Tinta Media: tsaqofah keilmuan
Tampilkan postingan dengan label tsaqofah keilmuan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tsaqofah keilmuan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 Oktober 2023

Surah yang Turun pada Urutan kedua - Integritas Nabi Muhammad SAW.

 

Tinta Media - Allah SWT berfirman QS.  Al-Qalam (68) ayat 1 sd 6 :
نٓۚ وَٱلۡقَلَمِ وَمَا يَسۡطُرُونَ مَآ أَنتَ بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ بِمَجۡنُونٖ وَإِنَّ لَكَ لَأَجۡرًا غَيۡرَ مَمۡنُونٖ وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ فَسَتُبۡصِرُ وَيُبۡصِرُونَ بِأَييِّكُمُ ٱلۡمَفۡتُونُ  
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir)pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila.” ( QS. Al-Qalam (68) : 1-6 )

Sobat. Para mufasir berbeda pendapat tentang arti huruf "nun" yang terdapat dalam ayat ini. (Selanjutnya lihat jilid I dalam keterangan tentang huruf-huruf hijaiah yang terdapat pada permulaan surah dalam Al-Qur'an). Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan al-qalam (pena) dan segala macam yang ditulis dengannya.

Sobat. Suatu sumpah dilakukan adalah untuk meyakinkan pendengar atau orang yang diajak berbicara bahwa ucapan atau perkataan yang disampaikan itu adalah benar, tidak diragukan sedikit pun. Akan tetapi, sumpah itu kadang-kadang mempunyai arti yang lain, yaitu untuk mengingatkan orang yang diajak berbicara atau pendengar bahwa yang dipakai untuk bersumpah itu adalah suatu yang mulia, bernilai, bermanfaat, dan berharga. Oleh karena itu, perlu dipikirkan dan direnungkan agar dapat menjadi iktibar dan pengajaran dalam kehidupan dunia yang fana ini. 

Sobat. Sumpah dalam arti kedua ini adalah sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam surah-surah Al-Qur'an, seperti wal-'asr (demi masa), was-sama' (demi langit), wal-fajr (demi fajar), dan sebagainya. Seakan-akan dengan sumpah itu, Allah mengingatkan kepada manusia agar memperhatikan masa, langit, fajar, dan sebagainya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan yang disebutkan itu perlu diperhatikan karena ada kaitannya dengan hidup dan kehidupan manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Sobat. Dalam ayat ini, Allah bersumpah dengan qalam (pena) dan segala sesuatu yang ditulis dengannya. Hal itu untuk menyatakan bahwa qalam itu termasuk nikmat besar yang dianugerahkan Allah kepada manusia, di samping nikmat pandai berbicara dan menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Dengan qalam, orang dapat mencatat ajaran agama Allah yang disampaikan kepada para rasul-Nya, dan mencatat pengetahuan-pengetahuan Allah yang baru ditemukannya. Dengan surat yang ditulis dengan qalam, orang dapat menyampaikan berita gembira dan berita duka kepada keluarga dan teman akrabnya. Dengan qalam, orang dapat mencerdaskan dan mendidik bangsanya, dan banyak lagi nikmat yang diperoleh manusia dengan qalam itu.

Pada masa Rasulullah saw, masyarakat Arab telah mengenal qalam dan kegunaannya, yaitu untuk menulis segala sesuatu yang terasa, yang terpikir, dan yang akan disampaikan kepada orang lain. Sekalipun demikian, belum banyak di antara mereka yang mempergunakannya karena masih banyak yang buta huruf dan ilmu pengetahuan belum berkembang. 

Pada masa itu, kegunaan qalam sebagai sarana menyampaikan agama Allah sangat dirasakan. Dengan qalam, ayat-ayat Al-Qur'an ditulis di pelepah-pelepah kurma dan tulang-tulang binatang atas perintah Rasulullah. Beliau sendiri sangat menghargai orang-orang yang pandai menulis dan membaca. Hal ini tampak pada keputusan Nabi Muhammad saw pada Perang Badar, yaitu seorang kafir yang ditawan kaum Muslimin dapat dibebaskan dengan cara membayar uang tebusan atau mengajar kaum Muslimin menulis dan membaca.

Dengan ayat ini, seakan-akan Allah mengisyaratkan kepada kaum Muslimin bahwa ilmu-Nya sangat luas, tiada batas dan tiada terhingga. Oleh karena itu, cari dan tuntutlah ilmu-Nya yang sangat luas itu agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan duniawi. Untuk mencatat dan menyampaikan ilmu kepada orang lain dan agar tidak hilang karena lupa atau orang yang memilikinya meninggal dunia, diperlukan qalam sebagai alat untuk menuliskannya. Oleh karena itu, qalam erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan ilmu, kesejahteraan, dan kemaslahatan umat manusia.

Masa turun ayat ini dekat dengan ayat Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw, yaitu lima ayat pertama Surah al-'Alaq. Setelah Nabi menerima ayat 1-5 Surah al-'Alaq itu, beliau pulang ke rumahnya dalam keadaan gemetar dan ketakutan. Setelah hilang rasa gentar dan takutnya, Nabi saw dibawa Khadijah, istri beliau, ke rumah Waraqah bin Naufal, anak dari saudara ayahnya (saudara sepupu). Semua yang terjadi atas diri Rasulullah di gua Hira itu disampaikan kepada Waraqah, dan menanggapi hal itu, ia berkata, "Yang datang kepada Muhammad saw itu adalah seperti yang pernah datang kepada nabi-nabi sebelumnya. Oleh karena itu, yang disampaikan malaikat Jibril itu adalah agama yang benar-benar berasal dari Allah." Kemudian Waraqah mengatakan bahwa ia akan mengikuti agama yang dibawa Muhammad itu.

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menyatakan dengan tegas kepada Nabi Muhammad saw bahwa beliau tidak memerlukan suatu nikmat pun dari orang lain selain dari nikmat Allah. Mungkinkah Muhammad itu dikatakan seorang gila, karena memperoleh nikmat dan karunia yang sangat besar dari Allah? Pada ayat lain dinyatakan:
 
Dan mereka berkata, "Wahai orang yang kepadanya diturunkan Al-Qur'an, sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar orang gila." (al-hijr/15: 6)

Setelah orang-orang Quraisy mengetahui pernyataan Waraqah bin Naufal itu dan Rasulullah menyampaikan agama Islam kepada mereka, maka mereka menuduh bahwa Muhammad saw dihinggapi penyakit gila atau seorang tukang tenung yang ingin memalingkan orang-orang Quraisy dari agama nenek moyang mereka. Oleh karena itu, mereka memerintahkan kepada kaumnya agar jangan sekali-kali mendengarkan ucapan Muhammad saw, dan jangan mempercayai bahwa yang diterimanya benar-benar agama Allah. Mungkinkah seorang manusia, seorang gila atau seorang tukang tenung dipercaya Allah menyampaikan agama-Nya?

Sehubungan dengan sikap orang-orang Quraisy itu, turunlah ayat ini untuk menguatkan risalah Muhammad saw, menguatkan hati beliau, dan mengingatkan karunia yang telah dilimpahkan kepadanya. Dengan ini, Allah mengisyaratkan bahwa agama yang benar dan berasal dari-Nya ialah agama yang mendorong manusia mencari dan menuntut ilmu-Nya yang luas, kemudian memanfaatkan ilmu itu untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan. 

Setiap ilmu Allah yang diperoleh itu harus ditulis dengan pena, agar dapat dipelajari dan dibaca oleh orang lain, sehingga ilmu itu berkembang. Dengan ilmu itu juga, manusia akan dapat mencapai kemajuan. Oleh karena itu, belajar membaca dan menulis dengan pena adalah pangkal kemajuan suatu umat. Apabila manusia ingin maju, maka galakkanlah belajar menulis dan membaca. Dengan turunnya ayat ini, hati Rasulullah saw bertambah mantap, tenang, dan kuat untuk melaksanakan tugasnya menyampaikan agama Allah. Beliau mempunyai argumentasi yang kuat pula dalam menghadapi sikap orang-orang Quraisy.

Dengan ayat ini, Allah menjawab tuduhan orang-orang Quraisy itu dengan menyuruh mereka mempelajari kembali sejarah hidup Nabi Muhammad yang besar dan tumbuh di hadapan mata kepala mereka sendiri. Bukankah sebelum ia diutus menjadi rasul, orang-orang yang mengatakannya gila itu menghormati dan menjadikannya sebagai orang yang paling mereka percayai? Apakah mereka tidak ingat lagi bahwa di antara mereka pernah terjadi perselisihan tentang siapa yang berhak mengangkat hajar Aswad dan meletakkannya pada tempatnya yang semula. Peristiwa itu hampir menimbulkan pertumpahan darah, dan tidak seorang pun yang dapat mendamaikannya. Lalu mereka minta kepada Muhammad untuk bersedia menjadi juru damai di antara mereka. Mereka menerima keputusan yang ditetapkan Muhammad atas mereka, dan mereka menganggap bahwa keputusan yang diberikannya itu adalah keputusan yang paling adil.

Mungkinkah seorang yang semula baik, dianugerahi Allah kejujuran, kehalusan budi pekerti, selalu menolong dan membantu siapa saja yang memerlukannya, dan menjadi contoh dan teladan bagi orang Quraisy, tiba-tiba menjadi gila karena ia melaksanakan perintah Tuhan semesta alam, yaitu menyampaikan agama Allah dan berhijrah ke Medinah.

Jika diperhatikan susunan ayat ini, ada suatu teladan yang harus ditiru oleh kaum Muslimin, yaitu walaupun orang-orang Quraisy telah bersikap kasar dan menyakiti hati dan jasmaninya, namun Rasulullah saw membantah tuduhan-tuduhan mereka dengan cara yang baik dan mendidik. Beliau menyuruh mereka menggunakan akal pikiran yang benar dan menggunakan norma-norma yang baik.

Sobat. Pada ayat yang lalu digambarkan tuduhan orang-orang kafir Mekah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad itu gila karena berani melawan ajaran nenek moyang mereka dan terus menerus mendakwahkan ajaran baru yang bertentangan dengan ajaran mereka, yang menyembah patung-patung dan berhala, padahal semua yang dilakukan Nabi adalah atas perintah Allah. Allah yang memberikan nikmat kepada Nabi dengan ketabahan dan semangat yang besar dalam melaksanakan dakwah. Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa Nabi benar-benar memperoleh pahala yang terus menerus tiada terputus. Maka hal ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad bukanlah orang yang gila karena beliau seorang yang memperoleh pahala dari Allah

Ayat ini juga termasuk yang menerangkan sesuatu yang akan terjadi pada masa yang akan datang, karena mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad dan kaum Muslimin akan memperoleh kemenangan besar. Berkat pertolongan dan perlindungan Allah, usaha dan jerih payahnya membawa hasil dengan tersebarnya agama Islam di Jazirah Arab, yang kemudian memancar ke seluruh penjuru dunia. Orang-orang Quraisy yang semula berkuasa dan menganut agama syirik dalam masa 23 tahun menjadi mukmin dan menjadi pembela-pembela agama Islam. 

Hal ini merupakan kemenangan yang besar bagi Muhammad saw dan kaum Muslimin, dan di akhirat nanti mereka akan memperoleh balasan kenikmatan yang kekal di dalam surga.

Dengan pernyataan Allah yang demikian dan isyarat yang dipahami Nabi saw dari firman-Nya itu, bertambahlah kekuatan hati, kebulatan tekad, dan kesabaran beliau dalam melaksanakan dakwah, dengan tidak menghiraukan ejekan dan tekanan tindakan orang-orang Quraisy.

Sobat. Ayat ini memperkuat alasan yang dikemukakan ayat di atas dengan menyatakan bahwa pahala yang tidak terputus itu diperoleh Rasulullah saw sebagai buah dari akhlak beliau yang mulia. Pernyataan bahwa Nabi Muhammad mempunyai akhlak yang agung merupakan pujian Allah kepada beliau, yang jarang diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang lain. 

Secara tidak langsung, ayat ini juga menyatakan bahwa tuduhan-tuduhan orang musyrik bahwa Nabi Muhammad adalah orang gila merupakan tuduhan yang tidak beralasan sedikit pun, karena semakin baik budi pekerti seseorang semakin jauh ia dari penyakit gila. Sebaliknya semakin buruk budi pekerti seseorang, semakin dekat ia kepada penyakit gila. Nabi Muhammad adalah seorang yang berakhlak agung, sehingga jauh dari perbuatan gila.

Ayat ini menggambarkan tugas Rasulullah saw sebagai seorang yang berakhlak mulia. Beliau diberi tugas menyampaikan agama Allah kepada manusia agar dengan menganut agama itu mereka mempunyai akhlak yang mulia pula. Beliau bersabda:
Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia (dari manusia). (Riwayat Ahmad dari Abu Hurairah) 

Sobat. Kedua ayat ini merupakan peringatan kepada kaum musyrikin dan menyatakan dengan pasti bahwa mereka benar-benar dalam keadaan sesat, karena tidak berapa lama lagi akan kelihatan kebenaran ajaran agama yang dibawa Nabi Muhammad saw. Akan kelihatan kekuatan Islam dan kelemahan kaum musyrikin itu. Kaum Muslimin akan mengalahkan mereka, dan agama Islam menjadi ajaran yang tersebar luas.

Dengan keterangan ini jelaslah bahwa Nabi Muhammad saw tidak gila, tetapi orang-orang kafir yang menolak kebenaran dan terus menerus mengikuti hawa nafsu itulah yang kehilangan akal sehat. Hal ini justru berbahaya bagi mereka karena sikap dan pendirian yang salah ini akan membawa kehancuran dan kehinaan bagi mereka. Di dunia mereka akan kehilangan pengaruh dan kekuasaan seperti terjadi pada beberapa kali peperangan dengan orang Islam yaitu pada Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandaq. Di akhirat mereka pasti akan menyesali kesesatan mereka karena akan mendapat siksa yang pedih karena penolakan mereka pada dakwah Nabi Muhammad saw.

Pada hari Kiamat, semua perbuatan manusia dihisab, ditimbang, dan diperlihatkan kepada masing-masing mereka. Di saat itu, kaum musyrikin melihat dengan nyata, siapakah di antara mereka yang benar, apakah Rasul yang mereka tuduh gila ataukah mereka sendiri? Di sini tampak dengan jelas bahwa Nabi Muhammad saw adalah yang benar, sedangkan mereka dilemparkan ke dalam neraka Jahanam. Firman Allah:

 سَيَعۡلَمُونَ غَدٗا مَّنِ ٱلۡكَذَّابُ ٱلۡأَشِرُ  

Kelak mereka akan mengetahui siapa yang sebenarnya sangat pendusta (dan) sombong itu. (al-Qamar/54: 26).

Sobat. Allah membantah dengan keras pandangan mereka dengan menyatakan bahwa dalam waktu dekat mereka akan mengetahui siapa sebenarnya yang bohong dan sombong.

Sobat. Dalam QS. Al-Qalam ayat 1 sd 6 ini  Allah SWT  mempertegas, bahkan bersumpah , bahwa kemampuan baca tulis akan menghasilkan  ilmu pengetahuan yang didokumentasikan dalam tulisan-tulisan. Dalam surah yang turun urutan kedua ini juga semakin memperkuat integritas Nabi Muhammad SAW.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual)

Hidup adalah Belajar untuk Beriman



Tinta Media - Sobat. Carilah hatimu dalam tiga tempat, yaitu membaca Al-Quran dan mentadabburinya. Hadir di majelis dzikir (majelis Ilmu) dan pada waktu-waktu khalwat ( menyendiri dan kontemplasi). Jika tidak engkau temukan pada  tempat-tempat tersebut. Maka mohonlah kepada Allah agar Dia memberikanmu hati.

Allah SWT berfirman :
وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ  
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” ( QS. Al-Qamar (54) : 40 )

Sobat. Tafsir ayat ini sebagaimana yang telah diterangkan pada ayat 32 surah ini yang selalu dijadikan penutup dari masing-masing empat kisah tersebut (yaitu kisah kaum Nuh, kisah kaum 'Ad, kisah kaum Samud dan kisah kaum Lut). Allah juga kembali menegaskan bahwa Al-Qur'an mudah dipahami dan diambil sebagai peringatan karena Allah menyampaikan contoh yang gamblang di dalamnya, karena itu manusia seharusnya mengimaninya dalam menjalankan ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya supaya mereka bahagia di dunia dan di akhirat.

وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ  

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” ( QS. Al-Qamar (54) : 32 )

Sobat. Demikianlah penjelasan Al-Qur'an mengenai umat terdahulu. Penjelasan itu lugas, semoga siapapun mau mengambilnya menjadi pelajaran untuk beriman. Inilah salah satu dasar bagi kita bahwa hidup adalah belajar untuk menuju ketaatan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman :
ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِمۡ وَأَنَّهُمۡ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ  
“(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah (2) : 46 )

Sobat. Orang-orang yang khusyuk benar-benar yakin bahwa mereka pasti akan kembali kepada Allah dan menemui-Nya pada hari akhirat nanti, di mana semua amalan manusia akan diteliti, dan setiap orang akan menerima balasan atas semua perbuatan yang telah dilakukannya selama di dunia. Berdasarkan keyakinan semacam itu, dia akan selalu taat kepada peraturan-peraturan Allah serta khusyuk dalam menjalankan ibadah dan amal kebajikan.
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَىٰ لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ  
“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” ( QS. Ar-Ra’du (13) : 29 )

Sobat. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang yang beriman dan melakukan amal saleh, niscaya akan memperoleh kebahagiaan dan tempat kembali yang baik di sisi Allah pada hari kemudian.

Sobat. Kalau integritas Nabi Adam as  dalam  beriman dicontohkan dalam wujud pencapaiannya melalui proses belajar mengajar, dan pada Nabi Ibrahim as  melalui proses pencarian, penguasaan pribadi, pembelajaran investigasi dan bermujadalah menggunakan logika, maka dalam konteks Nabi Muhammad SAW dicontohkan melalui proses pembelajaran dalam maknanya yang sangat modern dan sistemik. Yaitu membaca, menulis, belajar intensif dan menyampaikan ( mengajarkan ) apa yang sudah dipahami kepada orang lain.

Sobat. Hal tersebut di atas seperti yang tersirat dan tersurat dalam makna surat al-Qur’an yang turun pada urutan pertama, kedua, ketiga dan ke-empat.

Urutan pertama. QS. Al-‘Alaq (96) : 1-5.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ  
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Sobat. Allah memerintahkan manusia membaca (mempelajari, meneliti, dan sebagainya.) apa saja yang telah Ia ciptakan, baik ayat-ayat-Nya yang tersurat (qauliyah), yaitu Al-Qur'an, dan ayat-ayat-Nya yang tersirat, maksudnya alam semesta (kauniyah). Membaca itu harus dengan nama-Nya, artinya karena Dia dan mengharapkan pertolongan-Nya. Dengan demikian, tujuan membaca dan mendalami ayat-ayat Allah itu adalah diperolehnya hasil yang diridai-Nya, yaitu ilmu atau sesuatu yang bermanfaat bagi manusia.

Sobat. Allah menyebutkan bahwa di antara yang telah Ia ciptakan adalah manusia, yang menunjukkan mulianya manusia itu dalam pandangan-Nya. Allah menciptakan manusia itu dari 'alaqah (zigot), yakni telur yang sudah terbuahi sperma, yang sudah menempel di rahim ibu. Karena sudah menempel itu, maka zigot dapat berkembang menjadi manusia. Dengan demikian, asal usul manusia itu adalah sesuatu yang tidak ada artinya, tetapi kemudian ia menjadi manusia yang perkasa. Allah berfirman:
 
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (ar-Rum/30: 20)

Asal usulnya itu juga labil, zigot itu bisa tidak menempel di rahim, atau bisa terlepas lagi dari rahim itu, sehingga pembentukan manusia terhenti prosesnya. Oleh karena itu, manusia seharusnya tidak sombong dan ingkar, tetapi bersyukur dan patuh kepada-Nya, karena dengan kemahakuasaan dan karunia Allah-lah, ia bisa tercipta. Allah berfirman menyesali manusia yang ingkar dan sombong itu:
 
Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata! (Yasin/36: 77)

Menurut kajian ilmiah, 'alaqah merupakan bentuk perkembangan pra-embrionik, yang terjadi setelah percampuran sel mani (sperma) dan sel telur. Moore dan Azzindani menjelaskan bahwa 'alaqah dalam bahasa Arab berarti lintah (leech) atau suatu suspensi (suspended thing) atau segumpal darah (a clot of blood). Lintah merupakan binatang tingkat rendah, berbentuk seperti buah per, dan hidup dengan cara menghisap darah. 

Jadi 'alaqah merupakan tingkatan (stadium) embrionik, yang berbentuk seperti buah per, di mana sistem kardiovaskuler (sistem pembuluh-jantung) sudah mulai tampak, dan hidupnya tergantung dari darah ibunya, mirip dengan lintah. 'Alaqah terbentuk sekitar 24-25 hari sejak pembuahan. Jika jaringan pra-embrionik 'alaqah ini diambil keluar (digugurkan), memang tampak seperti segumpal darah (a blood clot like). Lihat pula telaah ilmiah pada penjelasan Surah Nuh/71 ayat 14.

Sobat. Allah meminta manusia membaca lagi, yang mengandung 
arti bahwa membaca yang akan membuahkan ilmu dan iman itu perlu dilakukan berkali-kali, minimal dua kali. Bila Al-Qur'an atau alam ini dibaca dan diselidiki berkali-kali, maka manusia akan menemukan bahwa Allah itu pemurah, yaitu bahwa Ia akan mencurahkan pengetahuan-Nya kepadanya dan akan memperkokoh imannya.

Sobat. Di antara bentuk kepemurahan Allah adalah Ia mengajari manusia mampu menggunakan alat tulis. Mengajari di sini maksudnya memberinya kemampuan menggunakannya. Dengan kemampuan menggunakan alat tulis itu, manusia bisa menuliskan temuannya sehingga dapat dibaca oleh orang lain dan generasi berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu itu dapat dikembangkan. Dengan demikian, manusia dapat mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembang. Demikianlah besarnya fungsi baca-tulis.

Untuk  urutan kedua, ketiga dan ke-empat surat yang turun di awal-awal menjadi Nabi dan Rasul Muhammad SAW  kita akan lanjutkan pada tulisan berikutnya.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual)

Senin, 02 Oktober 2023

Ingin berdakwah Tanpa Beban?



