PKPI: Narasi Radikalisme untuk Menindak Umat Islam - Tinta Media

Jumat, 26 November 2021

PKPI: Narasi Radikalisme untuk Menindak Umat Islam

PKPI: Narasi Radikalisme untuk Menindak Umat Islam

Tinta Media -- Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam (PKPI) Gus Uwik menilai maksud narasi radikalisme yang disampaikan oleh KSAD Jenderal Dudung untuk menindak umat Islam dan ormasnya.

"Jika melihat konteks dan waktu penyampaian statement tersebut, bisa di baca narasinya akan menindak umat Islam dan ormasnya. Tidak untuk yang lain," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (25/11/2021).

Ia sependapat dengan apa yang disampaikan oleh KH Anwar Abbas, bahwa yang tertangkap karena terorisme dan radikalisme semua beragama Islam. "Sebagaimana yang disampaikan Kyai Anwar Abbas bahwa yang di tangkap karena terorisme dan radikalisme semua beragama Islam atau ormas Islam. Tidak ada dari agama lain. Walau fakta menjelaskan, ada pendeta yang menyuplai senjata untuk KKB teroris. Tidak disebut sebagai teroris," imbuhnya.

Gus Uwik menganggap, KSAD memberikan statement yang berbeda terhadap KKB teroris Papua. Jenderal Dudung mengatakan “Jangan sedikit pun berpikir untuk membunuh, kalian harus sayang masyarakat dan kalian harus tunjukkan rasa sayang kepada masyarakat Papua. Kamu harus baik pada masyarakat Papua, jangan menyakiti hati mereka".

Menurutnya, narasi yang dibangun oleh KSAD adalah aneh. "Kepada KKB teroris yang jelas-jelas melakukan makar, mengangkat senjata, memisahkan diri dari NKRI bahkan merusak fasilitas negara hingga membunuh aparat serta rakyat sipil tidak menyatakan sikap tegas. Sudah banyak prajurit hingga jenderal yang terbunuh. Namun tidak ada narasi memberlakukan mekanisme orde baru dan lebih keras lagi. Justru minta disayangi," ungkapnya.

PKPI ini juga menilai, sikap KSAD Jenderal Dudung berbeda jika yang dimaksud adalah tokoh Islam dan ormasnya. "Ketika berbicara tentang radikalisme (yang sepertinya dimaksud) adalah tokoh Islam dan ormasnya langsung bersikap curiga dan antipati. Padahal yang senantiasa di tuduh radikal-radikul, tidak ada yang memanggul senjata. Merusak fasilitas negara atau membunuh rakyat sipil dan aparat militer/kepolisian. Namun narasinya begitu dahsyat. Apakah ini muncul dari kebenciannya pada tokoh dan ormas Islam? Atau karena beragama Islam?" pungkasnya.[] Nur Salamah

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :