Tinta Media: tsaqofah keilmuan
Tampilkan postingan dengan label tsaqofah keilmuan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tsaqofah keilmuan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 November 2023

Keutamaan Sholat Dhuha



Tinta Media - Sobat. Sekalipun Sholat Dhuha itu amalan sunnah, tapi jangan dianggap remeh sobat, mari kita lihat keutamaannya! Subhaanallah! Dahsyat dan luar biasa! Di sanalah terhimpun segala pintu khazanah kekayaan dan kesuksesan dunia akherat. Banyak sekali dalil yang menunjukkan sholat dhuha pembuka pintu rezeki bahkan bisa menjadi magnet rezeki dan berkelimpahan di alam semesta ini.

1. Allah SWT  telah bersumpah Demi waktu Dhuha. Karena waktu dhuha waktu yang penuh keberkahan. Waktu itulah Allah membagi-bagikan rezeki kepada hamba-Nya.
وَٱلضُّحَىٰ وَٱلَّيۡلِ إِذَا سَجَىٰ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ وَلَلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لَّكَ مِنَ ٱلۡأُولَىٰ  
“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).” (QS. Ad-Duha (93) :1-4 )

Sobat. Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah dengan dua macam tanda-tanda kebesaran-Nya, yaitu dhuha (waktu matahari naik sepenggalah) bersama cahayanya dan malam beserta kegelapan dan kesunyiannya, bahwa Dia tidak meninggalkan Rasul-Nya, Muhammad, dan tidak pula memarahinya, sebagaimana orang-orang mengatakannya atau perasaan Rasulullah sendiri.

Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan sesuatu yang melapangkan dada Nabi saw dan menenteramkan jiwanya, bahwa keadaan Nabi dalam kehidupannya di hari-hari mendatang akan lebih baik dibandingkan dengan hari-hari yang telah lalu. Kebesarannya akan bertambah dan namanya akan lebih dikenal. Allah akan selalu membimbingnya untuk mencapai kemuliaan dan untuk menuju kepada kebesaran.

Seakan-akan Allah mengatakan kepada Rasul-Nya, "Apakah engkau kira bahwa Aku akan meninggalkanmu? Bahkan kedudukanmu di sisi-Ku sekarang lebih kukuh dan lebih dekat dari masa yang sudah-sudah."

Janji Allah kepada Nabi Muhammad terus terbukti karena sejak itu nama Nabi saw semakin terkenal, kedudukannya semakin bertambah kuat, sehingga mencapai tingkat yang tidak pernah dicapai oleh para rasul sebelumnya. Allah telah menjadikan Nabi Muhammad sebagai rahmat, petunjuk, dan cahaya untuk seluruh alam dan seluruh hamba-Nya. Allah menjadikan cinta kepada Nabi Muhammad termasuk cinta kepada-Nya juga; mengikuti Nabi dan mematuhinya adalah jalan untuk memperoleh nikmat-nikmat-Nya, serta menjadikan umat Nabi sebagai saksi-saksi untuk manusia seluruhnya. Nabi saw sendiri telah menyiarkan agama Allah sesuai dengan kehendak-Nya sehingga sampai ke pelosok-pelosok dunia.

Ini adalah suatu kebesaran yang tiada bandingnya, suatu keunggulan yang tiada taranya, dan suatu kemuliaan yang tidak ada yang dapat mengimbanginya. Semua itu adalah anugerah Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya.

2. Orang yang mengamalkan sholat dhuha dijamin rezekinya. Dalam hadits Qudsi Allah SWT berfirman : “ Wahai anak Adam manusia, jangan sekali-kali engkau malas melakukan sholat 4 rokaat pada awal siang hari ( pagi hari ) yakni sholat dhuha, nanti akan aku cukupi kebutuhanmu sampai sore harinya.” ( HR al-Hakim dan Ath-Thabrani )

3. Keutamaan sholat dhuha sama seperti bersedekah wajib atas 360 ruas tulang atau persendiannya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “ Pada pagi hari ada kewajiban bagi setiap ruas tulang untuk bersedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menganjurkan kebaikan adalah sedekah, mencegah kemungkaran, adalah sedekah, dan untuk menggantikan semuanya itu adalah mengerjakan sholat dhuha dua rokaat.” ( HR. Ath-Thabrani )

4. Jaminan mendapatkan kenikmatan Surga. Rasulullah SAW bersabda, “ Di dalam surga terdapat pintu yang bernama “Bab Adh-Dhuha, pada hari kiamat nanti ada orang yang memanggil, di mana orang yang senantiasa mengerjakan sholat dhuha? Ini pintu untuk kamu, masuklah dengan kasih sayang Allah.” (HR. Ath-Thabrani)

Sobat. Ada satu  hal yang menarik dan membuat penasaran dalam benak saya mengenai doa setelah sholat dhuha yang diajarkan oleh para ulama, berikut doa :

• Allahumma inkaana rizkii fis samaa’i  fa anzilhu. Ya Allah, sekiranya rezekiku di langit maka turunkanlah.
• Wa inkaana fil ardhi fa akhrijhu. Sekiranya di bumi ke luarkanlah!
• Wa inkaana ma’duman fa aujidhu. Sekiranya tidak ada, maka munculkanlah!
• Wa inkaana maujuudan fatsabithu. Sekiranya ada, maka tetapkanlah!
• Wa inkaana ba’eidan fa qarribhu. Sekiranya jauh, maka dekatkanlah!
• Wa inkaana qariiban fasahhilhu. Sekiranya dekat mudahkanlah!
• Wa inkaana qaliilan fakatsiirhu. Sekiranya sedikit, maka perbanyakkanlah!
• Wa inlam yakuun syai-an fakawwinhu. Sekiranya belum tercipta maka ciptakanlah!

Sobat. Agar doanya lebih ampuh dan dahsyat anda harus barengi  dengan amalan sedekah  kemudian diperluas dengan silaturahim, karena sesuai sabda Rasulullah SAW, bahwa sedekah dan silaturahim memperluas rezeki serta memperpanjang usia.

Sobat. Sholat dhuha ibarat mobil penggeraknya, sedekah adalah bahan bakarnya sedangkan silaturahim adalah setir sekaligus nafigasinya untuk menjemput rezeki. Jadi jika disinergikan semua amalan tersebut, maka tentunya akan menghasilkan sebuah kekuatan magnet energy dahsyat dan luar biasa untuk mendatangkan kelimpahan rezeki Ilahi. Maka rumus Magnet Rezeki Ilahi = Dhuha + Sedekah + Silaturahim.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN

Kamis, 02 November 2023

Memberi Manfaat Terbaik kepada Saudara Seperjuangan



Tinta Media - Secara umum muslim diperintahkan untuk bermanfaat kepada seluruh alam. Bukan hanya kepada manusia saja. Bahkan kepada hewan dan lingkungan sekitar. Terlebih lagi kepada sesama muslim. Tentu terlebih lagi kepada saudara seperjuangan.

Sobat, memilih menjadi pengemban dakwah dalam era kini bukanlah keputusan ringan. Bukanlah perkara sepele. Bukan pula perkara yang mudah. Banyak kawan yang berkorban besar untuk menjadi pengemban dakwah.  Ada yang mengorbankan hartanya, jabatannya, hobinya bahkan rumah tangganya. Tentu merupakan langkah besar bukan?

Ini baru langkah pertama. Baru start. Belum mulai berjuang lho. Terbayang sudah bagaimana langkah-langkah kaki di medan juang juga tak mudah. Banyak hal yang harus dihindari meskipun halal. Hanya demi bisa ngaji dan dakwah tak terduakan.

Maka dalam suasana demikian senyum dan pelukan hangat dari saudara seperjuangan akan menjadi penyejuk jiwa. Akan terasa manis. Akan terasa menyegarkan di tengah letih lelah aktifitas. Karena itu saling senyum dan peluk jika jumpa sahabat  begitu indah untuk dipraktekkan.

Terlebih lagi akan terasa indah dan menyentuh qolbu terdalam. Jika kita lanjutkan pada saling memberikan manfaat kepada sahabat seperjuangan. Tidak dipungkiri bahwa kondisi para pejuang tak jauh beda dengan umat secara umum yang banyak hidup susah. Muncul problem-problem kehidupan sebanyak problem umat. Kehadiran kita saling membantu merupakan keindahan yang menawan hati.

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lain). Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ini, yakni masjid Nabawi selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 13280]

Jika kepada sesama muslim sudah begitu besar keutamaan kita saling meringankan beban. Maka kepada para sahabat perjuang tentu lebih besar lagi mengingat keutamaan para pengemban dakwah.

Karena itulah sobat, mari kita perhatikan para pejuang disekitar kita. Guru kita, murid kita, gurunya guru kita juga muridnya murid kita, gurunya kawan kita juga muridnya kawan kita dan kawan kawan yang lain. Jika ada problem mereka dan kita bisa membantu apapun. Bisa harta kita. Bisa koneksi kita. Bisa lisan kita dengan dukungan dan hiburan. Atau doa-doa tulus kita.

Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam dalam banyak hadis juga memberitahukan kepada kita mengenai siapa sebaik-baik manusia dan selalu menggandengkannya dengan kebermanfaatannya bagi orang lain.

Dalam hal utang Beliau SAW
bersabda:

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ إِلاَّ كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّةً

“Tidaklah seorang muslim memberikan pinjaman kepada seorang muslim suatu pinjaman sebanyak dua kali, maka ia seperti telah bersedekah sekali.” (HR. Ibnu Majah, no. 2430. Dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib).

خَيْرُكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar utang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagi yang memberikan makanan Beliau SAW bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ

“Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan.” (HR Ahmad, Shahihul Jami’ no. 3318)

Dan secara umum bisa kita memberikan manfaat apa yang bisa kita berikan. Sebab sebaik baik manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, lihat Shahihul Jami’ no. 3289).

Hak hak lain sesama muslim Nabi Muhammad Saw bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2162].

Meski sedikit maka peran kita saling mendukung para sahabat pejuang insyaallah akan bisa mempermudah hidup kita. Juga membawa barokah perjuangan. Juga mendapatkan pahala yang besar insyaallah.

Selamat berjuang Sobat.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

Senin, 09 Oktober 2023

Tujuh Kemuliaan Orang yang Hadir di Majelis Ilmu



Tinta Media - Sobat. Imam Abu Laits As-Samarqandi dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin mengatakan bahwa orang yang duduk di majelis ilmu atau bersama orang pandai ( ulama ), sekalipun tidak dapat mengingat ilmu yang disampaikan, akan memperoleh tujuh kemuliaan :

1. Kemuliaan orang yang belajar
2. Mengekang laku dosa, sepanjang dekat dengan orang berilmu ( ulama )
3. Ketika berangkat menuju majelisnya diturunkan rahmat oleh Allah SWT.
4. Ketika berdampingan dengannya memperoleh rahmat yang diberikan kepada orang berilmu tersebut.
5. Ditulis sebagai amal kebaikan, sepanjang mendengarkan tutur kata nasehatnya.
6. Diliputi para malaikat dengan sayapnya, karena mereka sangat rela kepadanya.
7. Setiap langkah ditulis kebaikan dan penebus dosa baginya serta dinaikkan tingkat derajatnya.

Beliau melanjutkan dan membacakan  hadits bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
 “ Barangsiapa ziarah kepada orang ‘Alim, seakan ia ziarah kepadaku, berjabat tangan dengannya seakan berjabat tangan denganku, duduk bersamanya seakan duduk bersamaku, dan yang duduk bersamaku di dunia, pasti Allah SWT mendudukkannya bersamaku kelak di surga.”

Sobat. Duduk di majelis ilmu adalah tujuan agama dan berguna bagi kesehatan jasmani, sedang duduk bersama orang fasik menodai agama dan sangat buruk bagi kesehatan jasmani. Dalam hal ini, baginda Nabi Muhammad SAW bersabda, “ Melihat wajah orang pandai (agama) adalah ibadah, demikian pula melihat ka’bah juga ibadah, serta melihat al-Quran.”

Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ  
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( QS. Al-Mujadilah (58) : 11 )

Sobat. Ayat ini memberikan penjelasan bahwa jika di antara kaum Muslimin ada yang diperintahkan Rasulullah saw berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang tertentu untuk duduk, atau mereka diperintahkan pergi dahulu, hendaklah mereka berdiri atau pergi, karena beliau ingin memberikan penghormatan kepada orang-orang itu, ingin menyendiri untuk memikirkan urusan-urusan agama, atau melaksanakan tugas-tugas yang perlu diselesaikan dengan segera.

Dari ayat ini dapat dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Para sahabat berlomba-lomba mencari tempat dekat Rasulullah saw agar mudah mendengar perkataan yang beliau sampaikan kepada mereka.
2. Perintah memberikan tempat kepada orang yang baru datang merupakan anjuran, jika memungkinkan dilakukan, untuk menimbulkan rasa persahabatan antara sesama yang hadir.
3. Sesungguhnya tiap-tiap orang yang memberikan kelapangan kepada hamba Allah dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka Allah akan memberi kelapangan pula kepadanya di dunia dan di akhirat.

Memberi kelapangan kepada sesama Muslim dalam pergaulan dan usaha mencari kebajikan dan kebaikan, berusaha menyenangkan hati saudara-saudaranya, memberi pertolongan, dan sebagainya termasuk yang dianjurkan Rasulullah saw. Beliau bersabda:
Allah selalu menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Berdasarkan ayat ini para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam suatu majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majelis itu atau mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majelis itu.

Sobat. Jika dipelajari maksud ayat di atas, ada suatu ketetapan yang ditentukan ayat ini, yaitu agar orang-orang menghadiri suatu majelis baik yang datang pada waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling bertenggang rasa. Bagi yang lebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka, sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah lebih dahulu hadir. Bagi orang yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya, seperti tidak mendapat tempat duduk. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi saw:
Janganlah seseorang menyuruh temannya berdiri dari tempat duduknya, lalu ia duduk di tempat tersebut, tetapi hendaklah mereka bergeser dan berlapang-lapang." (Riwayat Muslim dari Ibnu 'Umar)

Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya.

Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
( Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Jalan Menuju Keridhoan Allah



Tinta Media - Sobat. Diriwayatkan oleh Ibnu Masúd ra berkata : Rasulullah SAW  SAW membuat garis lurus untukku, sabdanya, “ Inilah jalan menuju keridhoan Allah SWT, lalu membuat lagi garis-garis lainnya ( di kanan dan kirinya ) seraya bersabda, “ Adapun ini beberapa jalan,yang setiapnya syetan mempromosikannya lalu beliau Rasulullah SAW membaca ayat :
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” ( QS. Al-An’am ( 6 ) : 153 )

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa Rasulullah saw diperintahkan untuk menjelaskan kepada kaumnya bahwa Al-Qur'an yang mengajak kepada jalan yang benar, menghimbau mereka agar mengikuti ajaran Al-Qur'an demi kepentingan hidup mereka, karena Al-Qur'an adalah pedoman dan petunjuk dari Allah untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat yang diridai-Nya. Inilah jalan yang lurus, ikutilah dia, dan jangan mengikuti jalan yang lain yang akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.

Dalam Sunan Ahmad, an-Nasa'i, Abu Syaikh dan al-Hakim dari Abdullah bin Mas'ud, diriwayatkan dalam sebuah hadis yang maksudnya: Aku dan beberapa sahabat lainnya duduk bersama Rasulullah, lalu Rasulullah, membuat garis lurus dengan tangannya dan bersabda, "Ini jalan Allah yang lurus", kemudian beliau menggariskan beberapa garis lagi dari kanan-kiri garis pertama tadi lalu bersabda, "ini jalan-jalan yang sesat." Pada setiap ujung jalan dari jalan-jalan itu ada setan yang mengajak manusia untuk menempuhnya, kemudian Rasulullah membaca ayat ini (al-An'am/6: 152).

Para ahli tafsir mengatakan, bahwa bercerai-berai dalam agama Islam, karena perbedaan pendapat dan mazhab dilarang oleh Allah, karena melemahkan persatuan mereka dan sangat membahayakan agama itu sendiri. Kemudian ayat 153 ini, diakhiri dengan anjuran bertakwa karena dengan bertakwalah dapat dicapai kebahagiaan dunia dan akhirat yang diridai Allah.

Sobat. Baginda Rasulullah SAW bersabda, “ Manusia yang tetap berpegang teguh pada sunnahku, di saat umatku telah rusak, pasti sama pahalanya dengan 100 orang mati syahid.”

Dari Muádz bin Jabal ra, Rasulullah SAW bersabda, “ Wahai Muádz akan kutunjukkan kepadamu tentang pintu-pintu kebaikan yaitu :
1. Puasa adalah merupakan perisai
2. Sedekah tanda atau bukti pengorbanan.
3. Sholat tahajud adalah pelebur dosa.

Dalam riwayat yang lain dari Hasan beliau Rasulullah SAW berkata ada empat perkara bekal akherat yaitu :

1. Puasa dan dengannya jiwa menjadi sehat.
2. Sedekah yang membentengi api neraka.
3. Sholat dan dengannya seorang menjadi dekat dengan Tuhannya.
4. Linangan air mata ( Menangis ) karena takut kepada Allah SWT sebagai pelebur dosa.

Sobat. Bukti bahwa diri menghadap kepada Allah SWT ada tiga perkara menurut Imam abu Laits As-samarqandi : Pertama. Hatinya memikirkan bukti keagungan Allah SWT. Kedua. Lisannya selalu berdzikir kepada Allah SWT. Ketiga. Raganya digunakan untuk beramal sholeh atau beribadah.

Allah SWT berfirman :
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمۡ عَنِ ٱلۡمَضَاجِعِ يَدۡعُونَ رَبَّهُمۡ خَوۡفٗا وَطَمَعٗا وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ 
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa-apa rezeki yang Kami berikan.” (QS. As-Sajadah (32) : 16 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menerangkan tanda-tanda lain lagi bagi orang-orang yang beriman. Di antaranya adalah mereka mengurangi tidur, dan sering bangun di pertengahan malam untuk melakukan salat dan berdoa kepada Allah agar dihindarkan dari siksaan-Nya. Mereka juga menginfakkan sebagian dari rezeki yang telah mereka peroleh dari Allah.

Banyak ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi saw yang menerangkan keutamaan dan manfaat sholat malam, terutama untuk mendekatkan diri kepada Allah untuk menambah kekuatan iman di dalam dada.

Salat Tahajud dapat mengangkat manusia ke tempat yang terpuji, sebagaimana Allah berfirman:
وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَتَهَجَّدۡ بِهِۦ نَافِلَةٗ لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامٗا مَّحۡمُودٗا  
Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (al-Isra'/17: 79)

Pada ayat yang lain, Allah menerangkan bahwa salat dan membaca Al- Qur'an di malam hari dapat menguatkan jiwa. Dengan demikian, jiwa itu akan dapat menerima kewajiban yang lebih berat dan besar dari Allah, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan. (al-Muzzammil/73: 1-6)

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Abu Dawud, dan ath-thabrani bahwa Mu'adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah saw:

Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku perbuatan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari api neraka. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya engkau benar-benar telah menanyakan sesuatu yang besar, sesungguhnya perbuatan itu mudah dilakukan oleh orang yang dimudahkan Allah baginya, Engkau menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan salat, menunaikan zakat, puasa pada bulan Ramadhan, berhaji ke Baitullah." Kemudian Rasulullah meneruskan sabdanya, "Maukah engkau aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, sedekah menghapuskan kesalahan seperti air memadamkan api, dan salat pada pertengahan malam." Kemudian beliau membaca Tatajafa . . . sampai akhir ayat. (Riwayat at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Abu Dawud, dan ath-thabrani)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath-thabari dari Ibnu 'Abbas, beliau berkata, "Maksud "lambung mereka jauh dari tempat tidur mereka" ialah beribadah kepada Allah, zikir, salat, berdiri, duduk atau berbaring, mereka selalu mengingat Allah."

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
( Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Allah Mahabenar – Al-Haqq



Tinta Media - Sobat. Allah SWT Mahabenar dalam dzat dan sifat-Nya. Dialah Allah yang selalu ada dan tidak akan sirna dengan keagungan, keindahan, dan kesempurnaan sifat-Nya. Dia selalu ada dan tidak akan sirna dengan kebaikan-Nya kepada para hamba.

Sobat. Firman Allah itu haq, perbuatan-Nya haq, pertemuan dengan-Nya haq, para Rasul-Nya haq, kitab-kitab-Nya haq, agama-Nya haq, beribadah hanya kepada Allah SWT tanpa menyekutukan-Nya adalah haq, dan segala sesuatu yang dinisbatkan kepada-Nya adalah haq.

Allah SWT berfirman :
ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلۡبَٰطِلُ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡعَلِيُّ ٱلۡكَبِيرُ  
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” ( QS. Al-Hajj (22) : 62 )

Sobat. Sifat-sifat yang demikian itu, yaitu kekuasaan yang sempurna, ilmu yang luas dan sempurna, meliputi segala macam ilmu ada pada Allah, karena Dialah yang wajibul-wujud, pasti adanya, mempunyai segala macam sifat kesempurnaan, tidak mempunyai kekurangan sedikit pun. Dialah yang memiliki agama yang benar, yang disampaikan nabi-nabi dan rasul-rasul yang diutus-Nya, yang paling akhir ialah Nabi Muhammad saw. 

Dialah Tuhan Yang Maha Esa, tiada seorang pun yang menjadi syarikat bagi-Nya. Karena itu beribadah kepada-Nya adalah suatu yang wajib, sesuatu yang paling benar, demikian pula pertolongan-Nya, janji-Nya adalah suatu yang hak. Segala yang disembah selain Allah adalah sembahan yang salah, dan ibadah itu merupakan ibadah yang tidak ada dasarnya. Dia berkuasa menciptakan segala yang dikehendaki-Nya. Jika Dia ingin menciptakan sesuatu, cukuplah Dia mengatakan, "Jadilah". Maka terwujudlah barang itu.
Sesungguhnya Allah Mahatinggi, semua berada dibawah-Nya dan Dia di atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang menyamainya dalam kekuatan, ketinggian dan kebesaran serta pengetahuan-Nya.

Allah SWT berfirman :
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” ( QS. Al-Kahfi (18) : 29 )

Sobat. Diriwayatkan bahwa 'Uyainah bin Hishn al-Fazary datang kepada Nabi Muhammad saw sebelum dia masuk Islam. Ketika itu beberapa orang sahabat Nabi yang fakir berada di sampingnya, di antaranya adalah Salman al-Farisi yang sedang berselimut jubah dan tubuhnya mengeluarkan keringat, karena sedang menganyam daun korma. 'Uyainah berkata kepada Rasul saw, "Apakah bau mereka (sahabat-sahabat yang fakir) tidak mengganggumu? Kami ini pemuka-pemuka bangsawan suku Mudar. Jika kami masuk Islam, maka semua suku Mudar akan masuk Islam. Tidak ada yang mencegah kami untuk mengikutimu, kecuali kehadiran mereka. Oleh karena itu, jauhkanlah mereka agar kami mengikutimu atau adakan untuk mereka majelis tersendiri, dan kami majelis tersendiri pula." Kemudian turunlah ayat ini.

Sobat. Dalam ayat ini, Allah swt memerintahkan Rasul-Nya agar bersabar dan dapat menahan diri untuk duduk bersama dengan beberapa orang sahabatnya yang tekun dalam ibadah sepanjang hari karena mengharapkan rida Allah swt semata. Para sahabat itu hidup dalam kesederhanaan jauh dari kenikmatan duniawi. Mereka itu antara lain ialah: Ammar bin Yasir, Bilal, shuhaib, Ibnu Mas'ud, dan sahabat-sahabat lainnya.

Di surah yang lain, Allah berfirman:
Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan engkau (berhak) mengusir mereka, sehingga engkau termasuk orang-orang yang zalim. (al-An'am/6: 52)

Sobat. Sikap kaum musyrikin terhadap sahabat-sahabat Nabi yang fakir itu sama halnya dengan sikap kaum Nuh terhadap pengikut-pengikut Nabi Nuh a.s. sebagaimana difirmankan Allah swt:
 
Mereka berkata, "Apakah kami harus beriman kepadamu, padahal pengikut-pengikutmu orang-orang yang hina?" (asy-Syu'ara'/26: 111)

Sobat. Sudah semestinya Rasul saw tidak mengindahkan sikap orang kafir itu. Allah swt memperingatkan beliau agar jangan sampai meninggalkan dan meremehkan sahabat-sahabatnya yang fakir, karena hanya didorong oleh kepentingan duniawi atau disebabkan adanya harapan terhadap keimanan orang-orang yang kaya dari kaum musyrikin. Para sahabat itu adalah orang-orang yang dengan ikhlas hatinya memilih jalan hidup sederhana dan rela meninggalkan segala kelezatan duniawi semata-mata untuk mencari rida Allah. Rasul saw mengucapkan syukur kepada Allah atas kehadiran mereka itu di tengah-tengah umatnya. 

Katanya:
Segala puji bagi Allah yang telah menghadirkan di kalangan umatku orang yang aku diperintahkan untuk sabar menahan diriku bersama dia. (Riwayat Ibnu Jarir ath-thabari, Ath-thabrani, dan Ibnu Mardawaih)

Sobat. Dengan demikian, memandang rendah dan meremehkan orang-orang yang hidup miskin dan melarat, tidak dibenarkan oleh agama Islam, terutama bila mereka orang ahli ibadah dan takwa. Allah dengan tegas melarang Muhammad saw menuruti keinginan para pemuka kaum musyrikin untuk menyingkirkan orang-orang yang fakir dari majelisnya. Orang yang mengajukan permintaan seperti itu adalah orang-orang yang sudah tertutup jiwa mereka untuk kembali kepada Tuhan, dan memiliki tabiat yang buruk. Perbuatan mereka yang melampaui batas, kefasikan, dan kemaksiatan menambah gelap hati mereka, sehingga akhirnya mereka bergelimang dalam dosa.

Allah SWT berfirman :
وَقُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَزَهَقَ ٱلۡبَٰطِلُۚ إِنَّ ٱلۡبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقٗا  
“Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” ( QS. Al-Isra’ (17) : 81 )

Sobat. Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar menyampaikan kepada orang-orang musyrik bahwa sesungguhnya telah datang yang hak, yaitu Al-Qur'an, iman, dan Islam. Sedangkan yang batil yaitu kesyirikan dan kekafiran akan hancur. Kebatilan tidak akan bertahan lama, karena tidak mempunyai landasan yang benar.
Dalam ayat yang lain Allah swt berfirman:
 
Sebenarnya Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap. Dan celaka kamu karena kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya). (al-Anbiya'/21: 18)

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari 'Abdullah bin Mas'ud, ketika Rasulullah saw memasuki kota Mekah pada waktu penaklukan kota itu, ada 360 buah patung di sekitar Ka'bah. Maka Rasulullah saw menusuk patung itu dengan sepotong kayu yang ada di tangannya, dan berkata:
Telah datang yang hak dan telah lenyap yang batil, sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap. Telah datang yang hak, dan yang batil tidak akan datang lagi dan tidak akan kembali. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Sobat. Kesimpulannya, seluruh sifat Allah yang agung itu haq, seluruh perbuatan-Nya haq, janji-Nya haq, ancaman-Nya haq, dan hisab-Nya adil yang tidak memihak.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Sabtu, 07 Oktober 2023

Istriku, Maafkan Aku



Tinta Media - Tidak ada orang yang sempurna. Demikianlah tak ada suami sempurna. Pasti ada kurangnya. Oleh karena itu dalam memenuhi hak istri pun pasti banyak kurangnya. Baik suami kaya maupun miskin sama saja. Sebab, jika diberi kelebihan di satu sisi pastilah punya kekurangan disisi yang lain.

Maka jadi suami tak boleh sombong apalagi songong. Bersikap semau gue karena sudah merasa menafkahi istri. Bertingkah seolah selalu benar tak pernah salah. Selalu minta dilayani apa saja tanpa peduli situasi dan kondisi istri. Ujungnya kan ribut nantinya.

Itulah mengapa relasi yang harus dibangun antara suami istri adalah semangat menunaikan kewajiban masing-masing. Bukan saling menuntut hak. Sebab jika saling menunaikan kewajiban akan muncul introspeksi yang berujung sadar diri bahwa masih ada kekurangan diri. Namun jika saling menuntut hak yang akan muncul adalah kurangnya pihak lain yang ujungnya ribut.

Suami pasti menyadari kekurangannya dalam menunaikan hak istri. Misalnya nafkah kurang, perhatian kurang, kasih sayang kurang, kadang bersikap kasar, dll. Kadang egois tak mau mengalah. Kadang mau menang sendiri. Kadang nyari-nyari kesalahan istri. Dll.

Jangan sampai suami menjadi orang yang sangat menyebalkan bagi istri. Sudahlah kurang ganteng, kurang gagah, kurang ilmu, miskin, keras kepala, sombong, ga romantis,dll.  Na'udzubillah min dzalik.

Pastilah, ada yang kurang dalam proses memimpin istri ke surga. Pastilah ada yang kurang dalam nafkah. Pastilah ada salah yang terjadi saat menyayangi dan mencintai. Oleh karena itu mestinya suami selalu berkata kepada istrinya,"Istriku maafkanlah aku".

Selamat berjuang Sobat semoga menjadi sakinah.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Rahasia Agar Mendapat Ilmu yang Bermanfaat nan Berkah



Tinta Media - Sobat. Ada seorang murid bertanya pada ulama, berkata,” Kenapa kami mendengarkan nasehat tetapi tidak dapat melaksanakannya dan gimana agar ilmu kami manfaat?” Jawab seorang ulama itu, “ Karena terhalang oleh lima faktor :

1. Allah SWT telah memberi nikmat kepadamu, tapi engkau tidak pandai bersyukur.
2. Setiap engkau berbuat dosa tidak cepat-cepat istighfar.
3. Setiap bertambah ilmu, tidak segera engkau amalkan ( Tidak suka mengamalkannya)
4. Engkau berkumpul dengan orang sholeh, tetapi tidak pandai mengambil suri tauladan darinya.
5. Setiap engkau menguburkan orang mati, tapi engkau tidak pandai mengambil I’tibar darinya.

Sobat. Diriwayatkan oleh Ikrimah bahwa Ali bin Aib Thalib berkata, “ Jagalah lima hal yaitu; Seorang hamba tidak boleh takut kecuali kepada dosanya dan tidak boleh berharap kecuali kepada Tuhannya, orang bodoh tidak boleh malu untuk bertanya, ketika orang berilmu tidak tahu, maka dia tidak boleh malu untuk berkata,” Allah Yang Maha Mengetahui.” Kedudukan kesabaran pada Iman itu seperti kedudukan kepala pada badan. Tiada kebaikan dalam badan yang tidak ada kepalanya, dan tidak ada iman bagi orang yang tiada kesabarannya.”

Sobat. Husain bin Ali berkata,” Wahai anakku, jika engkau duduk bersama orang berilmu, maka hendaklah lebih bersungguh-sungguh untuk mendengarkan daripada berkata. Belajarlah mendengarkan dengan baik sebagaimana engkau belajar diam dengan baik. Janganlah memotong pembicaraan siapa pun, meskipun lama, sebelum dia berhenti.” 

Sobat. Al-Ghazali  menasihatkan kalau kita ingin berkah, manfaat hidup kita menuju kesempurnaan ibadah maka jagalah perutmu dari perkara haram dan syubhat, kemudian menjaganya dari perkara halal yang berlebihan. Hal itu harus kau lakukan jika kau benar-benar menginginkan kesempurnaan ibadah.

Sobat. Keharusan menjaga perut dari barang haram dan syubhat dilandasi oleh tiga alasan : 

Pertama. Takut kepada neraka jahannam. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan, maka neraka lebih utama baginya.” 

Kedua. Pemakan barang haram dan syubhat akan dijauhkan dari kebaikan dan tidak akan mendapat taufik hidayat ( Bimbingan dan pertolongan ) untuk beribadah.

Muadz ar-Razi seorang ahli tarekat abad ke-1 H berkata, “ Ketaatan itu tersimpan di dalam khasanah penyimpanan Allah SWT. Kuncinya adalah doa dan gerigi kunci itu adalah perkara halal. Apabila kunci itu tidak bergerigi, pintu khasanah tidak akan terbuka. Jika pintu khasanah itu tidak terbuka, lantas bagaimana mungkin seseorang akan mendapatkan harta karunnya yang berupa ketaatan?!

Ketiga. Pemakan barang haram dan syubhat akan terhalang  untuk  berbuat baik. Kalau pun ternyata orang itu melakukan amal kebaikan, perbuatannya itu akan tertolak dan kebaikannya tidak akan diterima. Sehingga dia tidak mendapatkan apa-apa dari perbuatannya itu melainkan hanya kelelahan, kesusahan, dan waktu yang terbuang sia-sia.  Abdullah bin abbas berkata ra, “ Tidak diterima sholat seseorang yang di dalam perutnya terdapat sesuatu yang haram.”

Allah SWT berfirman :
 وَيَوۡمَ يُعۡرَضُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ عَلَى ٱلنَّارِ أَذۡهَبۡتُمۡ طَيِّبَٰتِكُمۡ فِي حَيَاتِكُمُ ٱلدُّنۡيَا وَٱسۡتَمۡتَعۡتُم بِهَا فَٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ ٱلۡهُونِ بِمَا كُنتُمۡ تَسۡتَكۡبِرُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ وَبِمَا كُنتُمۡ تَفۡسُقُونَ  

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik". ( QS. Al-Ahqaf (46) : 20 )

Sobat. Setelah menerangkan bahwa setiap jin dan manusia akan memperoleh balasan yang adil dari-Nya, Allah menerangkan keadaan orang-orang kafir pada saat mereka dihadapkan ke neraka. Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw agar menyampaikan kepada orang- orang kafir keadaan mereka ketika dibawa ke dalam neraka. Kepada mereka dikatakan bahwa segala macam kebahagiaan dan kenikmatan yang diperuntukkan bagi mereka telah lengkap dan sempurna mereka terima semasa hidup di dunia. 

Tidak ada satu pun bagian yang akan mereka nikmati lagi di akhirat. Yang tinggal hanyalah kehinaan, kerendahan, azab pedih yang akan mereka alami sebagai pembalasan atas kesombongan, kefasikan, kezaliman, kemaksiatan, dan kekafiran yang mereka lakukan selama hidup di dunia.

Ayat ini memperingatkan manusia agar meninggalkan hidup mewah yang berlebih-lebihan, meninggalkan perbuatan mubazir, maksiat, dan menganjurkan agar kaum Muslimin hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan menggunakan sesuatu sesuai dengan keperluan dan keadaan, dan disesuaikan dengan tujuan hidup seorang muslim. Seandainya ada kelebihan harta, hendaklah diberikan kepada orang-orang miskin, orang-orang terlantar, dan anak yatim yang tidak ada yang bertanggung jawab atasnya, dan gunakanlah harta itu untuk keperluan meninggikan kalimat Allah.

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan lain-lain dari Ibnu 'Umar bahwa 'Umar melihat uang dirham di tangan Jabir bin 'Abdullah, maka beliau berkata, "Uang dirham apakah itu?" Jabir menjawab, "Aku bermaksud membeli sepotong daging yang sudah lama diidamkan oleh keluargaku." 'Umar berkata, "Apakah setiap kamu menginginkan sesuatu, lalu kamu beli? Bagaimana pendapatmu tentang ayat ini? Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniamu saja, dan kamu telah bersenang-senang dengannya?" 

Dari riwayat di atas dapat kita tarik pelajaran bahwa 'Umar bin al-Khaththab menasihati Jabir bin 'Abdullah dengan ayat ini agar tidak terlalu menuruti keinginannya dan mengingatkan bahwa kesenangan dan kebahagiaan di dunia ini hanya bersifat sementara, sedangkan kebahagiaan yang abadi ada di akhirat. Oleh karena itu, kita harus menggunakan segala rezeki yang telah dianugerahkan Allah dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan ketentuan yang digariskan agama.

Tentang hidup sederhana ini tergambar dalam kehidupan keluarga Rasulullah saw sebagaimana disebutkan dalam hadis: 
Diriwayatkan dari Sauban, ia berkata, "Rasulullah saw apabila akan bepergian, keluarga terakhir yang dikunjunginya adalah Fatimah. Dan keluarganya yang lebih dahulu didatanginya apabila ia kembali dari perjalanan ialah Fatimah. 

Beliau kembali dari Gazah (peperangan), lalu beliau datang ke rumah Fatimah, dan beliau mengusap pintu rumah dan melihat gelang perak di tangan Hasan dan Husein, beliau kembali dan tidak masuk. Tatkala Fatimah melihat yang demikian, ia berpendapat bahwa Rasulullah saw tidak masuk ke rumahnya itu karena beliau melihat barang-barang itu. 


Maka Fatimah menyobek-nyobek kain pintu itu dan mencabut gelang-gelang dari tangan kedua anaknya dan memotong-motongnya, lalu kedua anaknya menangis, maka ia membagi-bagikannya kepada kedua anak itu. Maka keduanya pergi menemui Rasulullah saw dalam keadaan menangis, lalu Rasulullah saw mengambil barang-barang itu dari keduanya seraya berkata, 'Hai sauban, pergilah membawa barang-barang itu kepada Bani Fulan dan belikanlah untuk Fatimah kalung dari kulit lokan dan dua gelang dari gading, maka sesungguhnya mereka adalah keluargaku, dan aku tidak ingin mereka menghabiskan rezeki mereka yang baik sewaktu hidup di dunia ini." (Riwayat Ahmad dan al-Baihaqi)

Hadis ini maksudnya bukan melarang kaum Muslimin memakai perhiasan, suka kepada keindahan, menikmati rezeki yang telah dianugerahkan Allah, melainkan untuk menganjurkan agar orang hidup sesuai dengan kemampuan diri sendiri, tidak berlebih-lebihan, selalu menenggang rasa dalam hidup bertetangga dan dalam berteman. Jangan sampai harta yang dimiliki dengan halal itu menjadi sumber iri hati dan rasa dengki tetangga dan sahabat. 

Jangan pula hidup boros, dan berbelanja melebihi kemampuan. Ingatlah selalu bahwa banyak orang-orang lain yang memerlukan bantuan, masih banyak biaya yang diperlukan untuk meninggikan kalimat Allah. Rasulullah saw selalu merasa cukup bila memperoleh sesuatu dan bersabar bila sedang tak punya; makan kue jika ada kesanggupan membelinya, minum madu bila kebetulan ada, makan daging bila mungkin mendapatkannya. Hal yang demikian itu menjadi pegangan dan kebiasaan hidup beliau. Beliau selalu bersyukur kepada Allah setiap menerima nikmat-Nya.

Yang dilarang ialah memakai perhiasan secara berlebih-lebihan, bersenang-senang tanpa mengingat adanya kehidupan abadi di akhirat nanti. Memakai perhiasan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak menimbulkan iri hati orang lain itu dibolehkan. Allah berfirman:
 
Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik- baik? Katakanlah, "Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan khusus (untuk mereka saja) pada hari Kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang-orang yang mengetahui. (al-A'raf/7: 32)

Sobat. Oleh karena itu, wahai pejuang kesempurnaan ibadah dan hidup mulia nan berkah, hendaklah kau berhati-hati dan waspada dalam urusan makanan agar kau tidak terjerumus dalam perkara haram atau syubhat, yang menjadikanmu menerima azab.

Oleh: Dr. Nasrul Syari, M.Si. 
( DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Allah Maha Pengampun – Al-‘Afuwwu, Al-Ghafuur, Al-Ghaffar



Tinta Media - Sobat. Allah tiada henti memberikan ampunan dan maaf  kepada hamba-Nya. Setiap orang membutuhkan maaf dan ampunan Allah seperti halnya mereka membutuhkan rahmat dan karunia-Nya. Allah sendiri telah berjanji untuk memberikan maaf dan ampunan bagi orang yang melakukan perbuatan yang mengundang ampunan Allah.

Allah SWT berfirman :
وَإِنِّي لَغَفَّارٞ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا ثُمَّ ٱهۡتَدَىٰ
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” ( QS. Thaha (20) : 82 )

Sobat. Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia Maha Pengampun bagi orang yang bertobat dari perbuatan syirik, membersihkan dirinya dari dosa, ikhlas dan amalnya dikerjakan semata-mata karena Allah, menunaikan kewajiban-Nya, menjauhi kemaksiatan, istiqamah ibadahnya sampai ia meninggal, dan memenuhi perintah Allah, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:

وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ  
Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu. (al- hijr/15: 99).

Sobat. Ayat ini memberi jaminan kepada Nabi Muhammad bahwa Allah swt memeliharanya dari tindakan orang-orang musyrik Mekah yang memperolok-olok dan menyakitinya serta memelihara Al-Qur'an dari usaha-usaha orang-orang yang ingin mengotorinya.
Ath-thabari menyampaikan riwayat dari Sa'id bin Jubair bahwa orang-orang musyrik Mekah yang memperolok-olok Al-Qur'an dan Nabi Muhammad ialah al-Walid bin Mugirah, al-'As bin Wa'il, Al-'Adi bin Qais, Aswad bin Abdu Yaguts, dan Aswad bin Muththalib. Mereka semua terkenal dalam sejarah, dan sebab-sebab kematian mereka adalah akibat tindakan mereka sendiri.

Menurut suatu riwayat diterangkan bahwa suatu ketika Nabi saw berada di hadapan orang-orang kafir Mekah, mereka saling mengedipkan mata tanpa setahu Nabi Muhammad saw, dan berkata sesamanya dengan maksud mengejek Nabi, "Inikah orang yang mendakwakan dirinya nabi?" Pada waktu itu, Jibril a.s. menyertai Nabi, lalu Jibril menusuk punggung orang-orang yang memperolok-olokkan itu dengan jarinya, sehingga menimbulkan bekas, luka, dan borok yang busuk baunya. Tiada seorang pun yang mendekati mereka karena baunya itu. Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa Nabi saw dilindungi Allah swt dari gangguan orang-orang kafir.

Allah mengetahui bahwa Nabi saw merasa sedih karena olok-olokan dan tindakan orang-orang kafir. Untuk mengobati kesedihannya itu, Allah memerintahkan Nabi saw untuk bertasbih, menyucikan Allah dari segala sesuatu yang menyekutukan-Nya, salat, rukuk, sujud, banyak melakukan ibadah, berbuat baik, dan mengekang hawa nafsu. Hal ini berlaku pula bagi kaum Muslimin sampai akhir hayat mereka.

Allah SWT berfirman :
۞قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ 
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. Az-Zumar (39) : 53 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan kepada umatnya bahwa Allah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang dan sangat luas rahmat dan kasih sayang-Nya terhadap hamba-Nya yang beriman, akan mengampuni segala dosa yang telah terlanjur mereka kerjakan seperti meninggalkan perintah-Nya atau mengerjakan larangan-Nya apabila benar-benar tobat dari kesalahan mereka. 

Sobat. Banyak orang yang menyangka bahwa karena dosanya telah bertumpuk-tumpuk, tidak akan diampuni Allah lagi. Jadilah ia seorang yang berputus asa terhadap ampunan, rahmat, dan kasih sayang-Nya. Dunia sudah menjadi gelap menurut pandangannya karena selama ini dia tidak mengindahkan ajaran-ajaran agamanya dan selalu membelakangi petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya. 

Hatinya sudah penuh diliputi kekotoran dan kedurhakaan, tak tampak lagi olehnya jalan kebenaran dan kebaikan yang akan ditempuhnya. Dia telah dibingungkan oleh rasa putus asa dan tak ada harapan yang tampak olehnya untuk kembali dari kesesatan dan kemaksiatan yang selalu diperbuatnya. 

Tetapi Allah, meskipun besar dosa hamba-Nya, Dia tetap mengasihi dan menyantuninya dan melarangnya berputus asa terhadap rahmat dan kasih sayang-Nya, Dia tetap memandangnya sebagai hamba-Nya yang berhak menerima kasih sayang-Nya itu apabila ia telah menginsyafi kesalahannya dan memohon ampun kepada-Nya. Jangankan untuk orang-orang yang beriman, untuk orang-orang musyrik pun masih terbuka pintu tobat apabila mereka masuk Islam dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya.

Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas bahwa banyak di antara orang-orang musyrik yang telah banyak melakukan pembunuhan dan sering berzina datang kepada 
Nabi Muhammad. Mereka berkata kepadanya, "Sesungguhnya apa yang engkau serukan kepada kami adalah baik. Dapatkah engkau terangkan kepada kami bahwa yang kami kerjakan dahulu itu akan diampuni-Nya."

Nabi menjawab dengan membacakan firman Allah:
 
Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat, (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-Furqan/25: 68-70)

Dalam hadis Nabi saw juga dijelaskan:
Diriwayatkan dari 'Amr bin 'Anbasah bahwa telah datang menemui Nabi saw seorang yang telah tua bangka bertelekan di atas tongkatnya dan berkata kepada beliau, "Hai Rasulullah, saya banyak mengerjakan kesalahan dan maksiat. Apakah mungkin kesalahan itu diampuni?" Nabi saw menjawab, "Apakah engkau telah mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah?" Orang tua itu menjawab, "Benar, bahkan aku mengakui bahwa engkau utusan Allah." Rasulullah saw menegaskan, Allah mengampuni semua kesalahan dan maksiat yang telah engkau lakukan itu." (Riwayat A.hmad)

Hadis-hadis tersebut menegaskan bahwa Allah mengampuni semua kesalahan bagaimanapun besar dan banyaknya, bila seseorang itu benar-benar bertobat dengan setulus hati, berikrar tidak akan kembali melakukan kesalahan, dan akan tetap melakukan amal saleh. Hamba Allah tidak boleh berputus asa terhadap ampunan, rahmat, dan kasih sayang-Nya, karena pintu rahmat-Nya terbuka seluas-luasnya bagi orang yang bertobat, sebagai ditegaskan dalam firman-Nya:

 وَمَن يَعۡمَلۡ سُوٓءًا أَوۡ يَظۡلِمۡ نَفۡسَهُۥ ثُمَّ يَسۡتَغۡفِرِ ٱللَّهَ يَجِدِ ٱللَّهَ غَفُورٗا رَّحِيمٗا  
Dan barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (an-Nisa'/4: 110)

Setelah melarang hamba-Nya berputus asa terhadap rahmat dan kasih sayang-Nya, Allah mendorong hamba-Nya agar segera meminta ampun dan bertobat kepada-Nya atas segala ketelanjuran dan kesalahan yang telah dilakukan. Allah juga menegaskan bahwa Dia mengampuni segala dosa kecuali dosa syirik sebagai tersebut dalam firman-Nya:

 إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا  

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar. (an-Nisa'/4: 48)

Memang besar dan luas rahmat Allah terhadap hamba-Nya. Hamba yang telah mendurhakai karena mengabaikan perintah-Nya, melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, dan bergelimang dalam dosa dan maksiat, masih saja dipanggil sebagai hamba-Nya dan dinasihati supaya jangan berputus asa terhadap ampunan dan rahmat-Nya.

Sobat. Al-‘Afuww adalah Dzat yang ampunannya mencakup dosa-dosa yang dilakukan oleh hamba-Nya, terlebih jika mereka melakukan perbuatan yang mengundang ampunan Allah seperti istighfar, taubat, iman, dan beramal sholeh. Allah menerima taubat hamba-Nya dan mengampuni kesalahannya. Dia Maha Pengampun yang senang mengampuni, Dia juga suka jika hamba-Nya melakukan perbuatan yang mengundang ampunan yaitu; berusaha meraih ridha-Nya dan berbuat baik kepada makhluk-Nya

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Konsekuensi Iman kepada Allah dan Rasulullah SAW



Tinta Media - Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ ءَامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ مِن قَبۡلُۚ وَمَن يَكۡفُرۡ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلَۢا بَعِيدًا 

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa’ (4) : 136 )

Sobat. Ayat ini menyeru kaum Muslimin agar mereka tetap beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya Muhammad saw, kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya, dan kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelumnya. 

Kemudian ayat ini memperingatkan orang-orang yang mengingkari seruan-Nya. Barang siapa mengingkari Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan hari akhirat, ia telah tersesat dari jalan yang benar, yaitu jalan yang akan menyelamatkan mereka dari azab yang pedih dan membawanya kepada kebahagiaan yang abadi.

Sobat. Iman kepada kitab-kitab Allah dan kepada rasul-rasul-Nya adalah satu rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Tidak boleh beriman kepada sebagian rasul dan kitab saja, tetapi mengingkari bagian yang lain seperti dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Iman serupa ini tidak dipandang benar, karena dipengaruhi oleh hawa nafsu atau hanya mengikuti pendapat-pendapat dan pemimpin-pemimpin saja.

Apabila ada orang yang mengingkari sebagian kitab, atau sebagian rasul, maka hal itu menunjukkan bahwa ia belum meresapi hakikat iman, karena itu imannya tidak dapat dikatakan iman yang benar, bahkan suatu kesesatan yang jauh dari bimbingan hidayah Allah.

Allah SWT berfirman :
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجٗا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمٗا  
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’ (4) : 65 )

Sobat. Ayat ini menjelaskan dengan sumpah bahwa walaupun ada orang yang mengaku beriman, tetapi pada hakikatnya tidaklah mereka beriman selama mereka tidak mau bertahkim kepada Rasul. Rasulullah saw pernah mengambil keputusan dalam perselisihan yang terjadi di antara mereka, seperti yang terjadi pada orang-orang munafik. Atau mereka bertahkim kepada Rasul tetapi kalau putusannya tidak sesuai dengan keinginan mereka lalu merasa keberatan dan tidak senang atas putusan itu, seperti putusan Nabi untuk az-Zubair bin Awwam ketika seorang laki-laki dari kaum Ansar yang tersebut di atas datang dan bertahkim kepada Rasulullah.

Jadi orang yang benar-benar beriman haruslah mau bertahkim kepada Rasulullah dan menerima putusannya dengan sepenuh hati tanpa merasa curiga dan keberatan. Memang putusan seorang hakim baik ia seorang rasul maupun bukan, haruslah berdasarkan kenyataan dan bukti-bukti yang cukup.

Sobat. Maka jika semua ini yakni  beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Para Malaikat dan Hari Akhirat  telah terbukti kebenarannya maka wajib pula mengimani syariat Islam. Sebab seluruh syariah ini tercantum dalam Al-Quran dan telah dibawa oleh baginda Rasulullah SAW jika tidak mengimaninya maka ia kufur. Seseorang yang mengingkari hukum-hukum syariah secara keseluruhan atau sebagian dapat menyebabkan dirinya menjadi kufur. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku Gizi  Spiritual dan Buku BIGWIN)

Jumat, 06 Oktober 2023

Hidup di Dunia Hanya Gantian



Tinta Media - Sudah lebih 200 orang yang saya kenal di desa kami sudah ga ada lagi. Sudah meninggal dunia. Rumah, sawah, ladang, dan segala harta yang dulu mereka miliki ditinggal begitu saja. Ganti pemilik. Diwarisi keluarganya atau dibeli oleh orang lain. Semua jadi milik orang lain.

Bukan hanya harta. Namun istri atau suami mungkin juga akan menjadi istri atau suami orang lain.

Jabatan juga ditinggalkan. Dijabat oleh orang lain. Setinggi apapun jabatannya pasti ditinggalkan. Bahkan saat masih hidup banyak juga yang sudah pensiun. Jabatannya dilanjutkan oleh orang lain.

Pendek kata semua harta, jabatan dan segala embel-embel duniawi ditinggalkan. Digantikan atau dimiliki oleh orang lain. 

Orang-orang yang berkuasa 30, 40 apalagi 50 tahun yang lalu saat ini sudah tidak ada lagi. Jangankan kekuasaannya orangnya pun sudah tidak ada. 

Para nabi dan rasul pun juga demikian. Sudah diwafatkan oleh Allah. Digantikan oleh para ulama dan para da'i yang melanjutkan dakwah dan perjuangan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Memperjuangkan syariat Islam yang sudah diwariskan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw kepada kita.

Yang tersisa dan menemani ke alam kubur hanyalah amal. Baik amal Sholih maupun amal salah. Yang pasti akan kita pertanggungjawaban kepada Allah.

Hanya saja masih banyak manusia yang jahil. Yang bodoh, benar-benar bodoh. Yang menjadikan dunia ini sebagai tujuan hidupnya. Hingga mengejarnya dengan segala cara. Ga peduli haram, ga peduli halal. Semua diterjang demi harta, tahta dan wanita. Padahal  semua itu belum tentu didapatkan. Jika didapatkan pun belum tentu lama dinikmati. Dalam waktu singkat akan ditinggalkan. 

Oleh karena itulah, kita harus menjadikan dunia ini sekedar alat mencapai surga. Moga kita selamat dunia akhirat. menjadi ahli surga firdaus. Aamiin.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Kenalilah Kekuatan Anda



Tinta Media - Sobat. Kebanyakan orang hidup dalam lingkaran potensi yang sangat terbatas. Kita semua memiliki energi dan kecerdasan berlimpah yang bisa kita manfaatkan. Nilai Anda sebagai manusia tidak berada di luar diri Anda – tapi di dalam. Di lubuk hati terdalam, anda tahu anda makhluk yang memiliki potensi tak terbatas dan tidak seperti sebuah mesin, Anda memiliki kekuatan untuk memilih ingin menjadi Apa.

Sobat. Di seluruh semesta luas ini tak  ada orang yang seperti Anda. Anda benar-benar unik. Kombinasi kekuatan, pengalaman, bakat dan kecerdasan Anda tidak pernah ada di tempat lain serta tak akan pernah terulang. Karenanya tak  ada  orang lain yang bisa memberikan  kontribusi  unik  yang bisa anda berikan.

Sobat. Bakat, hasrat, dan nurani Anda menjadikan Anda orang yang utuh. Berikut ini pertanyaan-pertanyaan yang akan membantu anda mengidentifikasi kekuatan anda dalam tiga wilayah yakni: Bakat, Hasrat, dan Nurani.

1. Bakat. Bakat Anda adalah keunikan anda. 
• Pengetahuan, bakat atau keterampilan unik apa yang anda miliki yang bisa membantu anda memberikan kontribusi?
• Apa yang mampu anda lakukan dengan mudah dan baik?
• Apa yang orang minta anda lakukan karena anda mahir melakukannya?
• Bila seorang minta atasan atau rekan kerja Anda mencatat bakat anda, kira-kira apa yang akan mereka katakana?

2. Hasrat. Hasrat anda adalah hal yang memuaskan anda dan hasrat adalah api semangat yang berasal dari dalam diri, bukan dari luar.
• Peluang apa terkait pekerjaan yang anda dambakan?
• Apa yang anda lakukan pada waktu luang?
• Apa yang membuat energi anda meningkat? Anda suka berdebat tentang apa?
• Apa yang Anda baca?
• Apa yang anda lakukan saat masih kecil yang memikat anda?
• Pengalaman kerja apa yang pernah anda jalankan yang menggembirakan anda?

3. Nurani. Nurani anda adalah kompas moral Anda, akan membisiki anda dan memberitahu anda kontribusi apa yang harus anda berikan.
• Apa tanggung jawab anda yang sesungguhnya terhadap organisasi, pelanggan, dan rekan kerja Anda?

Sobat. Entah anda seorang sopir taksi atau juru masak atau CEO, karier anda akan menjadi hebat bila anda memberikan hal tertinggi yang anda miliki. Anda tidak akan terhindar dari kesulitan atau tantangan, tapi anda akan mengalami kepuasan mendalam saat memberikan bakat terbaik anda, hasrat terkuat anda, dan komitmen nurani anda.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa !

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
( Penulis Buku Gizi Spiritual dan Penulis Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Kamis, 05 Oktober 2023

Al-Haadiy – Maha Memberi Petunjuk



Tinta Media - Sobat. Al-Haadiy  berarti Allah memberi petunjuk dan membimbing hamba-Nya pada kebaikan dan manfaat serta mencegah bahaya. Allah mengajarkan hamba-Nya sesuatu yang tidak diketahui dan menunjukkan mereka pada taufik dan kasih sayang. Allah pun mengaruniai mereka takwa, menjadikan hati mereka selalu mengharapkan ketakwaan dan mematuhi perintah-Nya.

وَلِيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَيُؤۡمِنُواْ بِهِۦ فَتُخۡبِتَ لَهُۥ قُلُوبُهُمۡۗ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَهَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ  

“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Hajj (22) : 54 )

Sobat. Allah melakukan yang demikian itu agar orang-orang yang berilmu pengetahuan mengetahui dan merenungkan segala macam hukum yang telah ditetapkan Allah, pokok-pokok sunnatullah, segala macam subhat dan penafsiran ayat-ayat dengan cara yang salah yang dibuat oleh setan dan pengikut-pengikutnya. Dengan pengetahuan dan pengalaman itu diharapkan iman mereka bertambah, meyakini bahwa Al-Qur'an itu benar-benar berasal dari Allah. sebagaimana mereka meyakini bahwa Allah menjamin keaslian Al-Qur'an dari campur tangan manusia di dalamnya dan dari penafsiran yang salah.

Sobat. Karena itu hendaklah orang-orang yang beriman yang telah dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, antara iman dan kufur menundukkan dan menyerahkan diri kepada Allah. Membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan sungguh-sungguh, melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya, menghentikan segala larangan-Nya, baik yang berhubungan dengan ibadah, muamalat, budi pekerti, hukum dan tata cara bergaul dalam kehidupan masyarakat.

Kemudian ditegaskan bahwa Allah benar-benar akan memberi petunjuk dan taufik kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengikuti semua rasul. Petunjuk dan taufik yang diberikan Allah kepada hamba-Nya dilakukan dengan bermacam cara. Ada cara yang langsung dan ada pula dengan cara yang tidak langsung, kadang-kadang manusia sendiri menyadari bahwa ia telah menerima petunjuk itu.

Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw banyak didapati saat-saat Allah memberikan petunjuk yang langsung kepadanya. Di antaranya petunjuk-petunjuk Allah kepadanya adalah teguran Allah kepada Nabi, ketika Nabi melakukan perbuatan yang dianggap tidak layak dilakukan oleh rasul, misalnya teguran-Nya kepada Nabi karena meremehkan seorang sahabat yang bertanya kepadanya, Nabi sedang sibuk dengan pembesar Quraisy. Di antara contoh-contohnya ialah sebagai berikut:

Imam Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat Nabi yang buta dan miskin. Pada suatu hari ia datang menghadap Nabi dan ia berkata, "Ya Rasulullah, bacakan dan ajarkanlah kepadaku apa yang telah diajarkan Allah kepadamu." Ia mengulangi perkataan itu tiga kali. Waktu Ibnu Ummi Maktum bertanya, Rasul saw sedang menerima pembesar Quraisy, yaitu Walid bin Mugirah dan konon musuh umat Islam, sedang Ibnu Ummi Maktum tidak melihat dan mengetahui pula bahwa Rasulullah sedang sibuk menerima tamu-tamunya. Karena itu Rasulullah saw merasa kurang senang dengan permintaan Ibnu Ummi Maktum, beliau bermuka masam dan berpaling darinya. 

Sikap Rasulullah terhadap Ibnu Ummi Maktum itu ditegur Allah dengan firman-Nya:
Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum). Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy), maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya, padahal tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang dia takut (kepada Allah), engkau (Muhammad) malah mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu)! Sungguh, (ajaran-ajaran Allah) itu suatu peringatan. ('Abasa/80: 1-11)

Dengan teguran Allah itu Rasulullah menjadi sadar akan kesalahannya, sejak waktu itu beliau tambah menghormati sahabat-sahabat beliau, termasuk menghormati Ibnu Ummi Maktum sendiri. Teguran Allah inilah yang membedakan posisi Nabi dengan manusia biasa.

Sobat. Hidayah adalah petunjuk dengan cara lembut. Hidayah Allah SWT  kepada manusia ada empat macam :

1. Hidayah yang diberikan secara umum kepada setiap orang yang mukallaf seperti akal, kecerdasan,  dan pengetahuan dasar  dan umum tentang segala sesuatu sesuai kemampuannya.
Allah SWT berfirman :

قَالَ رَبُّنَا ٱلَّذِيٓ أَعۡطَىٰ كُلَّ شَيۡءٍ خَلۡقَهُۥ ثُمَّ هَدَىٰ 

“Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.

Sobat. Pada ayat ini Allah menerangkan jawaban Musa atas pertanyaan Firaun bahwa yang mengutus keduanya ialah Tuhan yang telah melengkapi makhluk yang diciptakannya dengan anggota tubuh sesuai dengan kepentingannya masing-masing, seperti mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, begitu juga tangan, kaki, hidung dan lain-lain anggota tubuh menurut fungsinya masing-masing sesuai dengan petunjuk dari Allah. 

Firman Allah:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (an-Nahl/16 : 78)
Kemudian Allah-lah yang membimbing dengan memberinya fungsi anggota tersebut untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sejalan dengan ayat ini.

Firman Allah:
Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, (asy-Syams/91: 7 dan 8)
Dan firman-Nya:

Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan). (al-Balad/90: 10)

2. Hidayah yang diberikan kepada manusia dengan menurunkan para Rasul, Al-Quran dan sebagainya. Allah SWT  berfirman :

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُواۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ 

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” ( QS. As-sajdah (32) : 24 )

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menjadikan di antara Bani Israil yang mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya menjadi pemuka masyarakat. Di antara mereka ada yang diangkat menjadi nabi dan rasul yang menyampaikan petunjuk yang benar kepada kaumnya, dan ada pula di antara mereka yang dijadikan pemimpin bagi kaumnya menuju ke jalan yang benar. Hal itu diberikan karena mereka adalah orang-orang yang beriman dan sabar melaksanakan hukum-hukum Allah. Mereka juga sabar menerima setiap cobaan yang menimpa mereka, dan mereka yakin benar akan petunjuk Allah.

Allah berfirman:
Dan Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) dan Kami menjadikannya sebagai petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), "Janganlah kamu mengambil (pelindung) selain Aku." (al-Isra'/17 )

3. Taufik yang dikhususkan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk,  seperti yang terdapat dalam ayat :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُم بِإِيمَانِهِمْۖ تَجْرِي مِن تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ  

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.” ( QS. Yunus (10) : 9 )

Sobat. Pada ayat ini Allah menerangkan balasan dan pahala yang baik yang diterima orang-orang yang beriman dan beramal saleh di akhirat nanti yaitu mereka diberi tempat yang mulia berupa surga yang penuh kenikmatan.

Iman dan amal saleh merupakan dua hal yang sangat erat hubungannya, satu dengan yang lain berjalin dan bersangkut paut. Amat banyak ayat Al-Quran yang menerangkan keeratan hubungan itu. 

Sobat. Iman berupa keyakinan dan kepercayaan kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemilik semesta alam, Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada hamba-Nya. Karena sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang ada pada-Nya itu. Dia menganugerahkan hidayat dan petunjuk bagi manusia agar mereka dengan petunjuk itu berbahagia hidup di dunia dan di akhirat. 

Petunjuk ini diakui oleh orang yang beriman sebagai petunjuk dari Allah, yang perwujudannya adalah sebagaimana yang disebutkan dan yang dikemukakan contoh-contohnya di dalam Al-Quran dan hadis-hadis Nabi saw. Jadi amal yang saleh yang dikerjakan oleh seorang Muslim adalah manifestasi dari imannya, atau dengan perkataan lain bahwa seseorang yang telah mengaku beriman tentulah ia suka mengerjakan amal saleh. Mustahil seseorang yang beriman tidak mengerjakannya.

Sobat. Iman dan amal saleh ini menjadi sebab manusia hidup berbahagia di dunia, dan diberi balasan oleh Allah berupa surga di akhirat. Dengan demikian, mereka telah sampai ke tingkat kehidupan rohani yang paling tinggi.

4. Hidayah di akherat menuju Surga. Sebagaimana Allah SWT berfirman :

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ تَجْرِي مِن تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُۖ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُۖ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّۖ وَنُودُوا أَن تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 

“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan". ( QS. Al-A’raf (7) : 43 )

Sobat. Ayat ini menerangkan bagaimana keadaan penghuni surga yang jauh berbeda dari keadaan penghuni neraka, seperti siang dan malam. Penghuni surga tidak mempunyai rasa dendam dan benci. Allah membuang rasa dendam dan dengki itu dari dalam dada mereka. Allah menumbuhkan rasa kasih sayang, santun, menghormati, dan bergembira. Kebalikan dari penghuni neraka, mereka bermusuhan satu dengan yang lain, tuntut-menuntut, tuduh-menuduh dan hina-menghinakan. Penghuni surga bersenang-senang dan bergembira dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, tetapi penghuni neraka dalam keadaan susah dan bermuram durja, mereka diliputi oleh api yang bernyala-nyala. Penghuni surga senantiasa bersyukur dan berterima kasih, menunjukkan kebahagiaan dan kegembiraan mereka.

Mereka memuji Allah yang telah memberinya petunjuk selama hidup di dunia sehingga mereka menjadi orang yang beriman dan beramal saleh yang menyebabkan mereka menjadi penghuni surga. 

Kalau bukan karena petunjuk Allah, tentu mereka tidak mempercayai Rasul Allah, atau mereka akan menjadi orang yang zalim dan durhaka. Karena Rasul diutus untuk membawa ajaran-ajaran yang benar, menuntun umatnya mempercayai Allah Yang Maha Esa dan Maha Berkuasa dan mendorong mereka untuk mengerjakan amal saleh. Kemudian penghuni surga mendengar seruan dari malaikat, suatu seruan yang sangat menyenangkan dan menggembirakan, seruan yang merupakan penghormatan dan kemuliaan, yaitu inilah tempatmu yang bernama surga yang sudah diwariskan Allah untukmu sebagai balasan dari amal salehmu yang kamu kerjakan selama hidup di dunia.

Masuk surga adalah balasan dari amal saleh yang dilandasi iman kepada Allah. Juga karena adanya rahmat dari Allah. Kalau rahmat dari Allah tidak ada, seseorang belum tentu akan masuk surga, yaitu suatu tempat kesenangan yang disediakan Allah bagi hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh, tetapi bila tidak ada rahmat Allah, tentu seseorang tidak akan masuk surga. Sebab tidaklah sebanding amal saleh dengan nikmat surga itu.

Dari kata-kata "Kami wariskan" terkandung di dalamnya rahmat Allah. Tidak mungkin seseorang masuk surga, walaupun besar amal salehnya tanpa adanya rahmat Allah baginya. Sabda Rasulullah: 
Amal perbuatan (seseorang) tidak akan memasukkannya ke dalam surga. Mereka (para sahabat) bertanya, "Apakah engkau juga begitu ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Juga saya begitu, kecuali kalau Allah memberikan kepada saya rahmat dan karunia-Nya." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab