Tinta Media: tsaqofah keilmuan
Tampilkan postingan dengan label tsaqofah keilmuan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tsaqofah keilmuan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 05 Oktober 2023

Tiga Pondasi Tauhid dalam Al-Fatihah



Tinta Media - Sobat. Surah Al-Fatihah  dibangun di atas sendi ilahiyyah, rububiyyah dan rahmah. Ayat “ Kepada-Mu kami menyembah” didirikan atas dasar ilahiyyah. Ayat “ Kepada-Mu kami meminta pertolongan” dibangun atas rububiyyah, dan meminta petunjuk kepada jalan yang lurus adalah sifat yang didasarkan kepada rahmah.

Sedangkan kata alhamd  memuat tiga hal bahwa Allah adalah yang terpuji ilahiyyah, rububiyyah dan rahmah-Nya. Pujian dan keagungan adalah kesempurnaan kekuasaan-Nya. Selain itu surah al-Fatihah menetapkan kenabian dari berbagai sudut pandang.

1. Sobat. Allah SWT sebagai Tuhan Semesta Alam, tentu tidak pantas meninggalkan hamba-Nya dalam keadaan sia-sia, sehingga mereka tidak mengetahui apa yang bermanfaat apa yang bermanfaat dan berbahaya bagi hidupnya di dunia dan di akherat. Membiarkan manusia dalam kondisi seperti ini berarti merusak rububiyyah Allah dan menisbahkan Allah kepada sesuatu yang tidak pantas bagi-Nya.

2. Sobat. Di antara Asma Allah adalah “ Yang Disembah” ( al-Ma’luh al-Ma’bud), dan tentu saja manusia tidak akan pernah mengetahui cara menyembah selain melalui pemberitahuan para Rasul-Nya.

3. Sobat. Asma Allah lainnya adalah “ Maha Pengasih” (ar-Rahman ). Berkat rahmat-Nya, Allah tidak membiarkan hamba-Nya dan memberitahu mereka jalan menuju kesempurnaan. Siapa saja yang memahami secara benar makna ar-Rahman, dia  akan mengetahui bahwa di balik nama tersebut terkandung makna pengutusan para Rasul dan penurunan kitab suci. Pengertian ini lebih luar biasa dibanding sekadar memuat makna menurunkan hujan dan menumbuhkan biji-bijian. Efek rahmat Allah bagi kehidupan hati dan ruh itu jauh lebih besar daripada pengaruhnya bagi kehidupan jasmani.

Sobat. Jadi surah Al-Fatihah  mengandung tiga pondasi tauhid yang telah disepakati para Rasul  yakni  al-Tauhid al-‘Ilmi, karena surah ini berhubungan dengan beberapa informasi dari Allah dan pengetahuan, inilah disebut juga Tauhid al-Asma’ was Shifat.  Surah ini juga mengadung al-Tauhid al-Qashdi al-Iradi  karena surah ini berkaitan dengan tujuan dan kehendak. Dan itu ada dua macam yakni Tauhid ar-Rububiyyah dan tauhid fi al-ilahiyyah.

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  
“ Segala Puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.”  ( Al-Fatihah (1) : 2 )

Sobat. Pada ayat di atas, Allah memulai firman-Nya dengan menyebut "Basmalah" untuk mengajarkan kepada hamba-Nya agar memulai suatu perbuatan yang baik dengan menyebut basmalah, sebagai pernyataan bahwa dia mengerjakan perbuatan itu karena Allah dan kepada-Nyalah dia memohonkan pertolongan dan berkah. Maka, pada ayat ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu memuji-Nya.

Al-hamdu artinya pujian, karena kebaikan yang diberikan oleh yang dipuji, atau karena suatu sifat keutamaan yang dimilikinya. Semua nikmat yang telah dirasakan dan didapat di alam ini dari Allah, sebab Dialah yang menjadi sumber bagi semua nikmat. Hanya Allah yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Karena itu Allah sajalah yang berhak dipuji. Orang yang menyebut al-hamdu lillah bukan hanya mengakui bahwa puji itu untuk Allah semata, melainkan dengan ucapannya itu dia memuji Allah.

Rabb artinya pemilik, pengelola dan pemelihara. Di dalamnya terkandung arti mendidik, yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaan yang sempurna dengan berangsur-angsur.

'alamin artinya seluruh alam, yakni semua jenis makhluk. Alam itu berjenis-jenis, yaitu alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, alam manusia, alam benda, alam makhluk halus, umpamanya malaikat, jin, dan alam yang lain. Ada mufasir mengkhususkan 'alamin pada ayat ini kepada makhluk-makhluk Allah yang berakal yaitu manusia, malaikat dan jin. Tetapi ini mempersempit arti kata yang sebenarnya amat luas.

Dengan demikian, Allah itu Pendidik seluruh alam, tak ada sesuatu pun dari makhluk Allah yang terlepas dari didikan-Nya. Tuhan mendidik makhluk-Nya dengan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia menumbuhkan, menjaga, memberikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu, guna kesempurnaan hidupnya masing-masing.

Siapa yang memperhatikan perjalanan bintang-bintang, menyelidiki kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang di laut dan di darat, mempelajari pertumbuhan manusia sejak dari rahim ibunya sampai ke masa kanak-kanak, lalu menjadi manusia yang sempurna, tahulah dia bahwa tidak ada sesuatu juga dari makhluk Allah yang terlepas dari penjagaan, pemeliharaan, asuhan dan inayah-Nya.

Oleh karena itu, segala puji yang tak terhitung hanya milik Allah SWT yang sepadan dengan kesempurnaan sifat-Nya. Tidak ada satu makhluk pun yang sanggup membatasi kadar keterpujian sifat sempurna dan keagungan Allah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “ Ya Allah, aku berlindung dengan Ridha-Mu dari murka-Mu, dengan ampunan-Mu dari adzab-Mu, dan dengan-Mu dari-Mu, aku tidak bisa menghitung pujianku kepada-Mu seperti Engkau memuji diri-Mu” ( HR Muslim ). Ini sebagai dalil Tauhid al-Asma’ wash-Shifat.

ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ  
“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

Sobat. Pada ayat dua di atas Allah swt menerangkan bahwa Dia adalah Tuhan seluruh alam. Maka untuk mengingatkan hamba kepada nikmat dan karunia yang berlipat-ganda, yang telah dilimpahkan-Nya, serta sifat dan cinta kasih sayang yang abadi pada diri-Nya, diulang-Nya sekali lagi menyebut ar-Rahman ar-Rahim. Yang demikian dimaksudkan agar gambaran keganasan dan kezaliman seperti raja-raja yang dipertuan dan bersifat sewenang-wenang lenyap dari pikiran hamba.

Allah mengingatkan dalam ayat ini bahwa sifat ketuhanan Allah terhadap hamba-Nya bukanlah sifat keganasan dan kezaliman, tetapi berdasarkan cinta dan kasih sayang. Dengan demikian manusia akan mencintai Tuhannya, dan menyembah Allah dengan hati yang aman dan tenteram, bebas dari rasa takut dan gelisah. 

Malah dia akan mengambil pelajaran dari sifat-sifat Allah. Dia akan mendasarkan pergaulan dan tingkah lakunya terhadap manusia sesamanya, atau terhadap orang yang di bawah pimpinannya, malah terhadap binatang yang tak pandai berbicara sekalipun, atas sifat cinta dan kasih sayang itu. Karena dengan jalan demikianlah manusia akan mendapat rahmat dan karunia dari Tuhannya.

Rasulullah bersabda:
Allah hanya sayang kepada hamba-hamba-Nya yang pengasih. (Riwayat at-tabrani)

Orang-orang yang penyayang, akan disayangi oleh Allah yang Rahman Tabaraka wa Ta'ala.(Oleh karena itu) sayangilah semua makhluk yang di bumi, niscaya semua makhluk yang di langit akan menyayangi kamu semua. (Riwayat Ahmad, Abu Dawud at-Tirmidzi dan al-hakim).

Rasulullah bersabda: 
"Siapa yang kasih sayang meskipun kepada seekor burung (pipit) yang disembelih, akan disayangi Allah pada hari Kiamat. (Riwayat al-Bukhari)

Maksud hadis yang ketiga ialah menggunakan aturan dan tata cara pada waktu menyembelih burung, misalnya memakai pisau yang tajam. Dapat pula dipahami dari urutan kata ar-Rahman, ar-Rahim, bahwa penjagaan, pemeliharaan dan asuhan Allah terhadap seluruh alam, bukanlah karena mengharapkan sesuatu dari alam itu, tetapi semata-mata karena rahmat dan kasih sayang-Nya.

Boleh jadi ada yang terlintas dalam pikiran orang, mengapa Allah membuat peraturan dan hukum, dan menghukum orang-orang yang melanggar peraturan itu? Pikiran ini akan hilang bila diketahui bahwa peraturan dan hukum, begitu juga azab di akhirat atau di dunia yang dibuat Allah untuk hamba-Nya yang melanggar tidaklah berlawanan dengan sifat Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena peraturan dan hukum itu rahmat dari Allah demi untuk kebaikan manusia itu sendiri. Begitu pula azab dari Allah terhadap hamba-Nya yang melanggar peraturan dan hukum itu sesuai dengan keadilan-Nya.



Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Rabu, 04 Oktober 2023

Hanya Tempat Transit



Tinta Media - Nabi Muhammad Saw memerintahkan kita untuk hanya menjadikan dunia ini tempat singgah. Alias numpang lewat. Namanya singgah pastinya ga permanen. Bahkan hanya sepintas. Namanya juga cuman singgah. Kalo menetap itu namanya transmigrasi.

Beliau Saw bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ [وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ] وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”

Dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah mengatakan, “Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.”

(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 6416)

Artinya namanya singgah kan kita hanya fokus ambil bekal untuk lanjut lagi. Juga melakukan beberapa kegiatan yang mendesak. Meski tempat tinggal itu sangat nyaman ber AC sejuuuk. Indah menawan mata. Pelayannya ramaaah memanjakan. tapi itu semua tak boleh melenakan kita. Karena jika kita terlena kemudian lupa bahwa kita harus jalan lagi. Maka resikonya kita akan ketinggalan kendaraan. Kemudian kita akan terlunta lintas di sana karena kehabisan bekal. Dan tak bisa nyampe tempat tujuan. 

Demikian lah dunia ini. Kita tak perlu sedih dengan apa yang terlewat dari tangan. Kita tak boleh juga terlalu bangga dengan apa yang ada ditangan toh itu semua akan kita tinggalkan kecuali bekal perjalanan. 

Oleh karena itu janganlah demi dunia kita kurban kan akhirat. Dunia seindah apapun hanyalah alat. Sementara akhirat sejauh apapun adalah tujuan yang pasti kita datang ke sana. 

Jangan karena jabatan maka kita korbankan akhirat. Kita korbankan prinsip aqidah kita. Kita korbankan ketaatan kepada Allah dan Rasul Nya . Maka sungguh rugilah dan sungguh bangkrutlah manusia yang demi dunia ini kemudian melepaskan genggaman terhadap akhirat. Na'udzubillah min dzalik.

Semoga Allah mudahkan kita untuk memupuk bekal perjalanan. Agar kita selamat sentosa sampai tujuan. Aamiin.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Gunung, Mendaki Menuju Kesuksesan



Tinta Media - Sobat. Kita dilahirkan dengan satu dorongan inti yang manusiawi  untuk  terus mendaki. Yang dimaksud dengan  mendaki atau pendakian dengan pengertian yang lebih luas yakni menggerakkan tujuan hidup Anda ke depan, apa pun tujuan itu misalnya memberikan kontribusi yang berarti selama hidup, semakin mendekatkan diri kepada Allah. Orang-orang  yang  sukses sama-sama memiliki dorongan yang mendalam untuk berjuang, untuk maju, untuk meriah cita-cita, dan mewujudkan impian mereka. Pendakian itu adalah pertumbuhan dan perbaikan seumur hidup pada diri seseorang.

Sobat. Ada tiga type manusia terkait pendakian menurut pencetus Adversity Quotient Paul G. Stoltz, PhD. :

1. Type Quitters. Orang-orang yang berhenti. Mereka menghentikan pendakian. Mereka menolak kesempatan yang diberikan oleh gunung. Mereka mengabaikan, menutupi, atau meninggalkan dorongan inti yang manusiawi untuk mendaki, dan dengan demikian juga meninggalkan banyak hal yang ditawarkan oleh kehidupan. Ada banyak orang yang memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti mereka ini disebut Quitters.

2. Type Campers. Orang-orang yang berkemah. Mereka pergi tidak seberapa jauh. Karena bosan mereka mengakhiri pendakiannya dan mencari tempat yang datar rata, nyaman sebagai tempat bersembunyi dari situasi yang tidak bersahabat. Orang yang terlena dengan zona nyaman.


3. Type Climbers. Orang yang seumur hidup membaktikan dirinya pada pendakian. Tanpa menghiraukan latar belakang, keuntungan, atau kerugian, nasib buruk atau nasib baik, dia terus mendaki. Climber adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental, atau hambatan lainnya yang menghalangi pendakian.

Sobat. Quitters menjalani  kehidupan yang tidak terlalu menyenangkan. Mereka meninggalkan impian-impiannya dan memilih jalan yang mereka anggap lebih datar dan lebih mudah. Orang-orang yang tidak efektif  sangat boros dengan waktu dan hidup dalam dunia tanpa makna. Sadar atau tidak sadar, Quitters  selalu melarikan diri dari pendakian, yang berarti juga mengabaikan potensi yang mereka miliki dalam kehidupan.

Sobat. Sambil memasang tenda, kalau Campers  memfokuskan  energinya pada kegiatan mengisi tenda dengan barang-barang yang sedapat mungkin membuatnya nyaman. Ini berarti campers melepaskan kesempatan untuk maju, yang sebenarnya dapat dicapai jika energy dan sumber dayanya diarahkan dengan semestinya.

Sobat. Climbers tidak pernah melupakan kekuatan dari perjalanan yang pernah ditempuhnya. Climbers tahu bahwa banyak imbalan  datang dalam bentuk manfaat-manfaat jangka panjang, langkah-langkah kecil sekarang ini akan membawanya pada kemajuan-kemajuan lebih lanjut di kemudian hari. Climbers selalu menyambut tantangan-tantangan yang disodorkan kepadanya.

Sobat. Climbers tidak asing terhadap situasi yang sulit. Kehidupan mereka memang menghadapi dan mengatasi  arus rintangan yang tiada hentinya. Usaha ini membutuhkan tenaga, pengorbanan, dan dedikasi yang tak putus-putusnya. Cilmbers memahami bahwa kesulitan adalah bagian dari hidup. Jadi, menghindari kesulitan sama saja dengan menghindari kehidupan.

Sobat. Climbers memiliki visi dan keyakinan yang kuat akan masa depan. Climbers memberikan kontribusi paling banyak. Climbers mewujudkan hamper seluruh potensi diri mereka yang terus berkembang sepanjang hidup mereka. Climbers memperbesar kemampuannya dalam memberikan kontribusi dengan belajar dan memperbaiki diri seumur hidup.
 
Pohon Kesuksesan.

Sobat. Perhatikan Pohon kesuksesan. Daunnya adalah  performance (Kinerja). Daun diberi label kinerja karena merujuk pada bagian diri kita yang paling mudah terlihat oleh orang lain. Anda dengan cepat bisa melihat hasil kerja seseorang karena ini bagian yang paling menyolok. Namun ingatlah kinerja Anda tidak muncul begitu saja dari langit. Daun harus tumbuh di cabang pohon.

Sobat. Cabang pohon kesuksesan  cabang pertama adalah factor resume  yang menggambarkan keterampilan , kompetensi, pengalaman, dan pengetahuan Anda, yakni apa yang Anda ketahui dan mampu anda kerjakan.  Cabang kedua factor interview  atau hasrat. Hasrat menggambarkan motivasi, antusiasme, gairah, dorongan, ambisi, semangat yang menyala-nyala, dan mata yang bersinar.  Anda membutuhkan bakat dan hasrat  untuk mencapai kesuksesan. Namun, seperti cabang pohon, bakat dan hasrat tidak muncul begitu saja dari langit. Oleh karena itu kita harus memusatkan perhatian pada batang pohonnya.

Sobat. Batang pohonnya adalah Kecerdasan, Kesehatan dan Karakter. Kecerdasan. Anda memiliki semua bentuk kecerdasan sampai tahap tertentu. Kesehatan dan emosi dan fisik juga dapat mempengaruhi kemampuan Anda dalam menggapai kesuksesan. Karakter juga merupakan bagian penting dari batang. Kejujuran, keadilan, kelurusan hati, kebijaksanaan, kebaikan, keberanian, dan kedermawanan, semuanya penting bagi kita untuk meraih kesuksesan dan hidup berdampingan secara damai.

Sobat. Semua factor yang baru saja dibahas penting bagi kesuksesan Anda, Namun semua factor itu tidak akan bisa tumbuh tanpa factor akar.  Akar pohon kesuksesan itu adalah factor genetic, pendidikan dan Keyakinan. Genetika dan pendidikan anda bisa mempengaruhi kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat, perkembangan watak, keterampilan, hasrat, dan kinerja yang dihasilkan. Faktor akar yang paling penting adalah Keyakinan. Iman merupakan Faktor yang sangat penting dalam harapan, tindakan, moralitas, kontribusi, dan bagaimana kita memperlakukan sesama kita.

Sobat. Pohon Kesuksesan terpadu ini memperjelas peran penting yang dimainkan oleh AQ ( Kecerdasan Daya Juang ) dalam melepaskan semua aspek potensi yang kita miliki seumur hidup kita, tak peduli betapa kencangnya angin menerpa.

Bagaimana Al-Qurán menggambarkan pohon yang baik dalam kesuksesan hidup?

Allah SWT berfirman :
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ  
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” ( QS. Ibrahim (14) : 24 )

Sobat. Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, seperti “La ilaha illallah” atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi. Akar bagi pohon memiliki dua fungsi utama: (1) menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah dan (2) menopang tegaknya pohon. Apabila akar tidak dapat lagi mengambil unsur-unsur hara dari dalam tanah maka lambat laun pohon akan mati. Sedangkan akar pohon yang berfungsi baik akan dapat menyalurkan unsur-unsur hara dari dalam tanah ke bagian atas pohon dan pertumbuhan pohon akan berjalan dengan baik. Dahannya rimbun menjulang ke langit. 

Hadis Nabi saw:
Dari Abdullah bin Umar r.a., ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, “Di antara jenis pohon, ada suatu pohon yang tidak pernah gugur daunnya. Pohon itu adalah perumpamaan bagi orang Islam. Beritahukan aku, apakah pohon itu? Orang-orang mengira pohon itu adalah pohon yang tumbuh di hutan. Kata Abdullah, “Sedangkan menurut saya pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi saya malu untuk berkata. Kemudian para sahabat berkata, “Beritahulah kami pohon apa itu, hai Rasulullah!” beliau menjawab, “Pohon itu adalah pohon kurma.” (Riwayat al-Bukhari)

Sobat. Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan-santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.

Sobat. Beberapa ulama tafsir menjelaskan bahwa akar yang kuat dan pondasi pohon adalah Aqidah Islamiyyah, sedangkan batang pohon dan cabangnya adalah syariat Islam dan daun dan bunganya adalah  Akhlakul Karimah.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Surah yang Turun pada Urutan kedua - Integritas Nabi Muhammad SAW.

 

Tinta Media - Allah SWT berfirman QS.  Al-Qalam (68) ayat 1 sd 6 :
نٓۚ وَٱلۡقَلَمِ وَمَا يَسۡطُرُونَ مَآ أَنتَ بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ بِمَجۡنُونٖ وَإِنَّ لَكَ لَأَجۡرًا غَيۡرَ مَمۡنُونٖ وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ فَسَتُبۡصِرُ وَيُبۡصِرُونَ بِأَييِّكُمُ ٱلۡمَفۡتُونُ  
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir)pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila.” ( QS. Al-Qalam (68) : 1-6 )

Sobat. Para mufasir berbeda pendapat tentang arti huruf "nun" yang terdapat dalam ayat ini. (Selanjutnya lihat jilid I dalam keterangan tentang huruf-huruf hijaiah yang terdapat pada permulaan surah dalam Al-Qur'an). Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan al-qalam (pena) dan segala macam yang ditulis dengannya.

Sobat. Suatu sumpah dilakukan adalah untuk meyakinkan pendengar atau orang yang diajak berbicara bahwa ucapan atau perkataan yang disampaikan itu adalah benar, tidak diragukan sedikit pun. Akan tetapi, sumpah itu kadang-kadang mempunyai arti yang lain, yaitu untuk mengingatkan orang yang diajak berbicara atau pendengar bahwa yang dipakai untuk bersumpah itu adalah suatu yang mulia, bernilai, bermanfaat, dan berharga. Oleh karena itu, perlu dipikirkan dan direnungkan agar dapat menjadi iktibar dan pengajaran dalam kehidupan dunia yang fana ini. 

Sobat. Sumpah dalam arti kedua ini adalah sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam surah-surah Al-Qur'an, seperti wal-'asr (demi masa), was-sama' (demi langit), wal-fajr (demi fajar), dan sebagainya. Seakan-akan dengan sumpah itu, Allah mengingatkan kepada manusia agar memperhatikan masa, langit, fajar, dan sebagainya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan yang disebutkan itu perlu diperhatikan karena ada kaitannya dengan hidup dan kehidupan manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Sobat. Dalam ayat ini, Allah bersumpah dengan qalam (pena) dan segala sesuatu yang ditulis dengannya. Hal itu untuk menyatakan bahwa qalam itu termasuk nikmat besar yang dianugerahkan Allah kepada manusia, di samping nikmat pandai berbicara dan menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Dengan qalam, orang dapat mencatat ajaran agama Allah yang disampaikan kepada para rasul-Nya, dan mencatat pengetahuan-pengetahuan Allah yang baru ditemukannya. Dengan surat yang ditulis dengan qalam, orang dapat menyampaikan berita gembira dan berita duka kepada keluarga dan teman akrabnya. Dengan qalam, orang dapat mencerdaskan dan mendidik bangsanya, dan banyak lagi nikmat yang diperoleh manusia dengan qalam itu.

Pada masa Rasulullah saw, masyarakat Arab telah mengenal qalam dan kegunaannya, yaitu untuk menulis segala sesuatu yang terasa, yang terpikir, dan yang akan disampaikan kepada orang lain. Sekalipun demikian, belum banyak di antara mereka yang mempergunakannya karena masih banyak yang buta huruf dan ilmu pengetahuan belum berkembang. 

Pada masa itu, kegunaan qalam sebagai sarana menyampaikan agama Allah sangat dirasakan. Dengan qalam, ayat-ayat Al-Qur'an ditulis di pelepah-pelepah kurma dan tulang-tulang binatang atas perintah Rasulullah. Beliau sendiri sangat menghargai orang-orang yang pandai menulis dan membaca. Hal ini tampak pada keputusan Nabi Muhammad saw pada Perang Badar, yaitu seorang kafir yang ditawan kaum Muslimin dapat dibebaskan dengan cara membayar uang tebusan atau mengajar kaum Muslimin menulis dan membaca.

Dengan ayat ini, seakan-akan Allah mengisyaratkan kepada kaum Muslimin bahwa ilmu-Nya sangat luas, tiada batas dan tiada terhingga. Oleh karena itu, cari dan tuntutlah ilmu-Nya yang sangat luas itu agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan duniawi. Untuk mencatat dan menyampaikan ilmu kepada orang lain dan agar tidak hilang karena lupa atau orang yang memilikinya meninggal dunia, diperlukan qalam sebagai alat untuk menuliskannya. Oleh karena itu, qalam erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan ilmu, kesejahteraan, dan kemaslahatan umat manusia.

Masa turun ayat ini dekat dengan ayat Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw, yaitu lima ayat pertama Surah al-'Alaq. Setelah Nabi menerima ayat 1-5 Surah al-'Alaq itu, beliau pulang ke rumahnya dalam keadaan gemetar dan ketakutan. Setelah hilang rasa gentar dan takutnya, Nabi saw dibawa Khadijah, istri beliau, ke rumah Waraqah bin Naufal, anak dari saudara ayahnya (saudara sepupu). Semua yang terjadi atas diri Rasulullah di gua Hira itu disampaikan kepada Waraqah, dan menanggapi hal itu, ia berkata, "Yang datang kepada Muhammad saw itu adalah seperti yang pernah datang kepada nabi-nabi sebelumnya. Oleh karena itu, yang disampaikan malaikat Jibril itu adalah agama yang benar-benar berasal dari Allah." Kemudian Waraqah mengatakan bahwa ia akan mengikuti agama yang dibawa Muhammad itu.

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menyatakan dengan tegas kepada Nabi Muhammad saw bahwa beliau tidak memerlukan suatu nikmat pun dari orang lain selain dari nikmat Allah. Mungkinkah Muhammad itu dikatakan seorang gila, karena memperoleh nikmat dan karunia yang sangat besar dari Allah? Pada ayat lain dinyatakan:
 
Dan mereka berkata, "Wahai orang yang kepadanya diturunkan Al-Qur'an, sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar orang gila." (al-hijr/15: 6)

Setelah orang-orang Quraisy mengetahui pernyataan Waraqah bin Naufal itu dan Rasulullah menyampaikan agama Islam kepada mereka, maka mereka menuduh bahwa Muhammad saw dihinggapi penyakit gila atau seorang tukang tenung yang ingin memalingkan orang-orang Quraisy dari agama nenek moyang mereka. Oleh karena itu, mereka memerintahkan kepada kaumnya agar jangan sekali-kali mendengarkan ucapan Muhammad saw, dan jangan mempercayai bahwa yang diterimanya benar-benar agama Allah. Mungkinkah seorang manusia, seorang gila atau seorang tukang tenung dipercaya Allah menyampaikan agama-Nya?

Sehubungan dengan sikap orang-orang Quraisy itu, turunlah ayat ini untuk menguatkan risalah Muhammad saw, menguatkan hati beliau, dan mengingatkan karunia yang telah dilimpahkan kepadanya. Dengan ini, Allah mengisyaratkan bahwa agama yang benar dan berasal dari-Nya ialah agama yang mendorong manusia mencari dan menuntut ilmu-Nya yang luas, kemudian memanfaatkan ilmu itu untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan. 

Setiap ilmu Allah yang diperoleh itu harus ditulis dengan pena, agar dapat dipelajari dan dibaca oleh orang lain, sehingga ilmu itu berkembang. Dengan ilmu itu juga, manusia akan dapat mencapai kemajuan. Oleh karena itu, belajar membaca dan menulis dengan pena adalah pangkal kemajuan suatu umat. Apabila manusia ingin maju, maka galakkanlah belajar menulis dan membaca. Dengan turunnya ayat ini, hati Rasulullah saw bertambah mantap, tenang, dan kuat untuk melaksanakan tugasnya menyampaikan agama Allah. Beliau mempunyai argumentasi yang kuat pula dalam menghadapi sikap orang-orang Quraisy.

Dengan ayat ini, Allah menjawab tuduhan orang-orang Quraisy itu dengan menyuruh mereka mempelajari kembali sejarah hidup Nabi Muhammad yang besar dan tumbuh di hadapan mata kepala mereka sendiri. Bukankah sebelum ia diutus menjadi rasul, orang-orang yang mengatakannya gila itu menghormati dan menjadikannya sebagai orang yang paling mereka percayai? Apakah mereka tidak ingat lagi bahwa di antara mereka pernah terjadi perselisihan tentang siapa yang berhak mengangkat hajar Aswad dan meletakkannya pada tempatnya yang semula. Peristiwa itu hampir menimbulkan pertumpahan darah, dan tidak seorang pun yang dapat mendamaikannya. Lalu mereka minta kepada Muhammad untuk bersedia menjadi juru damai di antara mereka. Mereka menerima keputusan yang ditetapkan Muhammad atas mereka, dan mereka menganggap bahwa keputusan yang diberikannya itu adalah keputusan yang paling adil.

Mungkinkah seorang yang semula baik, dianugerahi Allah kejujuran, kehalusan budi pekerti, selalu menolong dan membantu siapa saja yang memerlukannya, dan menjadi contoh dan teladan bagi orang Quraisy, tiba-tiba menjadi gila karena ia melaksanakan perintah Tuhan semesta alam, yaitu menyampaikan agama Allah dan berhijrah ke Medinah.

Jika diperhatikan susunan ayat ini, ada suatu teladan yang harus ditiru oleh kaum Muslimin, yaitu walaupun orang-orang Quraisy telah bersikap kasar dan menyakiti hati dan jasmaninya, namun Rasulullah saw membantah tuduhan-tuduhan mereka dengan cara yang baik dan mendidik. Beliau menyuruh mereka menggunakan akal pikiran yang benar dan menggunakan norma-norma yang baik.

Sobat. Pada ayat yang lalu digambarkan tuduhan orang-orang kafir Mekah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad itu gila karena berani melawan ajaran nenek moyang mereka dan terus menerus mendakwahkan ajaran baru yang bertentangan dengan ajaran mereka, yang menyembah patung-patung dan berhala, padahal semua yang dilakukan Nabi adalah atas perintah Allah. Allah yang memberikan nikmat kepada Nabi dengan ketabahan dan semangat yang besar dalam melaksanakan dakwah. Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa Nabi benar-benar memperoleh pahala yang terus menerus tiada terputus. Maka hal ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad bukanlah orang yang gila karena beliau seorang yang memperoleh pahala dari Allah

Ayat ini juga termasuk yang menerangkan sesuatu yang akan terjadi pada masa yang akan datang, karena mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad dan kaum Muslimin akan memperoleh kemenangan besar. Berkat pertolongan dan perlindungan Allah, usaha dan jerih payahnya membawa hasil dengan tersebarnya agama Islam di Jazirah Arab, yang kemudian memancar ke seluruh penjuru dunia. Orang-orang Quraisy yang semula berkuasa dan menganut agama syirik dalam masa 23 tahun menjadi mukmin dan menjadi pembela-pembela agama Islam. 

Hal ini merupakan kemenangan yang besar bagi Muhammad saw dan kaum Muslimin, dan di akhirat nanti mereka akan memperoleh balasan kenikmatan yang kekal di dalam surga.

Dengan pernyataan Allah yang demikian dan isyarat yang dipahami Nabi saw dari firman-Nya itu, bertambahlah kekuatan hati, kebulatan tekad, dan kesabaran beliau dalam melaksanakan dakwah, dengan tidak menghiraukan ejekan dan tekanan tindakan orang-orang Quraisy.

Sobat. Ayat ini memperkuat alasan yang dikemukakan ayat di atas dengan menyatakan bahwa pahala yang tidak terputus itu diperoleh Rasulullah saw sebagai buah dari akhlak beliau yang mulia. Pernyataan bahwa Nabi Muhammad mempunyai akhlak yang agung merupakan pujian Allah kepada beliau, yang jarang diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang lain. 

Secara tidak langsung, ayat ini juga menyatakan bahwa tuduhan-tuduhan orang musyrik bahwa Nabi Muhammad adalah orang gila merupakan tuduhan yang tidak beralasan sedikit pun, karena semakin baik budi pekerti seseorang semakin jauh ia dari penyakit gila. Sebaliknya semakin buruk budi pekerti seseorang, semakin dekat ia kepada penyakit gila. Nabi Muhammad adalah seorang yang berakhlak agung, sehingga jauh dari perbuatan gila.

Ayat ini menggambarkan tugas Rasulullah saw sebagai seorang yang berakhlak mulia. Beliau diberi tugas menyampaikan agama Allah kepada manusia agar dengan menganut agama itu mereka mempunyai akhlak yang mulia pula. Beliau bersabda:
Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia (dari manusia). (Riwayat Ahmad dari Abu Hurairah) 

Sobat. Kedua ayat ini merupakan peringatan kepada kaum musyrikin dan menyatakan dengan pasti bahwa mereka benar-benar dalam keadaan sesat, karena tidak berapa lama lagi akan kelihatan kebenaran ajaran agama yang dibawa Nabi Muhammad saw. Akan kelihatan kekuatan Islam dan kelemahan kaum musyrikin itu. Kaum Muslimin akan mengalahkan mereka, dan agama Islam menjadi ajaran yang tersebar luas.

Dengan keterangan ini jelaslah bahwa Nabi Muhammad saw tidak gila, tetapi orang-orang kafir yang menolak kebenaran dan terus menerus mengikuti hawa nafsu itulah yang kehilangan akal sehat. Hal ini justru berbahaya bagi mereka karena sikap dan pendirian yang salah ini akan membawa kehancuran dan kehinaan bagi mereka. Di dunia mereka akan kehilangan pengaruh dan kekuasaan seperti terjadi pada beberapa kali peperangan dengan orang Islam yaitu pada Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandaq. Di akhirat mereka pasti akan menyesali kesesatan mereka karena akan mendapat siksa yang pedih karena penolakan mereka pada dakwah Nabi Muhammad saw.

Pada hari Kiamat, semua perbuatan manusia dihisab, ditimbang, dan diperlihatkan kepada masing-masing mereka. Di saat itu, kaum musyrikin melihat dengan nyata, siapakah di antara mereka yang benar, apakah Rasul yang mereka tuduh gila ataukah mereka sendiri? Di sini tampak dengan jelas bahwa Nabi Muhammad saw adalah yang benar, sedangkan mereka dilemparkan ke dalam neraka Jahanam. Firman Allah:

 سَيَعۡلَمُونَ غَدٗا مَّنِ ٱلۡكَذَّابُ ٱلۡأَشِرُ  

Kelak mereka akan mengetahui siapa yang sebenarnya sangat pendusta (dan) sombong itu. (al-Qamar/54: 26).

Sobat. Allah membantah dengan keras pandangan mereka dengan menyatakan bahwa dalam waktu dekat mereka akan mengetahui siapa sebenarnya yang bohong dan sombong.

Sobat. Dalam QS. Al-Qalam ayat 1 sd 6 ini  Allah SWT  mempertegas, bahkan bersumpah , bahwa kemampuan baca tulis akan menghasilkan  ilmu pengetahuan yang didokumentasikan dalam tulisan-tulisan. Dalam surah yang turun urutan kedua ini juga semakin memperkuat integritas Nabi Muhammad SAW.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual)

Hidup adalah Belajar untuk Beriman



Tinta Media - Sobat. Carilah hatimu dalam tiga tempat, yaitu membaca Al-Quran dan mentadabburinya. Hadir di majelis dzikir (majelis Ilmu) dan pada waktu-waktu khalwat ( menyendiri dan kontemplasi). Jika tidak engkau temukan pada  tempat-tempat tersebut. Maka mohonlah kepada Allah agar Dia memberikanmu hati.

Allah SWT berfirman :
وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ  
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” ( QS. Al-Qamar (54) : 40 )

Sobat. Tafsir ayat ini sebagaimana yang telah diterangkan pada ayat 32 surah ini yang selalu dijadikan penutup dari masing-masing empat kisah tersebut (yaitu kisah kaum Nuh, kisah kaum 'Ad, kisah kaum Samud dan kisah kaum Lut). Allah juga kembali menegaskan bahwa Al-Qur'an mudah dipahami dan diambil sebagai peringatan karena Allah menyampaikan contoh yang gamblang di dalamnya, karena itu manusia seharusnya mengimaninya dalam menjalankan ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya supaya mereka bahagia di dunia dan di akhirat.

وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ  

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” ( QS. Al-Qamar (54) : 32 )

Sobat. Demikianlah penjelasan Al-Qur'an mengenai umat terdahulu. Penjelasan itu lugas, semoga siapapun mau mengambilnya menjadi pelajaran untuk beriman. Inilah salah satu dasar bagi kita bahwa hidup adalah belajar untuk menuju ketaatan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman :
ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِمۡ وَأَنَّهُمۡ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ  
“(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah (2) : 46 )

Sobat. Orang-orang yang khusyuk benar-benar yakin bahwa mereka pasti akan kembali kepada Allah dan menemui-Nya pada hari akhirat nanti, di mana semua amalan manusia akan diteliti, dan setiap orang akan menerima balasan atas semua perbuatan yang telah dilakukannya selama di dunia. Berdasarkan keyakinan semacam itu, dia akan selalu taat kepada peraturan-peraturan Allah serta khusyuk dalam menjalankan ibadah dan amal kebajikan.
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَىٰ لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ  
“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” ( QS. Ar-Ra’du (13) : 29 )

Sobat. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang yang beriman dan melakukan amal saleh, niscaya akan memperoleh kebahagiaan dan tempat kembali yang baik di sisi Allah pada hari kemudian.

Sobat. Kalau integritas Nabi Adam as  dalam  beriman dicontohkan dalam wujud pencapaiannya melalui proses belajar mengajar, dan pada Nabi Ibrahim as  melalui proses pencarian, penguasaan pribadi, pembelajaran investigasi dan bermujadalah menggunakan logika, maka dalam konteks Nabi Muhammad SAW dicontohkan melalui proses pembelajaran dalam maknanya yang sangat modern dan sistemik. Yaitu membaca, menulis, belajar intensif dan menyampaikan ( mengajarkan ) apa yang sudah dipahami kepada orang lain.

Sobat. Hal tersebut di atas seperti yang tersirat dan tersurat dalam makna surat al-Qur’an yang turun pada urutan pertama, kedua, ketiga dan ke-empat.

Urutan pertama. QS. Al-‘Alaq (96) : 1-5.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ  
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Sobat. Allah memerintahkan manusia membaca (mempelajari, meneliti, dan sebagainya.) apa saja yang telah Ia ciptakan, baik ayat-ayat-Nya yang tersurat (qauliyah), yaitu Al-Qur'an, dan ayat-ayat-Nya yang tersirat, maksudnya alam semesta (kauniyah). Membaca itu harus dengan nama-Nya, artinya karena Dia dan mengharapkan pertolongan-Nya. Dengan demikian, tujuan membaca dan mendalami ayat-ayat Allah itu adalah diperolehnya hasil yang diridai-Nya, yaitu ilmu atau sesuatu yang bermanfaat bagi manusia.

Sobat. Allah menyebutkan bahwa di antara yang telah Ia ciptakan adalah manusia, yang menunjukkan mulianya manusia itu dalam pandangan-Nya. Allah menciptakan manusia itu dari 'alaqah (zigot), yakni telur yang sudah terbuahi sperma, yang sudah menempel di rahim ibu. Karena sudah menempel itu, maka zigot dapat berkembang menjadi manusia. Dengan demikian, asal usul manusia itu adalah sesuatu yang tidak ada artinya, tetapi kemudian ia menjadi manusia yang perkasa. Allah berfirman:
 
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (ar-Rum/30: 20)

Asal usulnya itu juga labil, zigot itu bisa tidak menempel di rahim, atau bisa terlepas lagi dari rahim itu, sehingga pembentukan manusia terhenti prosesnya. Oleh karena itu, manusia seharusnya tidak sombong dan ingkar, tetapi bersyukur dan patuh kepada-Nya, karena dengan kemahakuasaan dan karunia Allah-lah, ia bisa tercipta. Allah berfirman menyesali manusia yang ingkar dan sombong itu:
 
Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata! (Yasin/36: 77)

Menurut kajian ilmiah, 'alaqah merupakan bentuk perkembangan pra-embrionik, yang terjadi setelah percampuran sel mani (sperma) dan sel telur. Moore dan Azzindani menjelaskan bahwa 'alaqah dalam bahasa Arab berarti lintah (leech) atau suatu suspensi (suspended thing) atau segumpal darah (a clot of blood). Lintah merupakan binatang tingkat rendah, berbentuk seperti buah per, dan hidup dengan cara menghisap darah. 

Jadi 'alaqah merupakan tingkatan (stadium) embrionik, yang berbentuk seperti buah per, di mana sistem kardiovaskuler (sistem pembuluh-jantung) sudah mulai tampak, dan hidupnya tergantung dari darah ibunya, mirip dengan lintah. 'Alaqah terbentuk sekitar 24-25 hari sejak pembuahan. Jika jaringan pra-embrionik 'alaqah ini diambil keluar (digugurkan), memang tampak seperti segumpal darah (a blood clot like). Lihat pula telaah ilmiah pada penjelasan Surah Nuh/71 ayat 14.

Sobat. Allah meminta manusia membaca lagi, yang mengandung 
arti bahwa membaca yang akan membuahkan ilmu dan iman itu perlu dilakukan berkali-kali, minimal dua kali. Bila Al-Qur'an atau alam ini dibaca dan diselidiki berkali-kali, maka manusia akan menemukan bahwa Allah itu pemurah, yaitu bahwa Ia akan mencurahkan pengetahuan-Nya kepadanya dan akan memperkokoh imannya.

Sobat. Di antara bentuk kepemurahan Allah adalah Ia mengajari manusia mampu menggunakan alat tulis. Mengajari di sini maksudnya memberinya kemampuan menggunakannya. Dengan kemampuan menggunakan alat tulis itu, manusia bisa menuliskan temuannya sehingga dapat dibaca oleh orang lain dan generasi berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu itu dapat dikembangkan. Dengan demikian, manusia dapat mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembang. Demikianlah besarnya fungsi baca-tulis.

Untuk  urutan kedua, ketiga dan ke-empat surat yang turun di awal-awal menjadi Nabi dan Rasul Muhammad SAW  kita akan lanjutkan pada tulisan berikutnya.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual)

Senin, 02 Oktober 2023

Ingin berdakwah Tanpa Beban?



Tinta Media - Sobat, kadang kita berharap atau tepatnya berkhayal, alangkah indahnya jika kita bisa berjuang tanpa beban apapun. Hingga kita bisa fokus berjuang. Bisa kapan dan dimana saja memikul tugas dakwah. Padahal faktanya jauh dari itu. 

Tentu saja berkhayal. Keluarga sakinah harmonis tanpa problem. Istri anak Sholih Sholihah. Rajin ngaji dan ikut berdakwah. Berbakti kepada orang tua. Mau berangkat kapan saja tanpa beban. Pokoke semua ok!

Kerjaan lancar. Gaji besar. Bos kita juga pejuang Islam. Untuk alasan berdakwah kapan saja bisa dapat ijin. No problem. Pokoke semua ok!

Usaha lancar. Untung besar. Pelanggan Sholih Sholihah. Uang berjibun. Tak ada utang. Banyak piutang. Anak buah juga semua ok. Bisnis masa depan cerah. Pokoke semua ok!

Tetangga baik. Peduli dan ringan tangan. Semua juga berdakwah. Jika kita pergi mereka menjaga keluarga kita. Semua kaya juga. Ga ada yang suka ngutang. Apalagi yang suka ngemplang utang...jauuuh lah. Pokoke semua ok!

Keluarga besar? Wah, malah jauh lebih ok. Kedua orang tua, Kakak adik, paman bibi, ponakan, sepupu, pak de, pak Lik, bu de, Bu Lik, semua berdakwah dan mendukung dakwah. Pokoke semua ok!

Jika bisa seperti itu baru kita berkhayal akan fokus dan gasspol berjuang. Tapi sayangnya, semua itu cuman khayalan.

Faktanya, bisa jadi malah semua ruwet. Kerjaan ruwet. Gaji seret. Kebutuhan berjibun.  Bos di kantor galak minta ampun ga tolerir jika minta ijin. Atau usaha lagi lesu. Utang banyak jatuh tempo. Sementara piutang ga bisa ditarik. Sementara anak istri mendukung dakwah. Keluarga besar palagi suka ribut dan menuntut. Tetangga? suka gosip radikal radikul. Pokoke ruwet!

Terus kita harus bagaimana?

Jawaban nya ada dalam hadits Baginda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

‘Ajaban li-amril mu’min, inna amrahu kullahu khairun walaisa dzaaka li ahadin illa lil-mumin in ashaabathu sarraa syakara, fakaana khairan lahu, wain ashaabathu dharraa`a shabara fakaana khairan lahu.