Tinta Media - Sobat, kadang kita berharap atau tepatnya berkhayal, alangkah indahnya jika kita bisa berjuang tanpa beban apapun. Hingga kita bisa fokus berjuang. Bisa kapan dan dimana saja memikul tugas dakwah. Padahal faktanya jauh dari itu. 

Tentu saja berkhayal. Keluarga sakinah harmonis tanpa problem. Istri anak Sholih Sholihah. Rajin ngaji dan ikut berdakwah. Berbakti kepada orang tua. Mau berangkat kapan saja tanpa beban. Pokoke semua ok!

Kerjaan lancar. Gaji besar. Bos kita juga pejuang Islam. Untuk alasan berdakwah kapan saja bisa dapat ijin. No problem. Pokoke semua ok!

Usaha lancar. Untung besar. Pelanggan Sholih Sholihah. Uang berjibun. Tak ada utang. Banyak piutang. Anak buah juga semua ok. Bisnis masa depan cerah. Pokoke semua ok!

Tetangga baik. Peduli dan ringan tangan. Semua juga berdakwah. Jika kita pergi mereka menjaga keluarga kita. Semua kaya juga. Ga ada yang suka ngutang. Apalagi yang suka ngemplang utang...jauuuh lah. Pokoke semua ok!

Keluarga besar? Wah, malah jauh lebih ok. Kedua orang tua, Kakak adik, paman bibi, ponakan, sepupu, pak de, pak Lik, bu de, Bu Lik, semua berdakwah dan mendukung dakwah. Pokoke semua ok!

Jika bisa seperti itu baru kita berkhayal akan fokus dan gasspol berjuang. Tapi sayangnya, semua itu cuman khayalan.

Faktanya, bisa jadi malah semua ruwet. Kerjaan ruwet. Gaji seret. Kebutuhan berjibun.  Bos di kantor galak minta ampun ga tolerir jika minta ijin. Atau usaha lagi lesu. Utang banyak jatuh tempo. Sementara piutang ga bisa ditarik. Sementara anak istri mendukung dakwah. Keluarga besar palagi suka ribut dan menuntut. Tetangga? suka gosip radikal radikul. Pokoke ruwet!

Terus kita harus bagaimana?

Jawaban nya ada dalam hadits Baginda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

‘Ajaban li-amril mu’min, inna amrahu kullahu khairun walaisa dzaaka li ahadin illa lil-mumin in ashaabathu sarraa syakara, fakaana khairan lahu, wain ashaabathu dharraa`a shabara fakaana khairan lahu.

“Benar-benar mengagumkan keadaan seorang mukmin. Segala urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Dari sini menjadi jelas bahwa setiap mukmin tidak akan lepas dari ujian. Sehingga dia bisa mendapatkan pahala dari sabar dan syukurnya. Sikap kita dalam menghadapi beban hidup dengan tetap maju berdakwah dalam kondisi apapun merupakan kemuliaan bagi kita. Kita tidak minta problem. 

Namun jika problem datang kita hadapi dengan dua cara. Pertama kita selesaikan dengan cara yang syariy sehingga kita mendapatkan pahala. Yang kedua kita bersabar atau bersyukur sehingga kita pun mendapatkan pahala. Yang ketiga kita pun berdoa mohon pertolongan, kemudahan dan ampunan maka itupun berpahala. 

Jadi masih berkhayal mau berjuang tanpa beban? Ga kan?
Sebab, pertama khayalan itu mustahil. Kedua, andai saja bisa terjadi maka peluang amal Sholih kita hilang. 

Oleh karena itu sholat, insyaallah kita maju terus pantang mundur. Ga usah berkhayal ini dan itu.

Selamat berjuang. Moga kita Istiqomah. Aamiin[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Anakku, Jadilah Pengemban Dakwah!



Tinta Media - Anakku, sepanjang sejarah betapa banyak orang-orang hebat. Ada Namruz yang begitu besar kekuasaannya. Begitu juga Firaun. Ada Qorun yang begitu kaya raya jauh melebihi bill gate dkk. Ada juga Bal'am yang begitu alim bahkan doanya mustajab. Namun mereka semua binasa Nak. Tak ada yang selamat. 

Oleh karenanya, aku tak sedikitpun berharap kamu menjadi berkuasa, kaya, atau alim alamah. Andai itu bisa maka boleh saja. Sebab semua itu rezeki dari Allah Nak. Namun harapan terbesarku adalah kamu menjadi pejuang Islam. Pengemban dakwah untuk menegakkan Islam kaffah.

Oleh karena itu, rajinlah ngaji. Ngaji yang disiplin. Entah di pondok atau kah tidak. Ngaji yang rutin pekanan. Yang mengkaji konsep-konsep Islam kaffah mulai aqidah hingga syariah. Mulai perkara ibadah mahdhoh hingga ibadah jihad. 

Jadilah Pejuang Islam nak. Jadilah pengemban dakwah. Itulah jalan Nabimu, Baginda Rasulullah Saw, jalan para sahabat Nabimu. Jalan para pendahulu umat ini. Jalan orang-orang para nabi alayhimus salam, jalan para shidiqin, Syahidin dan Sholihin 

Perhatikanlah Nak, tidak ada seorang pun sahabat nabi Radhiyallahu Anhum yang menghabiskan hidup mereka hanya untuk kerja nyari uang. Tidak ada yang hidupnya hanya untuk bisnis. Tak ada Nak. Semua mereka ada para pejuang. Semua adalah para pengemban dakwah. Maka hidup mereka mulia karena dakwah. Hidup mereka jaya karena berislam kaffah. 

Begitulah harapan terbesarku Nak. Selamat belajar Nak. Selamat berjuang! Semoga Allah senantiasa menjagamu. Aamiin.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Kemenangan Itu Pasti, Yang Belum Pasti Amal Kita



Tinta Media - Allah Maha Kuasa menepati janji-Nya. Dan Dia tak akan pernah ingkar janji. Maka janji Allah pasti terjadi. 

Beda dengan janji manusia yang pasti tidak pastinya. Mengapa? Sebab manusia itu lemah dan suka ingkar janji. Kadang mampir tapi tak mau menepati janji sehingga ingkar terhadap janji. Kadang serius mau nepati janji namun apa daya tak mampu sehingga tetap saja janjinya ga bisa ditunaikan. 

Kemenangan dengan kembalinya kekuasaan Islam yang menerapkan Islam secara kaffah itu sudah pasti. Sebab Allah telah menjanjikan demikian. Allah berfirman dalam Surah An-Nuur Ayat 55 – 56

Allah Ta’ala berfirman,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS. An-Nuur: 55-56)

Allah menjanjikan kekuasaan kepada kita dengan syarat kita beriman dan beramal Sholih. Beramal Sholih yang terkait dengan terwujudnya kekuasaan Islam yakni khilafah. Bukan sembarang amal Sholih tentu saja. Yakni dengan dakwah mengikuti metode dakwah Nabi Saw yang secara politis mengarahkan agar umat memiliki kekuasaan yang melaksanakan Islam kaffah dan melindungi dakwah.

Hanya saja amal kita yang belum pasti akhirnya. Apakah Husnul khotimah atau malah sebaliknya? Oleh karena itu yang paling penting bukanlah kapan kemenangan itu datang namun amal apa yang kita kerjakan.

 Apakah kita ikut berjuang sesuai teladan nabi Muhammad Saw? Ataukah malah kita berdiam diri saja? Atau bahkan Kuta memusuhi perjuangan itu? Itulah masalah kita. 

Oleh karena itu kita harus benar benar berupaya menjaga iman kita dengan terus semaksimal mungkin mentaati Allah dan Rasul-nya. Yakni dengan bersungguh-sungguh untuk tetap berjuang. Wallaahu a’lam.

Berjuang yuk! Ngaji yuk![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Potensi Akal ( Al-Fu’ad / Al-af’idah ) Anugerah Hebat dari Allah



Tinta Media - Sobat. Kata Fu’ad dalam kajian psikologi diberi arti aspek batin manusia. Sebagian pendapat yang lain mengatakan, bahwa  fu’ad adalah tengah-tengah hati. Sebagian lain mengatakan adalah bagian kulit tipis hati sedangkan hatinya adalah bijinya. 

Allah SWT berfirman :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” ( QS. An-Nahl (16) : 78 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan kegaiban dan keajaiban yang sangat dekat dengan manusia. Mereka mengetahui fase-fase pertumbuhan janin, tetapi tidak mengetahui bagaimana proses perkembangan janin yang terjadi dalam rahim sehingga mencapai kesempurnaan. Sejak bertemunya sel sperma dan sel telur sampai menjadi manusia baru yang membawa sifat-sifat kedua orang tua dan leluhurnya. Dalam proses kejadian ini, terdapat rahasia hidup yang tersembunyi. 

Sesudah mencapai kesempurnaan, Allah mengeluarkan manusia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Tetapi sewaktu masih dalam rahim, Allah menganugerahkan potensi, bakat, dan kemampuan seperti berpikir, berbahagia, mengindra, dan lain sebagainya pada diri manusia. Setelah manusia lahir, dengan hidayah Allah segala potensi dan bakat itu berkembang. 

Akalnya dapat memikirkan tentang kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan, serta hak dan batil. Dengan pendengaran dan penglihatan yang telah berkembang itu, manusia mengenali dunia sekitarnya, mempertahankan hidupnya, dan mengadakan hubungan dengan sesama manusia. 

Dengan perantaraan akal dan indra, pengalaman dan pengetahuan manusia dari hari ke hari semakin bertambah dan berkembang. Semua itu merupakan rahmat dan anugerah Tuhan kepada manusia yang tidak terhingga. Oleh karena itu, seharusnyalah mereka bersyukur kepada-Nya, baik dengan cara beriman kepada keesaan Allah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain maupun dengan mempergunakan segala nikmat Allah untuk beribadah dan patuh kepada-Nya.

Hadis Nabi saw:
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, "Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah swt berfirman, "Siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Dan tiada mendekat kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada menjalankan pekerjaan yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku selalu mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan menjalankan ibadah-ibadah sunah sehingga Aku menyukainya. Apabila Aku telah menyukainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia pakai mendengar, penglihatannya yang ia pakai melihat, tangannya yang ia pakai memukul, dan kakinya yang ia pakai berjalan. Apabila ia memohon kepada-Ku, pasti akan Kukabulkan permohonannya, dan apabila ia minta perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi dia. (Riwayat al-Bukhari).

Sobat. Sebagian ulama ada yang mengartikan kata af’idah adalah akal yang markasnya di dalam hati. Pendapat ini menurut Ibnu Katsir adalah yang paling shalih. Sedangkan yang lainnya berpendapat, bahwa fu’ad yang bentuk jamaknya afídah adalah dimagh (otak). Dengan adanya fu’ad, akal dapat memilah perkara yang manfaat dan mudharat.

Allah SWT berfirman :
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ  
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” ( QS. Ibrahim (14) : 37 )

Sobat. Ayat ini menerangkan saat Ibrahim a.s. akan kembali ke Palestina menemui istrinya Sarah, meninggalkan istrinya Hajar dan putranya Ismail yang masih kecil di Mekah, di tengah-tengah padang pasir yang tandus, tanpa ditemani oleh seorang manusia pun dan tanpa bekal untuk keluarganya yang ditinggalkan. Waktu itulah ia berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, mohon agar keluarganya itu dilindungi dan diselamatkan dari segala bahaya dan bencana yang mungkin akan menimpanya.

Sobat. Ibrahim a.s. adalah nabi dan rasul yang diutus menyeru raja Namrudz, raja Babilonia dan rakyatnya, agar mereka mengikuti agama Allah. Setelah menerima siksaan, halangan, dan ancaman dari raja Namrudz dan pengikut-pengikutnya, Ibrahim meninggalkan Babilonia dan akhirnya menetap di Palestina, bersama istrinya Sarah dan pembantu istrinya seorang wanita yang bernama Hajar. Karena Sarah wanita yang mandul, maka Ibrahim a.s. tidak mempunyai seorang putra pun, sedang umurnya telah menginjak masa tua. Sekalipun demikian keinginannya untuk mempunyai seorang putra tetap merupakan cita-cita yang selalu diidam-idamkannya. Oleh karena itu, dinikahinya pembantu istrinya bernama Hajar itu setelah mendapat izin dan persetujuan dari Sarah. Dari pernikahan itu, lahirlah seorang putra yang bernama Ismail dan dengan kelahiran itu pula, terkabullah cita-cita Ibrahim yang diingininya selama ini.

Sobat. Kesayangan Ibrahim kepada putranya Ismail dan bertambah cintanya kepada Hajar menimbulkan rasa cemas dan iri hati pada diri Sarah. Cemas karena khawatir akan berkurang cinta Ibrahim kepadanya, dan iri hati karena ia sendiri tidak dapat memenuhi keinginan Ibrahim untuk memperoleh seorang putra sebagai penerus hidupnya, sedang pembantunya Hajar dapat memenuhi keinginan suaminya. Sarah menyampaikan perasaan hatinya itu kepada suaminya Ibrahim, dan meminta dengan sangat agar Ibrahim membawa dan menjauhkan Hajar dan putranya Ismail darinya. Dengan demikian, ia tidak lagi melihat kebahagiaan Hajar dan semakin bertambah dewasanya Ismail. Ibrahim dapat merasakan betapa dalam cintanya kepada Sarah. Ia pun khawatir kalau-kalau Sarah sedih jika permintaan itu tidak dikabulkan. Oleh karena itu, Ibrahim pun mengabulkan permintaan Sarah. Maka dibawanya Hajar dan putranya, Ismail yang masih kecil, berjalan mengikuti untanya tanpa mengetahui tujuannya, dalam keadaan iba dan terharu mengingat nasib yang akan dialami oleh istrinya dan putranya nanti. Dalam keadaan yang demikian, tanpa disadarinya, sampailah ia ke daerah yang asing baginya, suatu daerah yang terletak di antara bukit-bukit batu yang gersang, yang sekarang bernama kota Mekah.

Sobat. Pada waktu itu, Mekah merupakan daerah dataran rendah padang pasir yang belum didiami oleh seorang manusia pun. Tidak ditemukan suatu sumber air. Menurut hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari bahwa di tempat itu terdapat sebatang pohon kayu, dan di bawah pohon itulah Ibrahim dan keluarganya berteduh dan melepaskan lelah dari perjalanan yang jauh dari Palestina sampai ke Mekah sekarang ini.

Sobat. Setelah beberapa hari Ibrahim menemani Hajar dan putranya di tempat itu, ia pun teringat kepada istrinya Sarah yang ditinggalkannya di Palestina. Ingin kembali ke Palestina, ia tak sampai hati pula meninggalkan Hajar dan putranya. Dalam keadaan demikian, ia pun memutuskan akan kembali ke Palestina dan meminta persetujuan dari Hajar. Di waktu ia meminta persetujuan dan kerelaan hati Hajar, maka Hajar bertanya kepada Ibrahim, "Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu agar aku ditempatkan di daerah sunyi lagi tandus ini?" Ibrahim menjawab, "Benar." Hajar menjawab, "Jika demikian, Dia (Allah) tidak menyia-nyiakan kita."

Sobat. Maka berangkatlah Ibrahim ke Palestina, menemui istrinya Sarah dan meninggalkan istri dan putranya Ismail yang masih kecil di tempat itu, di tengah-tengah panas matahari membakar padang pasir, tanpa rumah tempat berteduh, dan perbekalan yang cukup, kecuali sekendi air untuk pelepas haus. Ketika Hajar dan putranya sampai kepada suatu tempat, yang waktu itu semua perbekalan dan air minum telah habis, putranya Ismail menangis kehausan, sedang air susunya tidak mengalir lagi. Ia bermaksud mencari air, dan ditidurkannya putranya di bawah pohon tempat ia berteduh. Ia pun pergi ke mana saja yang dianggapnya ada air, namun ia tidak menemukannya setetes pun. sehingga, tanpa disadarinya ia telah berlari-lari kecil pulang balik tujuh kali antara bukit Safa dan bukit Marwah, tetapi ia belum juga memperoleh air barang setetes pun. 

Maka dengan rasa sedih dan putus asa, ia kembali ke tempat putranya yang ditinggalkan. Waktu itu Ismail sedang menangis kehausan sambil memukul-mukulkan kakinya ke tanah. Hajar pun berdoa menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.

Sobat. Dalam keadaan yang demikian, Ibrahim yang sedang melanjutkan perjalanannya ke Palestina, ingat akan istri dan putranya yang ditinggalkan dan nasib yang mungkin sedang dideritanya, karena diperkirakan makanan dan air yang ia tinggalkan telah habis. Lalu ia pun berdoa sebagaimana terdapat dalam ayat itu, "Wahai Tuhanku, aku telah menempatkan sebagian keturunanku, yaitu istri dan anakku Ismail, yang akan melanjutkan keturunanku, di lembah padang pasir yang tandus lagi gersang, di dekat tempat akan didirikan Kabah, rumah-Mu nanti, yang dihormati, yang Engkau akan melarang manusia mencemarkan kehormatannya, dan yang akan Engkau jadikan daerah sekitarnya sebagai daerah haram, yaitu dilarang di tanah itu berperang dan menumpahkan darah."

Sobat. Doa Ibrahim dan istrinya Hajar itu dikabulkan Tuhan. Waktu itu juga, terpancarlah air dari tanah bekas pukulan kaki anaknya Ismail yang sedang menangis. Di saat itu pula, timbullah pada diri Hajar rasa syukur kepada Allah atas rahmat-Nya yang tiada terhingga, dan timbullah dalam hatinya harapan akan kelangsungan hidupnya dan putranya lalu diminumkannya air itu kepada putranya Ismail. Karena khawatir air itu habis dan lenyap kembali ke dalam pasir, maka ia mengumpulkan air itu dengan tangannya, seraya berkata, "Zam! Zam! (Berkumpullah! Berkumpullah!)" Dan terkumpullah air itu, tidak kering-kering sampai sekarang dan bernama Telaga Zamzam.

Sobat. Dengan adanya Telaga Zamzam di tempat itu, banyaklah orang yang lewat meminta air ke sana. Tatkala Bani Jurhum melihat adanya sumber air di tempat itu, maka mereka minta izin kepada Hajar tinggal bersama di sana, dan Hajar pun mengabulkan permintaan itu. Sejak itu, mulailah kehidupan di daerah yang tandus itu, semakin hari semakin banyak pendatang yang menetap. Akhirnya timbullah negeri dan kebudayaan, sehingga daerah tersebut menjadi tempat jalan lintas perdagangan antara barat dan timur.

Sobat. Setelah Ismail dewasa, ia menikah dengan salah seorang wanita Bani Jurhum, pendatang baru itu, yang kemudian menurunkan keturunan yang merupakan cikal-bakal penghuni negeri itu. Keturunan itu berkembang biak, mendiami negeri Mekah dan sekitarnya. Dari keturunan Ismail inilah nanti, lahir Nabi Muhammad di kemudian hari, sebagai nabi dan rasul Allah yang penghabisan.

Sobat. Dalam ayat di atas, selanjutnya diterangkan bahwa Ibrahim a.s. berdoa kepada Tuhan agar memelihara keturunannya yang ada di Mekah, menjadi-kan mereka sebagai orang-orang taat mengerjakan salat, menghambakan dan menundukkan dirinya kepada Tuhan. Ia juga meminta agar Tuhan menjadi-kan hati manusia cenderung, cinta, dan kasih kepada keturunannya itu, diberi rezeki, dan didatangkan bahan makanan dan buah-buahan ke negeri yang tandus itu, karena di negeri itu tidak mungkin hidup tumbuh-tumbuhan yang diperlukan sebagai bahan makanan.

Sobat. Doa Nabi Ibrahim dikabulkan Allah swt. Terbukti sejak dahulu hingga sekarang banyak manusia yang mengunjungi Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah, serta melihat bekas peninggalan-peninggalan dan perjuangan Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Demikian pula banyak didatangkan ke bumi yang tandus itu pelbagai macam barang keperluan yang diperlukan penghuni negeri itu, seperti bahan makanan, buah-buahan, dan barang pakaian sampai barang mewah.

Sobat. Penganugerahan karunia yang berlipat ganda itu ditegaskan dalam firman Allah swt:
Dan mereka berkata, "Jika kami mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami." (Allah berfirman) Bukankah Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (al-Qashash/28: 57)

Sobat. Allah swt menganugerahkan rezeki dan kekayaan yang banyak kepada penduduk dan negeri Arab itu agar mereka mensyukuri nikmat Allah dengan menjaga Baitullah, melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan menghentikan larangan-larangan-Nya.

Sobat. Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang diperoleh selama hidup di dunia ini, adalah untuk keperluan beribadah kepada Tuhan. Dengan hasil yang diperoleh itu, dapat disempurnakan pelaksanaan perintah-perintah Allah dan penghentian larangan-Nya, bukan semata-mata untuk kepentingan dan kesenangan diri sendiri.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Temukan Hikmah dalam Setiap Kejadian



Tinta Media - Sobat. Hikmah adalah mata hati dan kata hati. Hikmah adalah ucapan atau kata-kata yang anda dengar, anda baca atau anda dapatkan dari mana pun dan dari siapa pun , yang memberi anda pemahaman dan makna baru setiap peristiwa yang terjadi sehingga anda dapat melihat berbagai perkara dengan cara yang lebih baik. "Barangsiapa melihat pelajaran dalam musibah maka ia telah mendapatkan hikmah." Demikian kata Imam Alin bin Abi Thalib ra.

Allah SWT berfirman :
يُؤۡتِي ٱلۡحِكۡمَةَ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِيَ خَيۡرٗا كَثِيرٗاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ  
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” ( QS. Al-Baqarah (2) : 269 )

Sobat. Allah akan memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maksudnya, bahwa Allah mengaruniakan hikmah kebijaksanaan serta ilmu pengetahuan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-Nya, sehingga dengan ilmu dan dengan hikmah itu dia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, antara was-was setan dan ilham dari Allah swt.

Alat untuk memperoleh hikmah ialah akal yang sehat dan cerdas, yang dapat mengenal sesuatu berdasarkan dalil-dalil dan bukti-bukti, dan dapat mengetahui sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya. Barang siapa yang telah mencapai hikmah dan pengetahuan yang demikian itu berarti dia telah dapat membedakan antara janji Allah dan bisikan setan, lalu janji Allah diyakini dan bisikan setan dijauhi dan ditinggalkan.

Allah menegaskan bahwa siapa saja yang telah memperoleh hikmah dan pengetahuan semacam itu, berarti dia telah memperoleh kebaikan yang banyak, baik di dunia, maupun di akhirat kelak. Dia tidak mau menerima bisikan-bisikan jahat dari setan, bahkan dia menggunakan segenap panca indra, akal dan pengetahuannya untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang batil, mana yang petunjuk Allah dan mana yang bujukan setan, kemudian dia berserah diri sepenuhnya kepada Allah.

Pada akhir ayat ini Allah memuji orang yang berakal dan mau berpikir. Mereka selalu ingat dan waspada serta dapat mengetahui apa yang bermanfaat dan dapat membawanya kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “ Hikmah adalah cahaya mukmin. Maka semua kata yang menasihatimu dan mendorongmu kepada kebaikan serta menahanmu dari keburukan adalah hikmah.”

Sobat. Hikmah bisa datang dan muncul dari mana pun dan dari siapa pun. Pelajaran berharga dalam kehidupan kita tidak hanya datang dari para alim ulama atau para filsuf. Seorang panyair menuturkan : “ Ambillah hikmah dari mana pun ia berasal bak sinar matahari, ia datang dari segala arah.

Sobat. Andai tidak ada rasa sakit dan penderitaan, aku tidak memahami arti ketenangan dan kenyamanan. Tanpa masalah dan kesulitan, tentu aku tidak bergerak maju dan meraih bahagia.  Inilah hikmah.

Sobat. Kesulitan dan kemudahan adalah dua kekuatan yang saling mengisi dan melengkapi hingga akhir zaman. Keduanya dibutuhkan untuk menciptakan perubahan dan kemajuan pada masa depan. Inilah Hikmah.

Sobat. Ketika berbagai kesulitan hidup menghantam kita, pandangan kita terhadap banyak hal sangat terbatas, kita membutuhkan keluasan dan pandangan jauh ke depan. Masalah apa saja bisa mengeruhkan kebeningan hidup kita. Tetapi ketika kita melihat masalah tersebut dari sudut pandang yang luas, saat itulah-dalam sekejap mata- masalah itu jadi terasa ringan. Oleh karenanya teruslah kita menambah ilmu dan memperluas cakrawala pandangan kita dalam kehidupan ini.

Sobat. Jangan terpendam dalam masa lalu. Jangan pedulikan apa pun dan siapa pun yang berusaha menjauhkan Anda dari arah perubahan dan kemajuan. Sandarkan diri Anda kepada Allah yakinlah bahwa Allah SWT tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.

Sobat. Jika anda menghadapi masalah atau kesulitan dalam hidup, ambil napas dalam-dalam. Lalu, sambil hembuskan napas, ucapkan " Alhamdulillah " tiga kali lalu senyumlah. Dengarkanlah kabar gembira bahwa kebaikan dari segala kebaikan dalam perjalanan menujumu. Insya Allah

Sobat. Jalanilah sungguh-sungguh setiap saat dalam hidup anda seakan-akan itu adalah saat terakhir. Jalani kehidupan dengan menjaga cintamu kepada Allah SWT. Jadikan akhlak dan perilaku Rasulullah SAW sebagai teladan.

Sobat. Diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Siapakah diantara kalian yang harta ahli warisnya lebih ia cintai daripada hartanya sendiri? Mereka (para shahabat) menjawab: Tidak ada di antara kami kecuali hartanya lebih ia cintai. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Sungguh hartanya adalah apa yang telah ia infakkan dan harta ahli warisnya adalah yang ia tinggalkan (tidak diinfakkan)” (HR. Al-Bukhari).

Sobat. Hadits ini menjelaskan, harta milik seseorang yang sesungguhnya adalah harta yang disiapkannya untuk kehidupan sesudah kematiannya. Harta tersebut benar-benar akan membawa manfaat baginya. Bukan harta yang dia kumpulkan lalu dibagi-bagikan kepada ahli warisnya. Harta yang ditinggalkan seseorang, walau diatasnamakan kepada dirinya, ia akan berpindah kepada ahli warisnya lalu diatasnamakan kepada mereka. Pertanyaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada para sahabatnya ini berlaku bagi kita juga. Yang jawabannya juga sama, setiap kita pasti lebih suka dengan harta kita sendiri.

Namun tidak setiap kita tahu hakikat harta miliknya. Harta kita yang sebenarnya adalah yang kita simpan untuk akhirat, sehingga kelak manfaatnya kembali kepada kita. Maksud harta yang akan menjadi milik kita adalah harta yang kita gunakan untuk kebaikan, mendekatkan diri kepada Allah, membantu orang susah, mengobatkan orang misin yang sakit, bersedekah, infak, dan semisalnya.

Sobat. Kisah ini sempat viral di berbagai literasi media sosial dan pesan berantai, sementara  penelusuran atas penulis asli kisah ini tidak diketahui, yang menjadi kisah ini sangat inspiratif adalah betapa kedua tokoh ini sangat memahami arti dari nilai-nilai kebaikan kepada orang lain  dan selalu menghadirkan Allah dalam keputusan yang di ambil. Adalah suami sepulang jam kantor menelepon istrinya bahwa ia  mendapatkan bonus akhir tahun dari perusahaan tempat ia bekerja sebesar 150 juta, dan berencana untuk membeli sebuah mobil sederhana yang diimpikan sejak lama untuk keluarga kecil mereka,  namun dalam perjalanan pulang sang suami mendapat telepon dari Ibunya yang membutuhkan uang 50 juta rupiah untuk membayar hutang almarhum ayahnya, dan langsung mengiyakan untuk membayar  hutang itu, selang beberapa lama seorang sahabatnya memohon pertolongan untuk biaya operasi anaknya yang tidak ter-cover asuransi, sejumlah 80 juta. Ia pun berpikir sejenak.

Uang bonusnya tinggal 100 juta. Jika ini diberikan kepada sahabatnya, maka tahun ini ia gagal membeli mobil impiannya. Tapi nuraninya mengetuk, “Berikan padanya. Mungkin kamu memang jalan Allah untuk menolong sahabatmu itu. Mungkin ini memang rezekinya yang datang melalui perantara dirimu.” Ia pun menuruti panggilan nuraninya.

Setibanya di rumah, ia menemui istrinya dengan wajah yang lesu. Sang istri bertanya, “Kenapa, mas? Ada masalah? Tidak seperti biasanya pulang kantor murung gini?” Sang suami mengambil napas panjang, “Tadi ibu di kampung telepon, butuh 50 juta untuk bayar utang almarhum bapak. Tidak lama, sahabat abang juga telp, butuh 80 juta untuk operasi anaknya. Uang kita tinggal 20 juta. Maaf ya, tahun ini kita tidak jadi beli mobil dulu.”

Sang istri pun tersenyum, “Aduh, mas, kirain ada masalah apaan. Mas, uang kita yang sebenarnya bukan yang 20 juta itu, tapi yang 130 juta. Uang yang kita infakkan kepada orang tua kita, kepada sahabat kita, itulah harta kita yang sesungguhnya, yang akan kita bawa menghadap Allah, yang tidak mungkin bisa hilang jika kita ikhlas. Sedangkan yang 20 juta di rekening itu, masih belum jelas, benaran harta kita atau akan menjadi milik orang lain.”

Sobat. Sebagai  penutup artikel ini  yuk gunakan segala pengetahuan dan kecakapan   untuk membuat kehidupan anda lebih baik, lebih maju, dan lebih terarah. Bekerja dan berjuanglah dengan penuh disiplin. Hadapilah segala kesulitan dan masalah  dengan sabar, seraya tetap menjaga harga diri dan kehormatan. Jalanilah hidup  anda dengan cinta  penghargaan terhadap potensi yang anda miliki.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Jumat, 15 September 2023

Dituntut Optimal, Kesejahteraan Guru Belum Terjamin



Tinta Media - Bupati Bandung Dadang Supriatna membuka kompetensi keprofesian guru ASN (Aparatur Sipil Negara) Madrasah di Lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Bandung dengan tujuan untuk membentuk karakter para guru agar lebih profesional dan memiliki ciri khas tersendiri (24/08/2023). Ciri khas itu berupa cara, sikap, langkah, dan penyampaian pelajaran dari para guru agar mudah dipahami oleh anak didik. 

Bupati berpesan agar jangan sampai anak didik lebih mengandalkan Google daripada gurunya. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, serta kompetensi profesi sebagai tenaga pengajar dan pendidik yang profesional untuk memajukan Kabupaten Bandung "Bedas" menuju Indonesia Emas 2024.

Kompetensi guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memberikan pengajaran yang efektif, profesional, dan menyenangkan, sehingga anak didik menjadi seseorang yang pintar, kreatif, dan berkarakter. Tahun 2023 ini Bupati sudah menggelontorkan bantuan hibah kepada 124 madrasah ibtidaiyah se-Kabupaten Bandung.

Tuntutan pada para guru begitu besar karena memang tugas guru sangat penting sebagai pendidik generasi agar dapat menjadi penerus estafet kejayaan suatu bangsa. Sayangnya, beban berat ini tidak sebanding dengan kesejahteraan yang mereka dapatkan dari negara. 

Saat ini gaji guru ASN masih jauh dari cukup bila dibandingkan dengan pengeluaran untuk hidup sehari-hari. Gaji guru SMA ASN berkisar Rp1,56 juta/ bulan (golongan IA) - Rp5,9 juta/ bulan (golongan IV E). Apalagi yang masih honorer di daerah-daerah,  berkisar antara Rp1 - 3 juta / bulan. 

Dengan kondisi serba mahal di zaman sekarang, penghasilan guru dirasa masih kurang sehingga banyak yang mengambil pekerjaan sampingan untuk mencari tambahan penghasilan. Belum lagi kewibawaan guru di sekolah sebagai pendidik kalah oleh aduan anak didik kepada orang tuanya saat mendisiplinkan mereka. Bahkan, ada guru yang dipidanakan karena menghukum siswa yang tidak membuat tugas. 

Demikianlah penghargaan terhadap seorang guru di negara dengan paham kapitalisme sekuler. Tidak ada istilah keberkahan ilmu karena rida guru. Ini akibat agama dijauhkan dari kehidupan. Tata krama dan penghargaan kepada guru sangat rendah, baik dari siswa maupun dari negara. 

Berbeda sekali dengan keadaan guru dalam sistem Islam. Guru sangat dimuliakan karena hakikat ilmunya. Rasulullah saw. bersabda, 

"Barang siapa memuliakan orang alim (guru),  maka ia memuliakan aku. Dan barang siapa memuliakan aku, maka ia memuliakan Allah. Dan tempat kembalinya adalah surga."

Kaum muslimin percaya bahwa dengan memuliakan guru, maka ilmunya berkah dan memberi manfaat bagi umat. Ganjaran ilmu yang bermanfaat adalah surga. 

Memuliakan guru juga dapat dilihat dari catatan sejarah. Khalifah Umar bin Khattab memberi upah seorang guru sebesar 15 Dinar atau setara 60 gram emas atau setara dengan uang Rp60 juta/ bulan. Sungguh upah yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di zaman itu (1400 tahun yang lalu), bahkan untuk zaman sekarang. Jadi, guru tidak harus mencari penghasilan tambahan lagi. 

Kesejahteraan guru berpengaruh pada kesungguhan guru dalam mendidik murid-muridnya.  Sehingga, tertulis dalam sejarah selama masa keemasan (14 abad) Islam mencetak generasi yang saleh, berkarakter, dan berilmu tinggi. Zaman itu, banyak dilahirkan ilmuwan muslim yang terkenal sampai sekarang. Di antaranya adalah:

Ibnu Sina dengan julukan Bapak Kedokteran. Karya besarnya adalah filosofi dan kedokteran maupun anatomi tubuh.  

Khawarizmi, ahli dalam bidang matematika. Beliau adalah penemu angka nol.  

Al Zahrawi, ilmuwan yang berkontribusi dalam kesehatan. Beliau memiliki julukan sebagai Bapak Ilmu Bedah Dunia.  

Ibnu Khaldun, seorang pakar ekonomi sosiologi dan politik yang sering disebut Bapak Ekonomi.

Al zaraji, seorang ahli mekanik dan telah banyak menciptakan robot. 

Ibnu Al Haytham, penemu kamera pertama di dunia, dan masih banyak lagi ilmuwan yang lahir dari era keemasan Islam.

Standar pendidikan Islam  berupa kurikulum dan tujuan pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Pendidikan dilaksanakan dalam rangka bertakwa kepada Allah Swt. dan sebagai  penerapan syariah Islam secara menyeluruh. 

Dengan begitu, sangat jelas bahwa mencetak generasi yang berkarakter tidak bisa dilakukan dalam paham kapitalis sekuler yang rusak, tetapi harus  berlandaskan pada aturan yang mutlak dan sahih, yaitu syariat Islam buatan Allah Swt. dan telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para khalifahnya sehingga tercapai Islam rahmatan lilalamiin, yaitu Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, baik manusia maupun makhluk lainnya.

Pemberian hibah dari seorang pemimpin adalah suatu kewajiban, bukan sebagai bukti kebaikan pemimpin itu. Hal ini karena seorang pemimpin dalam Islam bertugas sebagai penjaga dan pengurus kepentingan rakyat. Sudah sewajibnya memenuhi kebutuhan rakyatnya, bukan memanfaatkan bantuan untuk kepentingan pencitraan dirinya. 

Rasulullah saw. bersabda, "Imam /Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang di urusnya.'

Wallahu 'alam bi shawab

Oleh: Nunung Juariah, 
Sahabat Tinta Media

Kemiskinan Ekstrem Hanya Bisa Diatasi dengan Sistem Islam



Tinta Media - Pandemi Covid-19 telah berakhir, tetapi efeknya masih terasa hingga kini. Salah satunya adalah kondisi ekonomi yang buruk alias kemiskinan. Bukan kemiskinan biasa, tetapi kemiskinan ekstrem yang terjadi di kawasan Asia Pasifik yang diperkirakan oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) sebanyak 155,2 juta orang atau 3,9% dari populasi kawasan. Jumlah ini meningkat 67,8 juta dibandingkan masa sebelum  pandemi dan inflasi tinggi. (detikNews.com)

ADB mengategorikan kemiskinan ekstrem jika pendapatan kurang dari US$2,15 (setara Rp32.000) per hari atau sekitar kurang dari Rp1 juta per bulan. Angka ini belum disesuaikan dengan kenaikan inflasi akibat perang di Ukraina yang melumpuhkan rantai suplai makanan global.  

Sistem kapitalis tidak memiliki batasan baku tentang kemiskinan sehingga setiap negara memiliki standar kemiskinan yang berbeda-beda.

Pada 2030, ADB memperkirakan 1,26 miliar penduduk di Asia akan rentan secara ekonomi. Hal ini ditafsirkan melalui pendapatan antara US$3,65 hingga 6,85 atau sekitar Rp100 ribu per hari, setara Rp3,1 juta per bulan. Untuk itu, pemerintah di Asia diimbau untuk memperkuat jejaring pengaman sosial guna mencegah krisis bereskalasi. 

Kepala Ekonom ADB, Albert Park mengatakan bahwa lonjakan inflasi telah membuat masyarakat miskin menjadi pihak yang paling dirugikan karena mereka kehilangan kemampuan dalam membeli kebutuhan pokok, seperti makanan dan bahan bakar karena harganya semakin mahal.

Masyarakat miskin juga kehilangan kemampuan untuk menabung, membayar layanan kesehatan, dan berinvestasi di bidang pendidikan. Mereka seperti terjebak dalam jurang kemiskinan dan sangat sulit keluar. Akhirnya, mereka tetap bahkan semakin miskin.

Mirisnya, kondisi yang bertolak belakang pun terjadi, yaitu dengan tumbuhnya angka populasi ultra-high net worth (UHNW) atau individu yang berpenghasilan sangat tinggi di kawasan Asia Pasifik sekitar 51% selama periode 2017-2022.  

Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang mencetak orang-orang kaya ini atau yang sering disebut para sultan. Dalam edisi terbaru The Wealth Report (segmen Wealth Sizing Model) dari Knight Frank disebutkan bahwa Singapura, Malaysia, dan Indonesia memiliki pertumbuhan UHNW tercepat di Asia, yaitu sebesar 7-9%.

Fakta ini menunjukkan bahwa dalam sistem kapitalis fenomena yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin miskin itu benar adanya. Ketimpangan sosial sangat terpampang nyata. Ada yang punya rumah mewah lengkap dengan fasilitas serba wah, koleksi kendaraan mewah, barang-barang bermerek, jalan-jalan keliling dunia, dan segala kenikmatan dunia  yang melimpah. 

Sementara, di tempat lain ada yang tidak bisa makan hingga mati kelaparan, tidak mampu mengakses layanan kesehatan hingga meregang nyawa, putus sekolah, bahkan melakukan kejahatan demi bertahan hidup. Bahkan, tidak sedikit yang bunuh diri karena tidak lagi sanggup menghadapi kerasnya hidup. Para konglomerat hartanya kian bertambah, sementara rakyat kelas menengah ke bawah semakin susah.

Pemerintah melalui presiden Jokowi berencana akan menggelontorkan dana sebesar Rp493,5 triliun dari APBN 2024 untuk mempercepat penurunan kemiskinan tahun depan.(CNN Indonesia.com, 16/8/2023)
Dana ini juga dialokasikan untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM).

Dilansir dari situs sepakat.bappenas.go.id, ada beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah guna menanggulangi kemiskinan ekstrem ini dengan tiga strategi utama, yaitu penurunan beban pengeluaran masyarakat,  peningkatan pendapatan masyarakat, dan meminimalkan kantong wilayah kemiskinan.

Pemerintah juga berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memudahkan investasi, pendataan penduduk, dan sinergi antarlembaga terkait.

Namun, semua ini belum mampu menuntaskan masalah kemiskinan ekstrem ini karena terjadi secara sistemik, jadi hanya bisa diselesaikan dengan solusi yang sistemik pula.

Akar Masalah Kemiskinan

Kemiskinan yang terjadi hari ini disebabkan karena penerapan sistem ekonomi kapitalis. Dalam sistem ini, prinsip ekonominya adalah meraih keuntungan atau materi sebanyak-banyaknya. Tidak peduli halal haram, asal bisa mendatangkan keuntungan materi akan dilakukan. 

Dalam sistem ini, kepemilikan umum bebas dikuasai individu atau swasta. Imbasnya adalah masyarakat terhalang untuk menikmatinya. Fasilitas publik juga dijadikan lahan untuk dikomersialkan. 

Kesehatan, pendidikan, dan keamanan yang seharusnya menjadi hak rakyat harus dibayar mahal. Ditambah dengan mental para pejabat yang buruk, tidak amanah yang justru memanfaatkan kekuasaan demi kepentingan pribadi dan melakukan berbagai kezaliman. Korupsi kian menggurita dari level bawah hingga atas.

Islam Solusi Atasi Kemiskinan Ekstrem

Apapun masalahnya, Islam punya solusinya. Ini bukanlah slogan semata. Telah terbukti dan teruji bahwa sistem Islamlah satu-satunya yang mampu menuntaskan masalah kemiskinan dan memberikan kesejahteraan bagi setiap individu yang hidup di dalamnya. 

Dalam  Islam kemiskinan diukur sejauh mana seseorang mampu memenuhi kebutuhan pokoknya berupaya sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Dalam kitab Nizam Iqtishadi karya Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, kata fakir secara bahasa sama dengan ihtiyaj, yaitu membutuhkan. Sementara, secara syariah fakir adalah orang yang membutuhkan, yang keadaannya tidak bisa dimintai apa-apa. Atau orang yang menjadi lemah oleh kesengsaraan. 

Islam menganggap masalah kemiskinan manusia dengan standar yang sama, di negara mana pun, serta kapan pun. Kemiskinan dalam Islam adalah ketika tidak terpenuhinya kebutuhan primer secara menyeluruh. Kebutuhan primer dalam Islam ada tiga yaitu sandang, pangan, dan papan. Hal ini Allah jelaskan dalam QS At-Thalaq ayat 6, Al-Baqarah ayat 233 dan hadis riwayat Ibnu Majah.

Islam telah menjadikan pemenuhan kebutuhan primer serta mengusahakannya untuk orang yang tidak bisa memperolehnya adalah fardhu. Jika bisa dipenuhi sendiri oleh seseorang, maka pemenuhan itu menjadi kewajibannya. Jika ia tidak mampu memenuhinya, maka harus ditolong oleh orang lain. 

Mekanismenya ialah dengan pemenuhan nafkah ini oleh kerabat terdekat yang memiliki hubungan darah. Jika tidak ada, maka negara wajib menanggungnya dari baitul mal pada pos zakat. Apabila pos zakat tidak cukup maka diambil dari pos lain. Jika di Baitul mal tidak ada harta sama sekali, maka negara memungut pajak dari orang-orang kaya.

Negara Islam menjamin terpenuhinya kebutuhan primer secara tidak langsung, yaitu dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Dengan adanya lapangan pekerjaan, maka laki-laki sebagai penanggung jawab nafkah dapat memenuhi kewajibannya. Negara tidak akan memberikan secara gratis makanan, pakaian, dan rumah sehingga masyarakat jadi malas. 

Negara juga bisa memberikan kesempatan pada setiap orang untuk menghidupkan tanah mati dan membeberikan hak untuk memilikinya. Negara juga bisa memberikan lahan pada mereka yang mampu menggarapnya. Jika mereka membutuhkan modal, negara bisa memberikan pinjaman modal tanpa riba, bantuan fasilitas penunjang seperti bibit, alat pertanian, teknologi dan lainnya. 

Dalam Islam, kepemilikan ada tiga, yaitu individu, umum, dan negara. Kepemilikan individu memungkinkan bagi siapa saja untuk memperoleh harta guna memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang dibolehkan Islam, di antaranya bekerja, waris, kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup, pemberian negara, dan harta yang diperoleh tanpa kompensasi harta atau tenaga.

Sementara, kepemilikan umum adalah izin Asy-Syari' kepada suatu komunitas masyarakat untuk sama-sama memanfaatkan benda/ barang, yaitu fasilitas umum, barang tambang yang tidak terbatas, dan sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki hanya oleh individu secara perorangan. Negara wajib mengelolanya dan hasilnya dikembalikan pada rakyat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Ketiga kepemilikan negara yang merupakan hak semua kaum muslim yang pengelolaannya menjadi wewenang Khalifah. Ia bisa mengkhususkan sesuatu untuk sebagian kaum muslim sesuai ijtihadnya. Contohnya fai', kharaj, jizyah, dan sebagainya.

Negara Islam juga akan menjaga agar distribusi kekayaan merata agar tidak berkumpul hanya pada sekelompok orang saja. Negara akan mengambil tanah pertanian yang tidak dikelola pemiliknya lebih dari tiga tahun dan memberikannya pada siapa saja yang membutuhkan. 

Dalam Islam juga ada kewajiban zakat, anjuran untuk berinfak, membantu sesama, memberikan utang, hibah, dan hadiah. Islam juga memiliki mekanisme pengelolaan harta, hukum seputar tanah, perdagangan dan industri, serta hukum muamalah. Islam melarang     cara-cara terlarang dalam pengembangan harta. Dengan mekanisme ini, keseimbangan ekonomi dalam masyarakat akan terwujud.

Pembangunan ekonomi dalam Islam bertumpu pada sektor riil. Ini berbeda dengan sistem kapitalis yang ditopang ekonomi nonriil yang rentan krisis. Selain itu, Islam memakai sistem uang emas, bukan kertas (fiat money) seperti sekarang yang rentan kena inflasi.

Dengan semua mekanisme ini,  kemiskinan ekstrem  memungkinkan diatasi. Kalau pun ada, biasanya terjadi dalam skala individu, dan itu semua bagian dari ujian Allah untuk hamba-Nya, bukan karena kesalahan sistem. Maka, sudah saatnya kita campakkan sistem kapitalis ini dan beralih pada sistem Islam. Sampai kapan kita harus merasakan kesulitan hidup ini, akibat kita tidak menerapkan aturan Allah? Hukum siapa yang lebih baik dari pada hukum Allah? Wallahua'lam bishawab.

Oleh: Yuli Ummu Raihan
Penggiat Literasi

Rabu, 13 September 2023

Stop Narkoba hingga Akar



Tinta Media - Tahukah Anda, Indonesia termasuk dalam segitiga emas perdagangan narkoba di dunia? Bahkan, Indonesia pernah menduduki peringkat pertama dunia sebagai pasar narkoba terbesar. Kebanyakan, Indonesia mendapatkan pasokan barang haram ini, terutama jenis metafetamin atau sabu dari negara-negara tetangga, seperti Cina, Taiwan, dan Singapura. 

Tidak hanya di dunia bebas, peredaran narkoba justru lancar di dalam lapas. Benarkah demikian? Jika benar, kenapa bisa terjadi? Mestinya, lapas dengan penjagaan ketat bebas dari berbagai narkoba dan kejahatan lainnya.

Alih-alih bebas dari narkoba, lapas ternyata justru menjadi pasar narkoba yang paling aman dan besar di Indonesia. Sebagaimana telah diungkap Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bahwa ada jaringan pengedaran narkoba lintas kota masuk ke DIY. Satu di antara tiga jaringan tersebut dikendalikan dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (lapas) di Jawa Tengah. (Detik, 8/9/2023)

Sementara itu, Kapolda Lampung Irjen Pol Helmy Santika menyampaikan keberhasilan tim dalam mengungkap pengedaran sabu seberat 10 kg atas keterlibatan David yang sekarang menjadi tahanan lapas Nusakambangan. Istri David, Adelia Putri Salma pun ditangkap Direktorat Narkotika Polda Lampung karena diduga terlibat pada jaringan narkotika internasional yang dilakukan suaminya. (Metrotvnews.com, 31/8/2023). 

Ironis dan tragis jika lapas ternyata tidak menjadikan orang jera, tetapi justru menjadi surga pengedar narkoba.

Jika ditelusuri lagi, pengedaran narkoba yang dikendalikan dari lapas bukanlah hal baru. Kelonggaran penjagaan karena justru para oknum aparat terlibat dalam memberikan perlindungan para sindikat narkoba menjadikan pemasaran barang haram ini kian mudah dikendalikan dari dalam lapas. 

Aparat dengan sumpah jabatannya menjaga negara dari berbagai kejahatan tidak lagi berpengaruh. Dalam peribahasa, aparat adalah pagar makan tanaman. Aparat seharusnya mampu melindungi rakyat dari berbagai kejahatan, tetapi justru merusaknya dengan narkoba.

Ironis, padahal narkoba memiliki dampak buruk yang besar bagi masyarakat. Perampokan, begal bisa dilakukan pecandu narkoba ketika mereka ingin membeli barang haram tersebut, sementara tidak memiliki uang. Jika merasa terancam, mereka tidak segan untuk membunuh korbannya. Ketika mereka dalam kondisi tidak waras karena pengaruh narkoba pun bisa melakukan pelecehan seksual kepada siapa saja yang ada di dekatnya. Maka, narkoba bisa menjadi sumber dari segala kejahatan yang harus segera dihentikan, bukan justru dilindungi apalagi difasilitasi oleh oknum aparat.

Besarnya Pasar Narkoba

Pengaruh kehidupan di sistem kapitalisme, sekuler liberal menjadikan banyak orang berbuat sesukanya asal menghasilkan cuan. Tidak peduli seberapa besar bahaya yang ditimbulkan dari sebuah kejahatan, asalkan menguntungkan, akan dilakukan. Begitu pula dengan oknum aparat yang terlibat dalam sindikat narkoba, mereka hanya mementingkan kekayaan tanpa memedulikan dampak dan sumpahnya.

Maka, wajar jika lapas dijadikan markas besar bisnis narkoba. Tidak hanya menggunakan, pengedar, bahkan bandar narkoba semakin diminati para penghuni lapas. Pasalnya, mereka dapat meraup harta fantastis dari bisnis ini. Bukan sekadar jutaan, tetapi miliaran, bahkan triliunan bisa dia kantongi. 

Semakin banyak pelaku bisnis barang haram ini, sudah pasti jumlah pengguna juga semakin tinggi pula. Sudah menjadi keharusan bagi penjual untuk menambah jumlah pembeli, sehingga mereka terus memengaruhi siapa pun untuk mengonsumsi barang dagangannya. 

Jadi, sistem kapitalisme sekuler liberal inilah biang kerok suburnya pasar narkoba di Indonesia. Masyarakat tidak peduli dengan halal dan haram, meski beragama Islam. Mereka hanya berpikir kesenangan dunia, cuan, dan pengakuan.

Peran Negara

Sebenarnya pemerintah Indonesia telah berusaha dengan berbagai cara untuk memberantas peredaran narkoba. Beberapa kasus terkait narkoba, berhasil digagalkan. Namun, semua upaya tersebut tidak sebanding dengan pesatnya pemasaran narkoba. 

Ringannya hukuman bagi para pengguna, pengedar, bahkan bandar narkoba membuat orang bertahan pada bisnis haram ini. Maka, sudah seharusnya negara mengubah hukuman menjadi lebih berat bagi para pelaku, mulai dari pengguna sampai bandar besarnya.

Tak cukup dengan memberantas peredaran narkoba, negara harus terus melakukan pencegahan. Beberapa di antaranya yaitu dengan melakukan edukasi-edukasi tentang bahaya narkoba, memberikan kegiatan positif pada masyarakat, serta menguatkan akidah mereka. 

Negara hendaknya mampu menyejahterakan rakyat sehingga tidak ada di benak mereka untuk mengambil jalan haram dalam memenuhi kebutuhan. Dengan demikian, pengguna dan pelaku bisnis barang haram ini bisa ditekan semaksimal mungkin, bahkan dibersihkan hingga akar.

Solusi Islam

Bagi umat Islam, standar berbuatannya adalah halal dan haram. Narkoba merupakan barang yang telah jelas keharamannya sehingga harus ditinggalkan. Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan empat Imam berikut ini merupakan dalil yang kuat tentang keharaman narkoba.

“Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda bahwa sesuatu yang banyaknya memabukkan, maka walaupun sedikit hukumnya haram.” (HR Ahmad dan imam empat).

Hadis tersebut jelas melarang umat menggunakan maupun mengedarkan narkoba, baik jumlahnya besar maupun kecil dan dalam bentuk apa pun. 

Dalam sistem Islam, penyalahgunaan narkoba tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi justru negara yang harus berperan secara maksimal untuk mencegah sekaligus memberantasnya.

Dalam sistem Islam, negara akan membuat kebijakan-kebijakan yang tegas terhadap pelaku penyalahgunaan narkoba, baik konsumen, pengedar, terlebih produsen dengan dorongan akidah. Seluruh aparat menjadikan ini sebagai tugas mulia dari Allah sehingga mereka melaksanakan dengan kesungguhan karena pengawasnya langsung dari Sang Mahakuasa dengan imbalan pahala jika dilaksanakan, dan dosa ketika diabaikan, apalagi dilanggar.

Dalam sistem Islam, negara akan senantiasa menjaga suasana keimanan, menguatkan akidah sehingga mereka hidup hanya berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunah. 

Negara terus berusaha menjaga agar keluarga dan sistem pendidikan berlandaskan akidah sehingga setiap individu memiliki kekuatan untuk menolak kemaksiatan yang datang menggoda.

Selanjutnya, negara akan terus berupaya memberikan kesejahteraan pada rakyatnya sehingga tidak ada pikiran pada setiap individu untuk mengambil keuntungan dari barang haram. 

Negara juga mengontrol perdagangan di dalam maupun luar negeri sehingga bisa mengetahui dan menindak tegas pengedaran narkoba yang kemungkinan berasal dari luar negeri. Dengan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh oleh negara, insyaallah pengedaran narkoba bisa diberantas hingga akarnya. 
Allahu a’lam bish shawab.

Oleh: R. Raraswati
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Pemuda adalah Agen Perubahan, Bukan Budak Kapitalisme



Tinta Media - Untuk meningkatkan peran pemuda dalam pembangunan, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bandung berkolaborasi dengan  Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) menggelar acara bersama dunia usaha. Kepala Dispora Kabupaten Bandung Ir. Kawaludin berharap, dengan adanya kegiatan ini, banyak wirausahawan muda yang berkiprah dalam dunia usaha di Kabupaten Bandung. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Hotel Grand Sunshine, Soreang, Kabupaten Bandung. (VISI.NEWS, Kamis, 31/8/2023) 

Kolaborasi antara dunia usaha dan pemuda dirasa sangat penting dan harus digarisbawahi karena peran aktif pemuda sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah dalam menghadapi tantangan global.

Ditekankan pula bahwa dengan pemikiran positif dan kreatif serta semangat berwirausaha, akan tercapai target Indonesia emas tahun 2045.

Pemuda adalah generasi yang akan membentuk Bangsa Indonesia. Pemuda juga dapat menjadi benteng untuk melawan pengaruh negatif dari pergaulan bebas, narkoba, dan pelopor dalam bisnis dan perkembangan sosial. 

Adapun yang menghadiri acara adalah Ketua PHNI yang diwakili oleh Sekretaris, serta Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Kabupaten Bandung, Forum Kewirausahaan Pemuda (FKP), dan juga berbagai pihak, termasuk Pengurus DPD KNPI Kabupaten Bandung,

Kita  paham bahwa pemuda adalah agen perubahan bagi bangsa dan negara. 

Bung Karno berkata, "Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia " 

Itulah perkataan Bung Karno sebagai gambaran mengenai pemuda sebagai agen perubahan. Tentunya pemuda yang tangguh dan berkualitas adalah jenjang yang paling bagus dan optimal karena kematangan akal dan jasmaninya. Generasi muda yang kritis sangat dibutuhkan untuk melakukan perubahan ketika masyarakat berada dalam kungkungan tirani kezaliman.  

Pemuda yang bertanggung jawab dan beriman bisa menjadi teladan yang baik bagi umat, karena karena baik buruknya umat kelak sangat bergantung pada kondisi pemuda saat ini. 

Namun sayang, peran pemuda telah dibajak oleh sistem kapitalisme sekuler. Pemuda yang memang sudah rapuh sangat mudah terseret arus liberal. Di sinilah  peran pemuda  mudah diarahkan. Dalam kapitalisme, peran pemuda diberdayakan dan difokuskan pada sektor teknologi dan wirausaha yang justru memandulkan peran pemuda yang sesungguhnya. Dengan dalih untuk memulihkan kondisi keterpurukan ekonomi, sosial, dan penganggaran yang merupakan dampak dari pandemi Covid-19, para pemuda dituntut untuk ikut berperan aktif dalam bidang kewirausahaan. 

Jika ditelaah, akan jelas terlihat bahwa pemerintah/ negara tidak paham akar permasalahan yang dihadapi negara ini. Negara sibuk membuat agenda dan kegiatan agar pemuda bergerak dan berkontribusi untuk melakukan perubahan-perubahan yang difokuskan pada pencapaian materi yang bersifat pragmatis. 

Sungguh sangat disayangi jika peran pemuda yang seharusnya kritis dan fokus terhadap masalah umat terkebiri dan dibelokkan arah sesuai dengan kepentingan kapitalis. Di sisi lain, sistem ekonomi kapitalis yang masih mencengkeram, mustahil berhasil menyelesaikan permasalahan yang ada.

Hal penting yang harus dimiliki oleh pemuda untuk bisa menjadi agen perubahan adalah menjadikan Islam sebagai satu-satunya solusi. Dari segi pendidikan Islam yang berlandaskan akidah Islam akan membentuk generasi muda yang beriman dan bertakwa. 

Ketika keimanannya kuat, maka para pemuda tidak mudah terseret arus peradaban kapitalisme. Mereka akan merealisasikan keimanan secara kaffah dan tidak dipilih-pilih. 

Para pemuda akan terus mengkaji Islam secara kaffah, mau terikat dengan hukum syariat sebagai bentuk konsekuensi keimanan. Dengan demikian, segala perbuatan baik dan buruk, halal haramnya sesuai  dengan hukum syariat.

Ditunjang dengan sistem ekonomi Islam yang diterapkan , pasti menyejahterakan seluruh rakyat, baik muslim ataupun non muslim, tidak berlandaskan keuntungan seperti halnya sistem kapitalisme. 

Karena itu, jadikan perjuangan Rasulullah saw. sebagai teladan perjuangan para pemuda. Jadi tidak ada jalan lain selain hanya dengan penerapan Islam secara kaffah. Dengan begitu, maka terbentuklah sosok pemuda yang tangguh sebagai tonggak perubahan, bukan sebagai budak kapitalisme. Wallahu a'lam bishawab.

Oleh: Dartem, 
Sahabat Tinta Media

Ketika Tiang Roboh, Muncul Banyak Masalah



Tinta Media - Salat adalah tiang agama. Jika didirikan, maka tegaklah agama. Sebaliknya, jika ditinggalkan, robohlah agama. Seseorang bisa dikenali sebagai muslim dengan melakukan salat, terlebih perbedaan antara mukmin dengan kafir adalah salatnya.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda, 
“Perbedaan antara kami dengan orang kafir adalah salat. Barang siapa yang meninggalkan salat, maka ia telah kafir." (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah).

Menjadi renungan bagi kita yang mengaku muslim, tetapi tidak salat. Berarti, ia telah disamakan dengan orang kafir. Sebutan ini punya konsekuensi berat dan besar karena orang kafir tidak mengimani Allah Swt. dan Rasulullah saw. Mereka adalah makhluk yang merugi di dunia, terlebih di akhirat kelak.

Jika tiang roboh, maka rusaklah sebuah bangunan. Demikian juga jika seorang muslim yang meninggalkan salat, maka rusak dan roboh imannya hingga dikatakan kafir. 

Ancaman Allah Swt. melalui lisan Rasulullah saw. tersebut harus menjadi perhatian bagi setiap muslim bahwa jangan pernah meninggalkan salat dalam kondisi apa pun. 

Perintah salat tidak berat dan menzalimi hamba, bisa dikerjakan di kendaraan, rumah, masjid, tanah lapang, dan di mana saja dengan durasi lima menit, bahkan bisa lebih cepat lagi. 

Bandingkan dengan aktivitas yang lain, semisal searching media sosial, ngobrol, bermain, memancing, climbing, dan lainnya yang ternyata sangat lama hingga berjam-jam. Bahkan, salat jika tidak kuat berdiri karena sakit, bisa duduk. Kalau duduk tidak mampu, dibolehkan sambil berbaring. Perintah ini tidak banyak menyita waktu dan ringan, tetapi pelaksanaannya butuh kekuatan iman hingga tegaklah salat.

Salat bisa dikatakan tali penghubung antara hamba dengan Pencipta. Hamba adalah ciptaan, pasti lemah, terbatas, dan memerlukan pada Sang Maha Pencipta. Allah mengadakan semua keperluan yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup. 

Untuk itulah manusia akan merasa tenang hatinya dan tenteram jiwanya jika sudah melaksanakan salat. Sebaliknya, hidup akan gelisah dan terombang-ambing tatkala meninggalkannya.

Namun, sangat miris melihat kondisi saat ini. Salat banyak ditinggalkan hanya karena  masalah sepele, seperti karnaval, gerak jalan, hajatan, kerja, dan lainnya. Banyak umat lslam dengan enteng meninggalkannya tanpa merasa berdosa. Apalagi memasuki bulan Agustus, saat merayakan kemerdekaan, mereka dengan mudah mengabaikan pelaksanaan salat.

Inilah konsekuensi penerapan sistem sekularisme, sistem yang meninggalkan aturan agama dalam mengatur kehidupan. Manusia tidak lagi terikat dengan syariat hingga berani bermaksiat kepada Tuhan semesta alam.

Kebijakan yang tersistemik
telah membuat manusia bermaksiat secara massal. Di hampir seluruh wilayah negeri ini, rakyat merayakan kemerdekaan dengan aktivitas yang sama seperti di atas. Ketika pemimpin mengeluarkan kebijakan, pasti diikuti oleh segenap masyarakat. Yang memberi masukan dianggap angin lalu, apalagi yang tidak berpartisipasi seakan menentang aturan pemerintah.

Jadilah negeri ini jauh dari kebaikan dan keberkahan karena ulah tangannya sendiri. Kemiskinan, korupsi, narkoba, tawuran, pembunuhan, aborsi, dan banyak lagi permasalahan pelik yang lain terjadi setiap waktu. Padahal, negeri ini dikarunia kekayaan alam yang melimpah. Seandainya dikelola sesuai syariat dan penduduknya taat, maka akan dicurahkan keberkahan yang membuat hidup sejahtera (QS. Al-A’raf:  96). 
Allahu a’lam

Oleh: Umi Hanifah 
(Aktivis Muslimah Jawa Timur).

Selasa, 12 September 2023

Karakter yang Harus Ada pada Seorang Pemimpin




Tinta Media - Islam menetapkan beberapa karakter  yang harus ada pada diri seorang pemimpin sehingga dia layak untuk jadi pemimpin. Yang paling menonjol di antaranya:

Kekuatan, ketakwaan dan lemah lembut kepada rakyatnya.

1. Kekuatan ini terkait dengan ketegasan dalam mengambil keputusan. Di sinilah Baginda Nabi Muhammad Saw menganggap bahwa Abu Dzar Ra lemah ketika beliau meminta jabatan sehingga ditolak oleh Rasulullah Saw. 

Yang dimaksud kekuatan adalah kekuatan syakhshiyah yakni kekuatan aqliyah dan nafsiyah. Akal seorang pemimpin yang mampu mengetahui setiap persoalan dan berbagai interaksi yang menjadi tanggung jawabnya. Dia mengetahui kondisi rakyatnya sehingga bisa mengurus rakyat dengan baik.
Nafsiyah sebagai pemimpin yang mengarahkan dia untuk berperilaku sebagai pemimpin. Mengontrol kecenderungannya sebagai pemimpin.

2. Ketakwaan. Pentingnya ketakwaan di sini karena kekuatan kepribadian sebagai pemimpin berpeluang melahirkan tirani. Sehingga pemimpin harus melindungi dirinya dengan ketakwaan.

Kesadaran bahwa dia selalu diawasi oleh Allah akan memberikan dia kekuatan untuk tidak melakukan kezaliman dalam kekuatan yang dia miliki. 

3. Lemah lembut kepada rakyat 

Seorang pemimpin harus tegas dalam menegakkan syariah atas rakyatnya. Tanpa kelemahlembutan akan berpotensi menimbulkan antipati. Pemimpin tidak boleh menyusahkan rakyatnya dengan alasan apapun. Laksana penggembala maka dia akan menjaga ternaknya dan memberikan makanan serta minuman terbaik.

Bahkan Nabi Muhammad SAW mendoakan secara khusus bahwa barang siapa pemimpin umat Islam yang menyusahkan rakyat agar dibuat sudah oleh Allah.

Demikianlah karakter yang harus ada pada pemimpin umat Islam. Bukan malah menjadi pemimpin yang pembohong, penipu, kasar, zholim, dll yang seperti banyak terjadi di negeri-negeri muslim hari ini. Na'udzubillah min dzalik![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

MAU HIDUP TANPA CAPEK?





Tinta Media - Capek salah satu keluhan yang paling sering kita dengan bukan? Dan memang wajar kita merasa capek setelah beraktivitas. Meskipun capek bukanlah alasan untuk tidak menjalankan kewajiban. Betapa indahnya jika kita bisa bebas dari capek. Tapi apa bisa ya? Pasti bisa! Kok bisa bagaimana caranya? Dengan masuk surga tentu saja. mau kan? Pasti mau lah.

Allah Ta’ala berfirman,

لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ

“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan dari padanya.” (QS. Al-Hijr: 48). 

Ibnu Katsir rahimahullah ketika menerangkan ayat ini mengatakan, “Mereka tidak ada kesulitan dan gangguan.”

Hal ini bisa dilihat dari hadis yang membicarakan tentang keutamaan Ummul Mukminin Khadijah radhiyallahu ‘anha dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْكَ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ

“Pada suatu ketika Jibril pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah. Ia datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi lauk pauk, atau makanan atau minuman.’ ‘Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.’” (HR. Bukhari, no. 3820 dan Muslim, no. 2432)

Bahkan hidup di surga tanpa gangguan apa pun. Tanpa kesulitan apapun. Ga lagi mikirin problem apapun. Baik problem kerjaan, rumah tangga, hobi, bisnis bahkan ga ada juga problem dakwah. Pokoknya asyik. Asyik kan? Pastinya.

Moga kita termasuk ahlul jannah. Bahkan jannatul firdaus. Aamiin.
Yuk ah kita kejar surga ya Sobat! []

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab