara.
“Sebelum bicara (hendaklah) memastikan bahwa yang dikatakan sesuai dengan hukum syara,” tuturnya kepada Tinta Media, Jumat(3/12/2021).
Dia menyampaikan sebuah hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:_“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.”
Menurutnya, hadis itulah yang menjadi penuntun agar sebelum bicara memastikan bahwa yang dikatakan sesuai dengan hukum syara'. “Masuk dalam kategori yang dibolehkan, disunnahkan dan yang diwajibkan oleh Allah SWT. Yakni mubah, sunnah dan wajib. Tidak masuk dalam kategori makruh apalagi haram. Benar-benar yang keluar dari mulut adalah mutiara,” ujarnya.
Dia menegaskan pentingnya ilmu sebelum bicara. “Hadis tersebut juga menjadi penuntun bahwa harus tahu ilmu sebelum bicara,” lanjutnya.
Gus Uwik menuturkan, ketika berbicara tentang hakikat Allah SWT, seseorang harus memahami perbedaan Allah sebagai Al-Khaliq dan manusia sebagai ciptaan-Nya yang tidak boleh disamakan.
“Pemahaman tentang hakikat Allah SWT adalah hal mendasar dalam keimanan. Allah SWT adalah Al Khaliq. Zat yang menciptakan manusia dan seluruh alam semesta. Bukan makhluk dan bersifat kekal lagi azali. Berbeda dengan manusia. Dia makhluk, artinya yang diciptakan. Fana, lemah dan terbatas. Jadi jelas beda antara Al-Khaliq dengan Makhluk. Tidak bisa disamakan. Error keimanannya jika menyamakan,” jelasnya.
Untuk itulah Gus Uwik menyampaikan hadis di atas guna menegaskan pentingnya menjaga perkataan.
“Inilah pentingnya hadis di atas. Berkata baik, atau diam. Jangan membuat kegaduhan dan kontroversial. Apalagi penyebabnya adalah fakir ilmu dan keangkuhan jabatan. Jelas lebih runyam lagi,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa setiap perbuatan, termasuk perkataan manusia akan dihisab dan mendapatkan balasan yang setimpal.
“Ingatlah, setiap yang perkataan akan ada hisabnya kelak di yaumil qiyamah. Sekecil apapun ada pembalasannya di sisi Allah SWT. Baik dibalas dengan baik. Buruk pun akan dibalas dengan siksa yang berat. Berkatalah baik atau jika tidak bisa, lebih baik diam,” pungkasnya.[] Raras