“Benar-benar mengagumkan keadaan seorang mukmin. Segala urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Dari sini menjadi jelas bahwa setiap mukmin tidak akan lepas dari ujian. Sehingga dia bisa mendapatkan pahala dari sabar dan syukurnya. Sikap kita dalam menghadapi beban hidup dengan tetap maju berdakwah dalam kondisi apapun merupakan kemuliaan bagi kita. Kita tidak minta problem. 

Namun jika problem datang kita hadapi dengan dua cara. Pertama kita selesaikan dengan cara yang syariy sehingga kita mendapatkan pahala. Yang kedua kita bersabar atau bersyukur sehingga kita pun mendapatkan pahala. Yang ketiga kita pun berdoa mohon pertolongan, kemudahan dan ampunan maka itupun berpahala. 

Jadi masih berkhayal mau berjuang tanpa beban? Ga kan?
Sebab, pertama khayalan itu mustahil. Kedua, andai saja bisa terjadi maka peluang amal Sholih kita hilang. 

Oleh karena itu sholat, insyaallah kita maju terus pantang mundur. Ga usah berkhayal ini dan itu.

Selamat berjuang. Moga kita Istiqomah. Aamiin[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Anakku, Jadilah Pengemban Dakwah!



Tinta Media - Anakku, sepanjang sejarah betapa banyak orang-orang hebat. Ada Namruz yang begitu besar kekuasaannya. Begitu juga Firaun. Ada Qorun yang begitu kaya raya jauh melebihi bill gate dkk. Ada juga Bal'am yang begitu alim bahkan doanya mustajab. Namun mereka semua binasa Nak. Tak ada yang selamat. 

Oleh karenanya, aku tak sedikitpun berharap kamu menjadi berkuasa, kaya, atau alim alamah. Andai itu bisa maka boleh saja. Sebab semua itu rezeki dari Allah Nak. Namun harapan terbesarku adalah kamu menjadi pejuang Islam. Pengemban dakwah untuk menegakkan Islam kaffah.

Oleh karena itu, rajinlah ngaji. Ngaji yang disiplin. Entah di pondok atau kah tidak. Ngaji yang rutin pekanan. Yang mengkaji konsep-konsep Islam kaffah mulai aqidah hingga syariah. Mulai perkara ibadah mahdhoh hingga ibadah jihad. 

Jadilah Pejuang Islam nak. Jadilah pengemban dakwah. Itulah jalan Nabimu, Baginda Rasulullah Saw, jalan para sahabat Nabimu. Jalan para pendahulu umat ini. Jalan orang-orang para nabi alayhimus salam, jalan para shidiqin, Syahidin dan Sholihin 

Perhatikanlah Nak, tidak ada seorang pun sahabat nabi Radhiyallahu Anhum yang menghabiskan hidup mereka hanya untuk kerja nyari uang. Tidak ada yang hidupnya hanya untuk bisnis. Tak ada Nak. Semua mereka ada para pejuang. Semua adalah para pengemban dakwah. Maka hidup mereka mulia karena dakwah. Hidup mereka jaya karena berislam kaffah. 

Begitulah harapan terbesarku Nak. Selamat belajar Nak. Selamat berjuang! Semoga Allah senantiasa menjagamu. Aamiin.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Kemenangan Itu Pasti, Yang Belum Pasti Amal Kita



Tinta Media - Allah Maha Kuasa menepati janji-Nya. Dan Dia tak akan pernah ingkar janji. Maka janji Allah pasti terjadi. 

Beda dengan janji manusia yang pasti tidak pastinya. Mengapa? Sebab manusia itu lemah dan suka ingkar janji. Kadang mampir tapi tak mau menepati janji sehingga ingkar terhadap janji. Kadang serius mau nepati janji namun apa daya tak mampu sehingga tetap saja janjinya ga bisa ditunaikan. 

Kemenangan dengan kembalinya kekuasaan Islam yang menerapkan Islam secara kaffah itu sudah pasti. Sebab Allah telah menjanjikan demikian. Allah berfirman dalam Surah An-Nuur Ayat 55 – 56

Allah Ta’ala berfirman,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS. An-Nuur: 55-56)

Allah menjanjikan kekuasaan kepada kita dengan syarat kita beriman dan beramal Sholih. Beramal Sholih yang terkait dengan terwujudnya kekuasaan Islam yakni khilafah. Bukan sembarang amal Sholih tentu saja. Yakni dengan dakwah mengikuti metode dakwah Nabi Saw yang secara politis mengarahkan agar umat memiliki kekuasaan yang melaksanakan Islam kaffah dan melindungi dakwah.

Hanya saja amal kita yang belum pasti akhirnya. Apakah Husnul khotimah atau malah sebaliknya? Oleh karena itu yang paling penting bukanlah kapan kemenangan itu datang namun amal apa yang kita kerjakan.

 Apakah kita ikut berjuang sesuai teladan nabi Muhammad Saw? Ataukah malah kita berdiam diri saja? Atau bahkan Kuta memusuhi perjuangan itu? Itulah masalah kita. 

Oleh karena itu kita harus benar benar berupaya menjaga iman kita dengan terus semaksimal mungkin mentaati Allah dan Rasul-nya. Yakni dengan bersungguh-sungguh untuk tetap berjuang. Wallaahu a’lam.

Berjuang yuk! Ngaji yuk![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Potensi Akal ( Al-Fu’ad / Al-af’idah ) Anugerah Hebat dari Allah



Tinta Media - Sobat. Kata Fu’ad dalam kajian psikologi diberi arti aspek batin manusia. Sebagian pendapat yang lain mengatakan, bahwa  fu’ad adalah tengah-tengah hati. Sebagian lain mengatakan adalah bagian kulit tipis hati sedangkan hatinya adalah bijinya. 

Allah SWT berfirman :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” ( QS. An-Nahl (16) : 78 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan kegaiban dan keajaiban yang sangat dekat dengan manusia. Mereka mengetahui fase-fase pertumbuhan janin, tetapi tidak mengetahui bagaimana proses perkembangan janin yang terjadi dalam rahim sehingga mencapai kesempurnaan. Sejak bertemunya sel sperma dan sel telur sampai menjadi manusia baru yang membawa sifat-sifat kedua orang tua dan leluhurnya. Dalam proses kejadian ini, terdapat rahasia hidup yang tersembunyi. 

Sesudah mencapai kesempurnaan, Allah mengeluarkan manusia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Tetapi sewaktu masih dalam rahim, Allah menganugerahkan potensi, bakat, dan kemampuan seperti berpikir, berbahagia, mengindra, dan lain sebagainya pada diri manusia. Setelah manusia lahir, dengan hidayah Allah segala potensi dan bakat itu berkembang. 

Akalnya dapat memikirkan tentang kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan, serta hak dan batil. Dengan pendengaran dan penglihatan yang telah berkembang itu, manusia mengenali dunia sekitarnya, mempertahankan hidupnya, dan mengadakan hubungan dengan sesama manusia. 

Dengan perantaraan akal dan indra, pengalaman dan pengetahuan manusia dari hari ke hari semakin bertambah dan berkembang. Semua itu merupakan rahmat dan anugerah Tuhan kepada manusia yang tidak terhingga. Oleh karena itu, seharusnyalah mereka bersyukur kepada-Nya, baik dengan cara beriman kepada keesaan Allah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain maupun dengan mempergunakan segala nikmat Allah untuk beribadah dan patuh kepada-Nya.

Hadis Nabi saw:
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, "Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah swt berfirman, "Siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Dan tiada mendekat kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada menjalankan pekerjaan yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku selalu mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan menjalankan ibadah-ibadah sunah sehingga Aku menyukainya. Apabila Aku telah menyukainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia pakai mendengar, penglihatannya yang ia pakai melihat, tangannya yang ia pakai memukul, dan kakinya yang ia pakai berjalan. Apabila ia memohon kepada-Ku, pasti akan Kukabulkan permohonannya, dan apabila ia minta perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi dia. (Riwayat al-Bukhari).

Sobat. Sebagian ulama ada yang mengartikan kata af’idah adalah akal yang markasnya di dalam hati. Pendapat ini menurut Ibnu Katsir adalah yang paling shalih. Sedangkan yang lainnya berpendapat, bahwa fu’ad yang bentuk jamaknya afídah adalah dimagh (otak). Dengan adanya fu’ad, akal dapat memilah perkara yang manfaat dan mudharat.

Allah SWT berfirman :
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ  
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” ( QS. Ibrahim (14) : 37 )

Sobat. Ayat ini menerangkan saat Ibrahim a.s. akan kembali ke Palestina menemui istrinya Sarah, meninggalkan istrinya Hajar dan putranya Ismail yang masih kecil di Mekah, di tengah-tengah padang pasir yang tandus, tanpa ditemani oleh seorang manusia pun dan tanpa bekal untuk keluarganya yang ditinggalkan. Waktu itulah ia berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, mohon agar keluarganya itu dilindungi dan diselamatkan dari segala bahaya dan bencana yang mungkin akan menimpanya.

Sobat. Ibrahim a.s. adalah nabi dan rasul yang diutus menyeru raja Namrudz, raja Babilonia dan rakyatnya, agar mereka mengikuti agama Allah. Setelah menerima siksaan, halangan, dan ancaman dari raja Namrudz dan pengikut-pengikutnya, Ibrahim meninggalkan Babilonia dan akhirnya menetap di Palestina, bersama istrinya Sarah dan pembantu istrinya seorang wanita yang bernama Hajar. Karena Sarah wanita yang mandul, maka Ibrahim a.s. tidak mempunyai seorang putra pun, sedang umurnya telah menginjak masa tua. Sekalipun demikian keinginannya untuk mempunyai seorang putra tetap merupakan cita-cita yang selalu diidam-idamkannya. Oleh karena itu, dinikahinya pembantu istrinya bernama Hajar itu setelah mendapat izin dan persetujuan dari Sarah. Dari pernikahan itu, lahirlah seorang putra yang bernama Ismail dan dengan kelahiran itu pula, terkabullah cita-cita Ibrahim yang diingininya selama ini.

Sobat. Kesayangan Ibrahim kepada putranya Ismail dan bertambah cintanya kepada Hajar menimbulkan rasa cemas dan iri hati pada diri Sarah. Cemas karena khawatir akan berkurang cinta Ibrahim kepadanya, dan iri hati karena ia sendiri tidak dapat memenuhi keinginan Ibrahim untuk memperoleh seorang putra sebagai penerus hidupnya, sedang pembantunya Hajar dapat memenuhi keinginan suaminya. Sarah menyampaikan perasaan hatinya itu kepada suaminya Ibrahim, dan meminta dengan sangat agar Ibrahim membawa dan menjauhkan Hajar dan putranya Ismail darinya. Dengan demikian, ia tidak lagi melihat kebahagiaan Hajar dan semakin bertambah dewasanya Ismail. Ibrahim dapat merasakan betapa dalam cintanya kepada Sarah. Ia pun khawatir kalau-kalau Sarah sedih jika permintaan itu tidak dikabulkan. Oleh karena itu, Ibrahim pun mengabulkan permintaan Sarah. Maka dibawanya Hajar dan putranya, Ismail yang masih kecil, berjalan mengikuti untanya tanpa mengetahui tujuannya, dalam keadaan iba dan terharu mengingat nasib yang akan dialami oleh istrinya dan putranya nanti. Dalam keadaan yang demikian, tanpa disadarinya, sampailah ia ke daerah yang asing baginya, suatu daerah yang terletak di antara bukit-bukit batu yang gersang, yang sekarang bernama kota Mekah.

Sobat. Pada waktu itu, Mekah merupakan daerah dataran rendah padang pasir yang belum didiami oleh seorang manusia pun. Tidak ditemukan suatu sumber air. Menurut hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari bahwa di tempat itu terdapat sebatang pohon kayu, dan di bawah pohon itulah Ibrahim dan keluarganya berteduh dan melepaskan lelah dari perjalanan yang jauh dari Palestina sampai ke Mekah sekarang ini.

Sobat. Setelah beberapa hari Ibrahim menemani Hajar dan putranya di tempat itu, ia pun teringat kepada istrinya Sarah yang ditinggalkannya di Palestina. Ingin kembali ke Palestina, ia tak sampai hati pula meninggalkan Hajar dan putranya. Dalam keadaan demikian, ia pun memutuskan akan kembali ke Palestina dan meminta persetujuan dari Hajar. Di waktu ia meminta persetujuan dan kerelaan hati Hajar, maka Hajar bertanya kepada Ibrahim, "Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu agar aku ditempatkan di daerah sunyi lagi tandus ini?" Ibrahim menjawab, "Benar." Hajar menjawab, "Jika demikian, Dia (Allah) tidak menyia-nyiakan kita."

Sobat. Maka berangkatlah Ibrahim ke Palestina, menemui istrinya Sarah dan meninggalkan istri dan putranya Ismail yang masih kecil di tempat itu, di tengah-tengah panas matahari membakar padang pasir, tanpa rumah tempat berteduh, dan perbekalan yang cukup, kecuali sekendi air untuk pelepas haus. Ketika Hajar dan putranya sampai kepada suatu tempat, yang waktu itu semua perbekalan dan air minum telah habis, putranya Ismail menangis kehausan, sedang air susunya tidak mengalir lagi. Ia bermaksud mencari air, dan ditidurkannya putranya di bawah pohon tempat ia berteduh. Ia pun pergi ke mana saja yang dianggapnya ada air, namun ia tidak menemukannya setetes pun. sehingga, tanpa disadarinya ia telah berlari-lari kecil pulang balik tujuh kali antara bukit Safa dan bukit Marwah, tetapi ia belum juga memperoleh air barang setetes pun. 

Maka dengan rasa sedih dan putus asa, ia kembali ke tempat putranya yang ditinggalkan. Waktu itu Ismail sedang menangis kehausan sambil memukul-mukulkan kakinya ke tanah. Hajar pun berdoa menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.

Sobat. Dalam keadaan yang demikian, Ibrahim yang sedang melanjutkan perjalanannya ke Palestina, ingat akan istri dan putranya yang ditinggalkan dan nasib yang mungkin sedang dideritanya, karena diperkirakan makanan dan air yang ia tinggalkan telah habis. Lalu ia pun berdoa sebagaimana terdapat dalam ayat itu, "Wahai Tuhanku, aku telah menempatkan sebagian keturunanku, yaitu istri dan anakku Ismail, yang akan melanjutkan keturunanku, di lembah padang pasir yang tandus lagi gersang, di dekat tempat akan didirikan Kabah, rumah-Mu nanti, yang dihormati, yang Engkau akan melarang manusia mencemarkan kehormatannya, dan yang akan Engkau jadikan daerah sekitarnya sebagai daerah haram, yaitu dilarang di tanah itu berperang dan menumpahkan darah."

Sobat. Doa Ibrahim dan istrinya Hajar itu dikabulkan Tuhan. Waktu itu juga, terpancarlah air dari tanah bekas pukulan kaki anaknya Ismail yang sedang menangis. Di saat itu pula, timbullah pada diri Hajar rasa syukur kepada Allah atas rahmat-Nya yang tiada terhingga, dan timbullah dalam hatinya harapan akan kelangsungan hidupnya dan putranya lalu diminumkannya air itu kepada putranya Ismail. Karena khawatir air itu habis dan lenyap kembali ke dalam pasir, maka ia mengumpulkan air itu dengan tangannya, seraya berkata, "Zam! Zam! (Berkumpullah! Berkumpullah!)" Dan terkumpullah air itu, tidak kering-kering sampai sekarang dan bernama Telaga Zamzam.

Sobat. Dengan adanya Telaga Zamzam di tempat itu, banyaklah orang yang lewat meminta air ke sana. Tatkala Bani Jurhum melihat adanya sumber air di tempat itu, maka mereka minta izin kepada Hajar tinggal bersama di sana, dan Hajar pun mengabulkan permintaan itu. Sejak itu, mulailah kehidupan di daerah yang tandus itu, semakin hari semakin banyak pendatang yang menetap. Akhirnya timbullah negeri dan kebudayaan, sehingga daerah tersebut menjadi tempat jalan lintas perdagangan antara barat dan timur.

Sobat. Setelah Ismail dewasa, ia menikah dengan salah seorang wanita Bani Jurhum, pendatang baru itu, yang kemudian menurunkan keturunan yang merupakan cikal-bakal penghuni negeri itu. Keturunan itu berkembang biak, mendiami negeri Mekah dan sekitarnya. Dari keturunan Ismail inilah nanti, lahir Nabi Muhammad di kemudian hari, sebagai nabi dan rasul Allah yang penghabisan.

Sobat. Dalam ayat di atas, selanjutnya diterangkan bahwa Ibrahim a.s. berdoa kepada Tuhan agar memelihara keturunannya yang ada di Mekah, menjadi-kan mereka sebagai orang-orang taat mengerjakan salat, menghambakan dan menundukkan dirinya kepada Tuhan. Ia juga meminta agar Tuhan menjadi-kan hati manusia cenderung, cinta, dan kasih kepada keturunannya itu, diberi rezeki, dan didatangkan bahan makanan dan buah-buahan ke negeri yang tandus itu, karena di negeri itu tidak mungkin hidup tumbuh-tumbuhan yang diperlukan sebagai bahan makanan.

Sobat. Doa Nabi Ibrahim dikabulkan Allah swt. Terbukti sejak dahulu hingga sekarang banyak manusia yang mengunjungi Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah, serta melihat bekas peninggalan-peninggalan dan perjuangan Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Demikian pula banyak didatangkan ke bumi yang tandus itu pelbagai macam barang keperluan yang diperlukan penghuni negeri itu, seperti bahan makanan, buah-buahan, dan barang pakaian sampai barang mewah.

Sobat. Penganugerahan karunia yang berlipat ganda itu ditegaskan dalam firman Allah swt:
Dan mereka berkata, "Jika kami mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami." (Allah berfirman) Bukankah Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (al-Qashash/28: 57)

Sobat. Allah swt menganugerahkan rezeki dan kekayaan yang banyak kepada penduduk dan negeri Arab itu agar mereka mensyukuri nikmat Allah dengan menjaga Baitullah, melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan menghentikan larangan-larangan-Nya.

Sobat. Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang diperoleh selama hidup di dunia ini, adalah untuk keperluan beribadah kepada Tuhan. Dengan hasil yang diperoleh itu, dapat disempurnakan pelaksanaan perintah-perintah Allah dan penghentian larangan-Nya, bukan semata-mata untuk kepentingan dan kesenangan diri sendiri.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Temukan Hikmah dalam Setiap Kejadian



Tinta Media - Sobat. Hikmah adalah mata hati dan kata hati. Hikmah adalah ucapan atau kata-kata yang anda dengar, anda baca atau anda dapatkan dari mana pun dan dari siapa pun , yang memberi anda pemahaman dan makna baru setiap peristiwa yang terjadi sehingga anda dapat melihat berbagai perkara dengan cara yang lebih baik. "Barangsiapa melihat pelajaran dalam musibah maka ia telah mendapatkan hikmah." Demikian kata Imam Alin bin Abi Thalib ra.

Allah SWT berfirman :
يُؤۡتِي ٱلۡحِكۡمَةَ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِيَ خَيۡرٗا كَثِيرٗاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ  
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” ( QS. Al-Baqarah (2) : 269 )

Sobat. Allah akan memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maksudnya, bahwa Allah mengaruniakan hikmah kebijaksanaan serta ilmu pengetahuan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-Nya, sehingga dengan ilmu dan dengan hikmah itu dia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, antara was-was setan dan ilham dari Allah swt.

Alat untuk memperoleh hikmah ialah akal yang sehat dan cerdas, yang dapat mengenal sesuatu berdasarkan dalil-dalil dan bukti-bukti, dan dapat mengetahui sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya. Barang siapa yang telah mencapai hikmah dan pengetahuan yang demikian itu berarti dia telah dapat membedakan antara janji Allah dan bisikan setan, lalu janji Allah diyakini dan bisikan setan dijauhi dan ditinggalkan.

Allah menegaskan bahwa siapa saja yang telah memperoleh hikmah dan pengetahuan semacam itu, berarti dia telah memperoleh kebaikan yang banyak, baik di dunia, maupun di akhirat kelak. Dia tidak mau menerima bisikan-bisikan jahat dari setan, bahkan dia menggunakan segenap panca indra, akal dan pengetahuannya untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang batil, mana yang petunjuk Allah dan mana yang bujukan setan, kemudian dia berserah diri sepenuhnya kepada Allah.

Pada akhir ayat ini Allah memuji orang yang berakal dan mau berpikir. Mereka selalu ingat dan waspada serta dapat mengetahui apa yang bermanfaat dan dapat membawanya kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “ Hikmah adalah cahaya mukmin. Maka semua kata yang menasihatimu dan mendorongmu kepada kebaikan serta menahanmu dari keburukan adalah hikmah.”

Sobat. Hikmah bisa datang dan muncul dari mana pun dan dari siapa pun. Pelajaran berharga dalam kehidupan kita tidak hanya datang dari para alim ulama atau para filsuf. Seorang panyair menuturkan : “ Ambillah hikmah dari mana pun ia berasal bak sinar matahari, ia datang dari segala arah.

Sobat. Andai tidak ada rasa sakit dan penderitaan, aku tidak memahami arti ketenangan dan kenyamanan. Tanpa masalah dan kesulitan, tentu aku tidak bergerak maju dan meraih bahagia.  Inilah hikmah.

Sobat. Kesulitan dan kemudahan adalah dua kekuatan yang saling mengisi dan melengkapi hingga akhir zaman. Keduanya dibutuhkan untuk menciptakan perubahan dan kemajuan pada masa depan. Inilah Hikmah.

Sobat. Ketika berbagai kesulitan hidup menghantam kita, pandangan kita terhadap banyak hal sangat terbatas, kita membutuhkan keluasan dan pandangan jauh ke depan. Masalah apa saja bisa mengeruhkan kebeningan hidup kita. Tetapi ketika kita melihat masalah tersebut dari sudut pandang yang luas, saat itulah-dalam sekejap mata- masalah itu jadi terasa ringan. Oleh karenanya teruslah kita menambah ilmu dan memperluas cakrawala pandangan kita dalam kehidupan ini.

Sobat. Jangan terpendam dalam masa lalu. Jangan pedulikan apa pun dan siapa pun yang berusaha menjauhkan Anda dari arah perubahan dan kemajuan. Sandarkan diri Anda kepada Allah yakinlah bahwa Allah SWT tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.

Sobat. Jika anda menghadapi masalah atau kesulitan dalam hidup, ambil napas dalam-dalam. Lalu, sambil hembuskan napas, ucapkan " Alhamdulillah " tiga kali lalu senyumlah. Dengarkanlah kabar gembira bahwa kebaikan dari segala kebaikan dalam perjalanan menujumu. Insya Allah

Sobat. Jalanilah sungguh-sungguh setiap saat dalam hidup anda seakan-akan itu adalah saat terakhir. Jalani kehidupan dengan menjaga cintamu kepada Allah SWT. Jadikan akhlak dan perilaku Rasulullah SAW sebagai teladan.

Sobat. Diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Siapakah diantara kalian yang harta ahli warisnya lebih ia cintai daripada hartanya sendiri? Mereka (para shahabat) menjawab: Tidak ada di antara kami kecuali hartanya lebih ia cintai. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Sungguh hartanya adalah apa yang telah ia infakkan dan harta ahli warisnya adalah yang ia tinggalkan (tidak diinfakkan)” (HR. Al-Bukhari).

Sobat. Hadits ini menjelaskan, harta milik seseorang yang sesungguhnya adalah harta yang disiapkannya untuk kehidupan sesudah kematiannya. Harta tersebut benar-benar akan membawa manfaat baginya. Bukan harta yang dia kumpulkan lalu dibagi-bagikan kepada ahli warisnya. Harta yang ditinggalkan seseorang, walau diatasnamakan kepada dirinya, ia akan berpindah kepada ahli warisnya lalu diatasnamakan kepada mereka. Pertanyaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada para sahabatnya ini berlaku bagi kita juga. Yang jawabannya juga sama, setiap kita pasti lebih suka dengan harta kita sendiri.

Namun tidak setiap kita tahu hakikat harta miliknya. Harta kita yang sebenarnya adalah yang kita simpan untuk akhirat, sehingga kelak manfaatnya kembali kepada kita. Maksud harta yang akan menjadi milik kita adalah harta yang kita gunakan untuk kebaikan, mendekatkan diri kepada Allah, membantu orang susah, mengobatkan orang misin yang sakit, bersedekah, infak, dan semisalnya.

Sobat. Kisah ini sempat viral di berbagai literasi media sosial dan pesan berantai, sementara  penelusuran atas penulis asli kisah ini tidak diketahui, yang menjadi kisah ini sangat inspiratif adalah betapa kedua tokoh ini sangat memahami arti dari nilai-nilai kebaikan kepada orang lain  dan selalu menghadirkan Allah dalam keputusan yang di ambil. Adalah suami sepulang jam kantor menelepon istrinya bahwa ia  mendapatkan bonus akhir tahun dari perusahaan tempat ia bekerja sebesar 150 juta, dan berencana untuk membeli sebuah mobil sederhana yang diimpikan sejak lama untuk keluarga kecil mereka,  namun dalam perjalanan pulang sang suami mendapat telepon dari Ibunya yang membutuhkan uang 50 juta rupiah untuk membayar hutang almarhum ayahnya, dan langsung mengiyakan untuk membayar  hutang itu, selang beberapa lama seorang sahabatnya memohon pertolongan untuk biaya operasi anaknya yang tidak ter-cover asuransi, sejumlah 80 juta. Ia pun berpikir sejenak.

Uang bonusnya tinggal 100 juta. Jika ini diberikan kepada sahabatnya, maka tahun ini ia gagal membeli mobil impiannya. Tapi nuraninya mengetuk, “Berikan padanya. Mungkin kamu memang jalan Allah untuk menolong sahabatmu itu. Mungkin ini memang rezekinya yang datang melalui perantara dirimu.” Ia pun menuruti panggilan nuraninya.

Setibanya di rumah, ia menemui istrinya dengan wajah yang lesu. Sang istri bertanya, “Kenapa, mas? Ada masalah? Tidak seperti biasanya pulang kantor murung gini?” Sang suami mengambil napas panjang, “Tadi ibu di kampung telepon, butuh 50 juta untuk bayar utang almarhum bapak. Tidak lama, sahabat abang juga telp, butuh 80 juta untuk operasi anaknya. Uang kita tinggal 20 juta. Maaf ya, tahun ini kita tidak jadi beli mobil dulu.”

Sang istri pun tersenyum, “Aduh, mas, kirain ada masalah apaan. Mas, uang kita yang sebenarnya bukan yang 20 juta itu, tapi yang 130 juta. Uang yang kita infakkan kepada orang tua kita, kepada sahabat kita, itulah harta kita yang sesungguhnya, yang akan kita bawa menghadap Allah, yang tidak mungkin bisa hilang jika kita ikhlas. Sedangkan yang 20 juta di rekening itu, masih belum jelas, benaran harta kita atau akan menjadi milik orang lain.”

Sobat. Sebagai  penutup artikel ini  yuk gunakan segala pengetahuan dan kecakapan   untuk membuat kehidupan anda lebih baik, lebih maju, dan lebih terarah. Bekerja dan berjuanglah dengan penuh disiplin. Hadapilah segala kesulitan dan masalah  dengan sabar, seraya tetap menjaga harga diri dan kehormatan. Jalanilah hidup  anda dengan cinta  penghargaan terhadap potensi yang anda miliki.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Jumat, 15 September 2023

Dituntut Optimal, Kesejahteraan Guru Belum Terjamin



Tinta Media - Bupati Bandung Dadang Supriatna membuka kompetensi keprofesian guru ASN (Aparatur Sipil Negara) Madrasah di Lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Bandung dengan tujuan untuk membentuk karakter para guru agar lebih profesional dan memiliki ciri khas tersendiri (24/08/2023). Ciri khas itu berupa cara, sikap, langkah, dan penyampaian pelajaran dari para guru agar mudah dipahami oleh anak didik. 

Bupati berpesan agar jangan sampai anak didik lebih mengandalkan Google daripada gurunya. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, serta kompetensi profesi sebagai tenaga pengajar dan pendidik yang profesional untuk memajukan Kabupaten Bandung "Bedas" menuju Indonesia Emas 2024.

Kompetensi guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memberikan pengajaran yang efektif, profesional, dan menyenangkan, sehingga anak didik menjadi seseorang yang pintar, kreatif, dan berkarakter. Tahun 2023 ini Bupati sudah menggelontorkan bantuan hibah kepada 124 madrasah ibtidaiyah se-Kabupaten Bandung.

Tuntutan pada para guru begitu besar karena memang tugas guru sangat penting sebagai pendidik generasi agar dapat menjadi penerus estafet kejayaan suatu bangsa. Sayangnya, beban berat ini tidak sebanding dengan kesejahteraan yang mereka dapatkan dari negara. 

Saat ini gaji guru ASN masih jauh dari cukup bila dibandingkan dengan pengeluaran untuk hidup sehari-hari. Gaji guru SMA ASN berkisar Rp1,56 juta/ bulan (golongan IA) - Rp5,9 juta/ bulan (golongan IV E). Apalagi yang masih honorer di daerah-daerah,  berkisar antara Rp1 - 3 juta / bulan. 

Dengan kondisi serba mahal di zaman sekarang, penghasilan guru dirasa masih kurang sehingga banyak yang mengambil pekerjaan sampingan untuk mencari tambahan penghasilan. Belum lagi kewibawaan guru di sekolah sebagai pendidik kalah oleh aduan anak didik kepada orang tuanya saat mendisiplinkan mereka. Bahkan, ada guru yang dipidanakan karena menghukum siswa yang tidak membuat tugas. 

Demikianlah penghargaan terhadap seorang guru di negara dengan paham kapitalisme sekuler. Tidak ada istilah keberkahan ilmu karena rida guru. Ini akibat agama dijauhkan dari kehidupan. Tata krama dan penghargaan kepada guru sangat rendah, baik dari siswa maupun dari negara. 

Berbeda sekali dengan keadaan guru dalam sistem Islam. Guru sangat dimuliakan karena hakikat ilmunya. Rasulullah saw. bersabda, 

"Barang siapa memuliakan orang alim (guru),  maka ia memuliakan aku. Dan barang siapa memuliakan aku, maka ia memuliakan Allah. Dan tempat kembalinya adalah surga."

Kaum muslimin percaya bahwa dengan memuliakan guru, maka ilmunya berkah dan memberi manfaat bagi umat. Ganjaran ilmu yang bermanfaat adalah surga. 

Memuliakan guru juga dapat dilihat dari catatan sejarah. Khalifah Umar bin Khattab memberi upah seorang guru sebesar 15 Dinar atau setara 60 gram emas atau setara dengan uang Rp60 juta/ bulan. Sungguh upah yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di zaman itu (1400 tahun yang lalu), bahkan untuk zaman sekarang. Jadi, guru tidak harus mencari penghasilan tambahan lagi. 

Kesejahteraan guru berpengaruh pada kesungguhan guru dalam mendidik murid-muridnya.  Sehingga, tertulis dalam sejarah selama masa keemasan (14 abad) Islam mencetak generasi yang saleh, berkarakter, dan berilmu tinggi. Zaman itu, banyak dilahirkan ilmuwan muslim yang terkenal sampai sekarang. Di antaranya adalah:

Ibnu Sina dengan julukan Bapak Kedokteran. Karya besarnya adalah filosofi dan kedokteran maupun anatomi tubuh.  

Khawarizmi, ahli dalam bidang matematika. Beliau adalah penemu angka nol.  

Al Zahrawi, ilmuwan yang berkontribusi dalam kesehatan. Beliau memiliki julukan sebagai Bapak Ilmu Bedah Dunia.  

Ibnu Khaldun, seorang pakar ekonomi sosiologi dan politik yang sering disebut Bapak Ekonomi.

Al zaraji, seorang ahli mekanik dan telah banyak menciptakan robot. 

Ibnu Al Haytham, penemu kamera pertama di dunia, dan masih banyak lagi ilmuwan yang lahir dari era keemasan Islam.

Standar pendidikan Islam  berupa kurikulum dan tujuan pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Pendidikan dilaksanakan dalam rangka bertakwa kepada Allah Swt. dan sebagai  penerapan syariah Islam secara menyeluruh. 

Dengan begitu, sangat jelas bahwa mencetak generasi yang berkarakter tidak bisa dilakukan dalam paham kapitalis sekuler yang rusak, tetapi harus  berlandaskan pada aturan yang mutlak dan sahih, yaitu syariat Islam buatan Allah Swt. dan telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para khalifahnya sehingga tercapai Islam rahmatan lilalamiin, yaitu Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, baik manusia maupun makhluk lainnya.

Pemberian hibah dari seorang pemimpin adalah suatu kewajiban, bukan sebagai bukti kebaikan pemimpin itu. Hal ini karena seorang pemimpin dalam Islam bertugas sebagai penjaga dan pengurus kepentingan rakyat. Sudah sewajibnya memenuhi kebutuhan rakyatnya, bukan memanfaatkan bantuan untuk kepentingan pencitraan dirinya. 

Rasulullah saw. bersabda, "Imam /Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang di urusnya.'

Wallahu 'alam bi shawab

Oleh: Nunung Juariah, 
Sahabat Tinta Media

Kemiskinan Ekstrem Hanya Bisa Diatasi dengan Sistem Islam



Tinta Media - Pandemi Covid-19 telah berakhir, tetapi efeknya masih terasa hingga kini. Salah satunya adalah kondisi ekonomi yang buruk alias kemiskinan. Bukan kemiskinan biasa, tetapi kemiskinan ekstrem yang terjadi di kawasan Asia Pasifik yang diperkirakan oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) sebanyak 155,2 juta orang atau 3,9% dari populasi kawasan. Jumlah ini meningkat 67,8 juta dibandingkan masa sebelum  pandemi dan inflasi tinggi. (detikNews.com)

ADB mengategorikan kemiskinan ekstrem jika pendapatan kurang dari US$2,15 (setara Rp32.000) per hari atau sekitar kurang dari Rp1 juta per bulan. Angka ini belum disesuaikan dengan kenaikan inflasi akibat perang di Ukraina yang melumpuhkan rantai suplai makanan global.  

Sistem kapitalis tidak memiliki batasan baku tentang kemiskinan sehingga setiap negara memiliki standar kemiskinan yang berbeda-beda.

Pada 2030, ADB memperkirakan 1,26 miliar penduduk di Asia akan rentan secara ekonomi. Hal ini ditafsirkan melalui pendapatan antara US$3,65 hingga 6,85 atau sekitar Rp100 ribu per hari, setara Rp3,1 juta per bulan. Untuk itu, pemerintah di Asia diimbau untuk memperkuat jejaring pengaman sosial guna mencegah krisis bereskalasi. 

Kepala Ekonom ADB, Albert Park mengatakan bahwa lonjakan inflasi telah membuat masyarakat miskin menjadi pihak yang paling dirugikan karena mereka kehilangan kemampuan dalam membeli kebutuhan pokok, seperti makanan dan bahan bakar karena harganya semakin mahal.

Masyarakat miskin juga kehilangan kemampuan untuk menabung, membayar layanan kesehatan, dan berinvestasi di bidang pendidikan. Mereka seperti terjebak dalam jurang kemiskinan dan sangat sulit keluar. Akhirnya, mereka tetap bahkan semakin miskin.

Mirisnya, kondisi yang bertolak belakang pun terjadi, yaitu dengan tumbuhnya angka populasi ultra-high net worth (UHNW) atau individu yang berpenghasilan sangat tinggi di kawasan Asia Pasifik sekitar 51% selama periode 2017-2022.  

Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang mencetak orang-orang kaya ini atau yang sering disebut para sultan. Dalam edisi terbaru The Wealth Report (segmen Wealth Sizing Model) dari Knight Frank disebutkan bahwa Singapura, Malaysia, dan Indonesia memiliki pertumbuhan UHNW tercepat di Asia, yaitu sebesar 7-9%.

Fakta ini menunjukkan bahwa dalam sistem kapitalis fenomena yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin miskin itu benar adanya. Ketimpangan sosial sangat terpampang nyata. Ada yang punya rumah mewah lengkap dengan fasilitas serba wah, koleksi kendaraan mewah, barang-barang bermerek, jalan-jalan keliling dunia, dan segala kenikmatan dunia  yang melimpah. 

Sementara, di tempat lain ada yang tidak bisa makan hingga mati kelaparan, tidak mampu mengakses layanan kesehatan hingga meregang nyawa, putus sekolah, bahkan melakukan kejahatan demi bertahan hidup. Bahkan, tidak sedikit yang bunuh diri karena tidak lagi sanggup menghadapi kerasnya hidup. Para konglomerat hartanya kian bertambah, sementara rakyat kelas menengah ke bawah semakin susah.

Pemerintah melalui presiden Jokowi berencana akan menggelontorkan dana sebesar Rp493,5 triliun dari APBN 2024 untuk mempercepat penurunan kemiskinan tahun depan.(CNN Indonesia.com, 16/8/2023)
Dana ini juga dialokasikan untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM).

Dilansir dari situs sepakat.bappenas.go.id, ada beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah guna menanggulangi kemiskinan ekstrem ini dengan tiga strategi utama, yaitu penurunan beban pengeluaran masyarakat,  peningkatan pendapatan masyarakat, dan meminimalkan kantong wilayah kemiskinan.

Pemerintah juga berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memudahkan investasi, pendataan penduduk, dan sinergi antarlembaga terkait.

Namun, semua ini belum mampu menuntaskan masalah kemiskinan ekstrem ini karena terjadi secara sistemik, jadi hanya bisa diselesaikan dengan solusi yang sistemik pula.

Akar Masalah Kemiskinan

Kemiskinan yang terjadi hari ini disebabkan karena penerapan sistem ekonomi kapitalis. Dalam sistem ini, prinsip ekonominya adalah meraih keuntungan atau materi sebanyak-banyaknya. Tidak peduli halal haram, asal bisa mendatangkan keuntungan materi akan dilakukan. 

Dalam sistem ini, kepemilikan umum bebas dikuasai individu atau swasta. Imbasnya adalah masyarakat terhalang untuk menikmatinya. Fasilitas publik juga dijadikan lahan untuk dikomersialkan. 

Kesehatan, pendidikan, dan keamanan yang seharusnya menjadi hak rakyat harus dibayar mahal. Ditambah dengan mental para pejabat yang buruk, tidak amanah yang justru memanfaatkan kekuasaan demi kepentingan pribadi dan melakukan berbagai kezaliman. Korupsi kian menggurita dari level bawah hingga atas.

Islam Solusi Atasi Kemiskinan Ekstrem

Apapun masalahnya, Islam punya solusinya. Ini bukanlah slogan semata. Telah terbukti dan teruji bahwa sistem Islamlah satu-satunya yang mampu menuntaskan masalah kemiskinan dan memberikan kesejahteraan bagi setiap individu yang hidup di dalamnya. 

Dalam  Islam kemiskinan diukur sejauh mana seseorang mampu memenuhi kebutuhan pokoknya berupaya sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Dalam kitab Nizam Iqtishadi karya Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, kata fakir secara bahasa sama dengan ihtiyaj, yaitu membutuhkan. Sementara, secara syariah fakir adalah orang yang membutuhkan, yang keadaannya tidak bisa dimintai apa-apa. Atau orang yang menjadi lemah oleh kesengsaraan. 

Islam menganggap masalah kemiskinan manusia dengan standar yang sama, di negara mana pun, serta kapan pun. Kemiskinan dalam Islam adalah ketika tidak terpenuhinya kebutuhan primer secara menyeluruh. Kebutuhan primer dalam Islam ada tiga yaitu sandang, pangan, dan papan. Hal ini Allah jelaskan dalam QS At-Thalaq ayat 6, Al-Baqarah ayat 233 dan hadis riwayat Ibnu Majah.

Islam telah menjadikan pemenuhan kebutuhan primer serta mengusahakannya untuk orang yang tidak bisa memperolehnya adalah fardhu. Jika bisa dipenuhi sendiri oleh seseorang, maka pemenuhan itu menjadi kewajibannya. Jika ia tidak mampu memenuhinya, maka harus ditolong oleh orang lain. 

Mekanismenya ialah dengan pemenuhan nafkah ini oleh kerabat terdekat yang memiliki hubungan darah. Jika tidak ada, maka negara wajib menanggungnya dari baitul mal pada pos zakat. Apabila pos zakat tidak cukup maka diambil dari pos lain. Jika di Baitul mal tidak ada harta sama sekali, maka negara memungut pajak dari orang-orang kaya.

Negara Islam menjamin terpenuhinya kebutuhan primer secara tidak langsung, yaitu dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Dengan adanya lapangan pekerjaan, maka laki-laki sebagai penanggung jawab nafkah dapat memenuhi kewajibannya. Negara tidak akan memberikan secara gratis makanan, pakaian, dan rumah sehingga masyarakat jadi malas. 

Negara juga bisa memberikan kesempatan pada setiap orang untuk menghidupkan tanah mati dan membeberikan hak untuk memilikinya. Negara juga bisa memberikan lahan pada mereka yang mampu menggarapnya. Jika mereka membutuhkan modal, negara bisa memberikan pinjaman modal tanpa riba, bantuan fasilitas penunjang seperti bibit, alat pertanian, teknologi dan lainnya. 

Dalam Islam, kepemilikan ada tiga, yaitu individu, umum, dan negara. Kepemilikan individu memungkinkan bagi siapa saja untuk memperoleh harta guna memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang dibolehkan Islam, di antaranya bekerja, waris, kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup, pemberian negara, dan harta yang diperoleh tanpa kompensasi harta atau tenaga.

Sementara, kepemilikan umum adalah izin Asy-Syari' kepada suatu komunitas masyarakat untuk sama-sama memanfaatkan benda/ barang, yaitu fasilitas umum, barang tambang yang tidak terbatas, dan sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki hanya oleh individu secara perorangan. Negara wajib mengelolanya dan hasilnya dikembalikan pada rakyat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Ketiga kepemilikan negara yang merupakan hak semua kaum muslim yang pengelolaannya menjadi wewenang Khalifah. Ia bisa mengkhususkan sesuatu untuk sebagian kaum muslim sesuai ijtihadnya. Contohnya fai', kharaj, jizyah, dan sebagainya.

Negara Islam juga akan menjaga agar distribusi kekayaan merata agar tidak berkumpul hanya pada sekelompok orang saja. Negara akan mengambil tanah pertanian yang tidak dikelola pemiliknya lebih dari tiga tahun dan memberikannya pada siapa saja yang membutuhkan. 

Dalam Islam juga ada kewajiban zakat, anjuran untuk berinfak, membantu sesama, memberikan utang, hibah, dan hadiah. Islam juga memiliki mekanisme pengelolaan harta, hukum seputar tanah, perdagangan dan industri, serta hukum muamalah. Islam melarang     cara-cara terlarang dalam pengembangan harta. Dengan mekanisme ini, keseimbangan ekonomi dalam masyarakat akan terwujud.

Pembangunan ekonomi dalam Islam bertumpu pada sektor riil. Ini berbeda dengan sistem kapitalis yang ditopang ekonomi nonriil yang rentan krisis. Selain itu, Islam memakai sistem uang emas, bukan kertas (fiat money) seperti sekarang yang rentan kena inflasi.

Dengan semua mekanisme ini,  kemiskinan ekstrem  memungkinkan diatasi. Kalau pun ada, biasanya terjadi dalam skala individu, dan itu semua bagian dari ujian Allah untuk hamba-Nya, bukan karena kesalahan sistem. Maka, sudah saatnya kita campakkan sistem kapitalis ini dan beralih pada sistem Islam. Sampai kapan kita harus merasakan kesulitan hidup ini, akibat kita tidak menerapkan aturan Allah? Hukum siapa yang lebih baik dari pada hukum Allah? Wallahua'lam bishawab.

Oleh: Yuli Ummu Raihan
Penggiat Literasi
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab