APA KIRA-KIRA YANG DIOBROLKAN RI-Izrahell? - Tinta Media

Minggu, 21 November 2021

APA KIRA-KIRA YANG DIOBROLKAN RI-Izrahell?

APA KIRA-KIRA YANG DIOBROLKAN RI-Izrahell?

Oleh : Joko Prasetyo
Jurnalis

Tintamedia -- Apa kira-kira yang diobrolkan Menhan RI Prabowo dengan Kuasa Usaha Izrahell untuk Bahrain Itay Tagner? Apa pun obrolannya, patut diduga mengarah kepada salah satu dari dua opsi di bawah ini.

A. Anak tangga menuju normalisasi (hubungan diplomatik).
B. Pembebasan Palestina dari penjajahan !zrahell.

Opsi A sangat mungkin. Karena Amerika Serikat dan Izrahell selalu berusaha keras agar terjalin normalisasi antara Izrahell dengan berbagai negara yang mayoritas berpenduduk Muslim. Tak menutup kemungkinan usaha itu dilakukan ke Indonesia, negeri mayoritas Muslim terbesar sedunia.

Upaya normalisasi di berbagai negara di Timur Tengah membuahkan hasil. Maka Izrahell pun akan semakin optimis hal yang sama bisa dilakukan dengan Indonesia. Apalagi selama ini sudah terjalin hubungan dagang, padahal hubungan diplomasi itu belum ada. Ibaratnya, sudah hidup bak suami istri padahal enggak ada akad nikah. Kan, tinggal akad nikah doang ya?

Normalisasi (hubungan diplomatik) itu adalah bentuk pengakuan Israel ---penjajah Jah0edy atas negeri kaum Muslim Palestina--- sebagai negara, bukan sebagai penjajah. Jadi, penjajahan !zrahell atas Palestina tidak dianggap lagi sebagai bentuk penjajahan, tapi hanya sebagai bentuk negara yang tengah membela diri dari (yang kata mereka sebagai) serangan teroris.

Ya, para mujahidin yang mempertahankan negerinya dari penjajahan !zrahell itu memang dicap sebagai teroris oleh Amerika Serikat dan !zrahell. Coba cek daftarnya, maka akan ditemukan Hamas dan para mujahidin lain yang berjihad melawan penjajahan Israel dicap sebagai teroris oleh kafir penjajah tersebut.

Opsi B peluangnya sangat kecil. Meski dalam Pembukaan UUD 1945 dicantumkan, "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan," tetapi rekam jejak rezim ini (maupun rezim sebelumnya) tidaklah memiliki iktikad untuk mengusir penjajah Jah0edy di tanah kaum Muslim, tidak tampak iktikad untuk menjaga Masjidil Aqsha, Tanah Suci ketiga kaum Muslim, dari kejahatan penjajah.

Rezim seolah lupa, bahwa dulu Nusantara pernah dijajah Belanda. Para mujahidin dulu tak rela sejengkal tanah pun dikuasai Belanda, apalagi solusi dua negara: separuh buat kita, separuhnya lagi buat Belanda. Tapi seratus persen buat kita, karena ini tanah kita! Tapi mengapa giliran tanah kaum Muslim di Palestina, rezim ini selalu bicara solusi dua negara? Karena tak lain dan tak bukan, rezim ini ---setidaknya dalam kasus ini--- hanyalah sebagai juru bicaranya Amerika Serikat saja.

Bila pakai aturan Islam, sudah semestinya para penguasa negeri kaum Muslim berjuang mengusir penjajah dari tanah suci kaum Muslim ketiga tersebut. Tapi sampai detik ini, para penguasa negeri kaum Muslim malah semakin banyak yang melakukan normalisasi dengan penjajah tersebut. Dengan kata lain, mereka terang-terangan menjadi pengkhianat. Kalau enggak ada hubungan diplomatik tetapi menjalin hubungan, hubungan dagang misalnya, seperti yang dilakukan Indonesia, berarti berkhianat secara sembunyi-sembunyi.

Begitulah fakta menunjukkan relasi antara !zrahell dengan para penguasa kaum Muslim, selain mencampakkan satu-satunya sistem pemerintahan Islam yang syar'i (yakni khilafah/kepemimpinan umum seluruh kaum Muslim sedunia yang menerapkan syariat Islam secara kaffah di dalam negeri dan menjadikan dakwah+jihad sebagai politik luar negerinya), mereka juga enggan menjalankan kewajiban berjihad melawan !zrahell atau kafir penjajah lainnya.

Memang tak ada pilihan lain bagi kaum Muslim selain berjuang menegakkan khilafah. Di bawah komando khilafah, kaum Muslim berjihad mengusir penjajah dari tanah suci ketiga kaum Muslim tersebut.

Sebagaimana dulu Palestina bersatu dengan Khilafah Rasyidah di masa Khalifah Umar bin Khathab ra, begitu juga kita saat ini. Sebagaimana dulu ketika Shalahuddin al-Ayyubi mengusir penjajah Salibis dari Palestina dan mengembalikan kembali tanah suci ketiga tersebut ke pangkuan Khilafah Abbasiyah, begitu juga kita saat ini. Sebagaimana Khalifah Abdul Hamid II menjaga Palestina agar tetap di bawah Naungan Khilafah Utsmani, begitu juga kita saat ini.

Insyaallah, di bawah komando khalifah amanah dalam naungan khilafah rasyidah kedua (yang insyaallah akan segera tegak, aamiin) kaum Muslim dapat membebaskan Palestina dari penjajah !zrahell. Aamiin.

Yuk memantaskan diri untuk menyambut nashrullah tersebut.

Depok, 17 Rabiul Akhir 1443 H | 21 November 2021 M

Joko Prasetyo
Jurnalis

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :