Tinta Media: surat pembaca
Tampilkan postingan dengan label surat pembaca. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label surat pembaca. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Maret 2024

Potret Buram Generasi Muda Indonesia



Tinta Media - Beberapa kasus tindak kriminalitas yang dilakukan oleh generasi muda saat ini semakin meningkat. Bukan hanya sekedar terkait pergaulan muda-mudi yang semakin bebas, tapi juga beberapa aksi kriminalitas yang meresahkan. Bahkan yang terbaru seorang remaja laki-laki usia 16 tahun menjadi pelaku pembunuhan satu keluarga di Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim). Aksi keji tersebut dilakukan diduga lantaran adanya sakit hati serta dendam terkait asmara. Lebih dari itu remaja tersebut juga dengan tega memperkosa salah satu korbannya. Akibat perbuatannya, pelaku terancam mendapatkan hukuman mati.

Tentunya kasus ini menambah potret buram perkembangan generasi muda bangsa saat ini. Disaat bangsa ini membutuhkan perubahan terhadap kondisi yang ada, kasus tersebut justru semakin menjauhkan harapan bangsa terhadap generasi muda. Selain itu, hal ini juga menambah potret buram gagalnya sistem pendidikan Indonesia dalam mewujudkan peserta didik sebagai harapan generasi penerus bangsa yang berkepribadian akhlakul karimah. 

Kasus kriminalitas dilakukan generasi muda bukan kali ini saja terjadi, namun terus berulang setiap waktunya. Tentunya kejadian kriminalitas yang terus berulang, menunjukkan adanya kelemahan terhadap sanksi hukum yang diberlakukan. Tidak adanya efek jera ditengah-tengah masyarakat, menjadikan kasus-kasus kriminalitas akan selalu ada dan tidak mampu mencegah individu dalam melakukan aksi kejahatannya. Sistem aturan kapitalis liberalis yang memberikan kebebasan setiap individu masyarakat dalam menjalankan kehidupannya menjadikan generasi muda terjebak dalam derasnya pergaulan bebas yang diiringi dengan barang terlarang seperti narkotika, minuman keras sampai seks bebas. Aturan agama yang sekian lama ditinggalkan, semakin menambah jejak-jejak setiap individu untuk melakukan perbuatan buruknya.

Sehingga hal tersebut harusnya menjadi evaluasi pemerintah untuk memperbaiki sistem aturan bernegara yang ada saat ini. Bukan hanya terkait satu aspek saja tapi juga menyeluruh, agar solusi yang diberikan bukan solusi tambal sulam. Negara berkewajiban menjamin terlaksananya sistem kehidupan yang terbaik, mulai dari sistem pendidikan sampai sistem berkehidupan. Sistem pendidikan yang mampu mencetak generasi muda sebagai penerus bangsa yang diharapkan, sistem sanksi hukum yang mampu mencegah kembalinya kejahatan untuk berulang dan mengembalikan serta memastikan setiap individu untuk kembali pada aturan agama sehingga terbentuklah individu-individu masyarakat yang bukan hanya taat pada aturan negara namun beriringan terhadap aturan agama. Utamanya generasi muda saat ini yang semakin jauh dari aturan agama dan negara, maka terbentuklah para generasi bangsa yang diharapkan.

Oleh: Putri YD
Sahabat Tinta Media

Rabu, 28 Februari 2024

Nasib ART Kian Terpuruk



Tinta Media - Setiap orang pasti punya sebuah impian/cita-cita, seperti kata pepatah "Kejarlah cita-citamu setinggi langit". Apa yang di cita-citakan pasti akan diupayakan semaksimal mungkin. Tetapi pada kenyataannya semua itu tidak sepenuhnya terealisasi. Ada banyak perempuan yang sejatinya tidak harus ikut menanggung nafkah keluarga malah harus ikut bekerja untuk membantu memenuhi semua kebutuhan keluarga karena tekanan kemiskinan dan rendahnya pendidikan terpaksa profesi ART yang menjadi pilihan mereka.

Apakah setelah memilih profesi Asisten Rumah Tangga (ART) semua permasalahan di keluarga akan teratasi ? Mungkin secara ekonomi, keuangan keluarga sedikit terbantu tetapi masalah yang lainnya akan muncul. Bila yang menjadi ART adalah seorang ibu maka dia tentu saja akan meninggalkan anaknya, melalaikan tugasnya sebagai Madrasatul Ula. Karena tidak sedikit yang mempekerjakan ART harus tinggal di rumah majikannya. Dan juga masalah keselamatan dari para ART itu sendiri.

Dan faktanya sudah banyak kejadian penganiayaan dan pembunuhan terhadap ART oleh majikannya sendiri. Seperti yang sedang viral sebuah video yang memperlihatkan seorang perempuan yang di duga ART di Jakarta Barat, mengalami penganiayaan dan penyekapan oleh majikannya sendiri. Dan kasus serupa pun terjadi di Jati Negara Jakarta Timur, sebanyak lima ART menjadi korban penganiayaan oleh majikannya dan kasus ini terungkap setelah korban melarikan diri dari rumah majikan dengan kondisi tubuh penuh luka. Mereka kabur karena sering di siksa dan di paksa kerja hingga dini hari.

Sudah jelas lemahnya peran negara dalam melindungi nasib ART  walaupun keberadaan RUU PPRT telah resmi menjadi inisiatif DPR-RI dan segera akan dibahas di tingkat Badan Legislatif DPR-RI tetapi tetap tidak menjamin nasib perempuan, khususnya pekerja rumah tangga berubah menjadi lebih baik. Justru RUU PPRT di kebut semata karena menjadi bagian dari komitmen pemerintah untuk memberi perlindungan pada perempuan tujuannya agar perempuan memiliki daya saing demi mendukung visi pembangunan 2045 dalam rangka Indonesia menjadi negara maju. 

Dan di sini jelas negara memosisikan perempuan sebagai sumber daya manusia untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Inilah potret buruk dari sistem ekonomi kapitalis yang hanya mengedepankan keuntungan semata. Jika kita berada di sistem negara yang di pakai adalah sistem Islam sudah tentu negara akan menjadi segala hal yaitu memenuhi kebutuhan kita akan keselamatan, kesejahteraan, kedamaian dan hal-hal yang lainnya sesuai fitrah kita sebagai umat manusia.

Maka dari itu kita harus terus memperjuangkannya hingga tegak kembali di tengah umat. Karena Islamlah solusi yang hakiki dan Islam sungguh sempurna dalam mengatur seluruh masalah kehidupan 

Wallahu a'lam bish- shawwab

Sumber : 
(Opini /MNews  21/02/2024, Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si., Nestapa ART, Korban Eksploitasi dan Tumbal Ekonomi)


Oleh: Ummu Arkaan
Sahabat Tinta Media 

Senin, 19 Februari 2024

Harga Beras Kian Meroket


Tinta Media - Di Indonesia beras merupakan kebutuhan pokok utama masyarakatnya. Dengan harga beras sekarang yang mahal tentu saja menambah penderitaan rakyat. Bagaimana tidak? Dengan harga beras yang mahal maka penghasilan keluarga akan banyak tersedot untuk membeli kebutuhan pokok tersebut dan untuk membeli kebutuhan yang lainnya otomatis akan ada pengurangan. Tetapi bukan hanya beras saja yang mengalami kenaikan harga melainkan beberapa kebutuhan yang lainnya pun ikut naik seperti gula, minyak goreng dan yang lainnya. 

Untuk masyarakat miskin, kenaikan harga beras menambah beban yang sangat berat. Ditambah dengan kondisi ekonomi yang serba sulit maka pembelian beras pun beralih ke harga yang termurah dengan kondisi beras yang tidak memenuhi standar. 

Pemerintah mengklaim bahwa kebijakan bansos sebagai solusi efektif terhadap kenaikan harga beras. Tapi faktanya walaupun ada bansos harga beras tetap saja naik dan juga tidak semua rakyat miskin mendapatkan bansos. Dan banyak ditemukan di lapangan bahwa bansos banyak yang salah sasaran. 

Ini semua sangat aneh, karena di Indonesia beberapa wilayahnya sudah di tetapkan sebagai penghasil utama atau lumbung padi. Di Indonesia sekarang ini yang di pakai adalah sistem kapitalisme yang sangat merugikan rakyat kecil dan salah satunya adalah kenaikan harga beras. Karena rusaknya rantai distribusi beras yang dikuasai oleh sejumlah perusahaan besar. Mereka melakukan monopoli gabah dari petani dengan cara membelinya dengan harga tinggi dan mereka memborong beras Bulog berharga murah dan menimbunnya termasuk membeli beras yang di jual saat ada operasi pasar dan pada saat yang tepat mereka akan menjualnya dengan harga yang berkali lipat. 

Beda halnya jika yang dipakai oleh negara adalah penerapan aturan Islam untuk mengatur urusan rakyatnya. Dan untuk beras karena ini merupakan kebutuhan pokok dan menyangkut hajat hidup orang banyak maka negara akan hadir dan wajib mengelola beras dari hulu hingga hilir yaitu sejak mulai produksi, distribusi hingga sampai ke tangan rakyat. Negara pun harus memastikan rantai distribusi yang sehat dan yang bebas dari penimbunan, monopoli  dan juga berbagai praktik bisnis lainnya dan tidak akan menyerahkannya pada pihak swasta. 

Mari kita sama-sama memperjuangkan penegakan hukum Allah agar segera kembali diterapkan di muka bumi ini. Karena hanya dengan kembali kepada Islamlah semua persoalan dan aturan yang menyengsarakan akan mendapatkan solusinya. Bangga berIslam Kaffah 

Wallahu a'lam bish shawwab.

Oleh: Ummu Arkaan
Sahabat Tinta Media

Mupakat untuk Kesejahteraan Petani?



Tinta Media - Pemerintah kabupaten Bandung melalui Dinas Pertanian, kembali melaksanakan kegiatan "Mupakat" atau Musyawarah Bupati dengan Masyarakat Tani, di lapangan sepak bola Kiara Payung desa Banjaran kabupaten Bandung, Selasa 30 Januari 2024 (bidikekspres.id kab Bandung). Mengapa petani khususnya di Bandung tidak sejahtera? Kebijakan impor yang merugikan petani, harga pupuk dan benih yang mahal juga langka juga alih fungsi lahan turut andil dalam ketidaksejahteraan para petani. Karena yang diterapkan sistem kapitalis sekuler yang semua berpihak kepada para pemilik modal saja. 

Maka dengan kenaikan pupuk dan benih ini tentu akan menguntungkan bagi pengusaha sebagai pemilik modal yang besar. Maka solusinya harus mendasar, yaitu mengenyahkan sistem kapitalis sekuler yang menjadi akar semua persoalan di negeri ini. 

Dengan menerapkan sistem Islam untuk segala permasalahan masyarakat sebagai solusi tuntas, yang tentunya solusi ini akan melindungi dan menyejahterakan rakyat. 

Sistem Islam mewajibkan para penguasanya untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat serta menjaga kedaulatan dan ketahanan pangan di negaranya. Salah satunya dengan memudahkan para petani untuk meningkatkan produktivitas pangan dengan menyediakan sarana dan prasarana pertanian yang murah bahkan gratis. Juga negara Islam tidak bergantung kepada impor yang tentunya akan merugikan petani lokal. Selain itu negara Islam akan tanggap terhadap bencana atau pun perubahan iklim yang memungkinkan berdampak pada produktivitas pertanian. 

Wallahu a'lam bish shawwab



Oleh: Ummu Sigit 
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 18 Februari 2024

Sampah Plastik Menggunung, Umat Butuh Solusi Mendasar



Tinta Media - Indonesia menghasilkan 12,87 juta ton sampah plastik pada tahun 2023. Dirjen Pengolahan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebutuhan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan sampah plastik masih menjadi isu serius yang dihadapi Indonesia. Rosa mengatakan, kondisi tersebut menyebabkan penanganan sampah plastik menjadi fokus dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada tanggal 21 Februari mendatang. 

Sampah plastik bukan masalah regional, melainkan sudah menjadi masalah global pada manusia, hewan dan lingkungan hidup. Tumpukan sampah plastik, membuktikan adanya kelalaian negara dan rendahnya kesadaran rakyat akan bahaya plastik. 

Sistem kapitalisme membuat cara berpikir manusia menjadi sempit, hanya mengutamakan keuntungan dan kemudahan semata tanpa memikirkan dampak kedepannya. 

Dari sisi masyarakat, memang dimudahkan dengan bahan atau wadah plastik yang harganya lebih murah dan terjangkau. Namun sampah yang dihasilkannya sulit untuk didaur ulang. Negara kapitalis tidak menyediakan teknologi ramah lingkungan, negara justru membuka lebar pemilik modal untuk terus memproduksi. 

Seharusnya peran negara tidaklah demikian. Negara haruslah hadir dalam menjalankan fungsinya mengurusi urusan rakyat. Negara seperti ini akan kita jumpai dalam sistem Islam yang bernama Daulah Khilafah. Yang sesuai sabda Rasulullah Saw ;
"Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab atas urusan rakyat-rakyatnya." 
(HR. Al-Bukhari) 

Negara wajib mengedukasi rakyat terhadap bahaya plastik. Terutama bagi kesehatan dan lingkungan.
Negara juga harus memberikan inovasi dan pengembangan ilmu. Apa pun masalahnya, solusinya hanya dengan kembali kepada sistem Islam, karena khilafah selalu berpatokan kepada batasan syariat, tidak akan membuat kerusakan di bumi dan memanfaatkan alam dengan secukupnya. 

Wallahu a'lam bish shawwab 

Sumber : katadata.co.id (Rabu, 7 Februari 2024)


Oleh: Umma Aisha - Raharza Plaza 
Sahabat Tinta Media 

Ekonomi Buruk Dampak dari Sistem Sekuler


Tinta Media - Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menemukan adanya kenaikan harga pada komoditas gula konsumsi, beras serta cabai merah keriting dalam inspeksi mendadak (sidak) di pasar tradisional Cihapit Bandung dan Griya Pahlawan Bandung. Sidak ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi adanya permainan harga dan penahanan pasokan oleh pelaku usaha tertentu serta stabilitas komoditas di Jawa Barat jelang bulan Ramadan. 

Di daerah Baleendah pun harga beras kian meningkat, bahkan yang sebelumnya harga Rp. 15.000 per kilo itu harga tertinggi sekarang harga itu menjadi harga terendah. 

Disistem sekarang ini membuat rakyat semakin menjerit tercekik oleh harga kebutuhan pokok yang semakin melambung, negara yang katanya subur dan  rempah-rempah yang melimpah tapi seakan negara tidak mampu mengelolanya sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan rakyatnya. 

Sangat berbeda dengan sistem Islam yang sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya. Dalam Islam rakyat akan menjadi prioritas utama untuk dipenuhi kebutuhannya karena dalam sistem Islam semua diatur bukan atas dasar kepentingan pribadi saja tapi semuanya diatur oleh yang Maha mengatur yaitu Allah SWT melalui hukum Syara' yang tidak mungkin menzalimi umatnya. 

Sudah saatnya kita kembalikan lagi sistem Islam yang telah berjaya di muka bumi ini selama lebih dari 13 abad lamanya. Dengan cara berjamaah dengan kelompok yang benar-benar berjuang dalam berdakwah meninggikan kalimat Allah untuk mengembalikan Daulah Islam yang akan menerapkan semua hukum Allah di muka bumi ini. 

Dengan begitu rakyat akan kembali merasakan keamanan dan kenyamanan hidup di muka bumi ini karena akan di urus semua kebutuhan hidup mendasarnya sesuai dengan aturan Allah yang sudah barang tentu sesuai dengan fitrah dan memuaskan akal. 

Wallahu a'lam bish shawwab

Oleh: Nurul
Sahabat Tinta Media 

Kamis, 15 Februari 2024

Menghentikan Penistaan Al-Qur’an, Tidak Cukup dengan Kecaman



Tinta Media - Lagi-lagi terjadi pembakaran mushaf Al-Qur’an di Swedia dan Denmark. Pelaku berlindung di bawah Undang-Undang demokrasi yang menjamin kebebasan berbuat dan bertingkah laku. 

Negeri-negeri muslim ramai mengecam. Sayangnya, kecaman saja tidak cukup untuk dapat menghentikan penistaan yang telah berulang kali dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Selama negeri-negeri muslim masih menerapkan sistem demokrasi sekuler, maka selama itu pula kaum muslimin tidak akan pernah mampu menyelesaikan problem penistaan agama. 

Umat Islam sedunia mesti bersatu dalam satu institusi negara shahih yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. Negara akan mengirimkan pasukannya untuk berjihad menjaga kemuliaan Islam. Hanya dengan Khilafah, pelaku penistaan terhadap kesucian Islam dan simbol-simbolnya akan ditindak tegas; para pendukungnya akan ditumpas; sehingga permasalahan ini menjadi tuntas.  Wallahu a'lam.

Oleh: Raty
Sahabat Tinta Media

Minggu, 11 Februari 2024

4 Syarat Orang Beruntung



Tinta Media - Semua orang ingin beruntung. Baik dalam hal ekonomi, akademik, sosial bahkan dalam hal ibadah. Namun standar keberuntungan relatif bagi setiap orang tergantung kacamata dan sudut pandang orang tersebut. Menurut A ia beruntung jika bisnis berkembang tanpa kerugian besar. Sedangkan menurut B beruntung itu ketika ia mendapatkan segepok uang dari hasil undian. Dan menurut C ia beruntung ketika segala urusannya dimudahkan serta dilancarkan. 

Semua mempunyai standar beruntungnya masing-masing, sedangkan Allah sudah mengabarkan pada kita (umat manusia) bahwa orang yang beruntung itu ketika ia tidak merugi. Orang yang tidak akan merugi ialah orang yang mempunyai 4 syarat sebagai berikut; 

1. Beriman kepada Allah
2. Mengerjakan Amal Shalih
3. Saling Menasihati dalam Kebenaran
4. Saling Menasihati dalam Kesabaran 

Jika salah satu dari keempat syarat ini tidak terpenuhi maka ia termasuk orang yang tidak beruntung (merugi). ketika seseorang itu beriman kepada Allah SWT namun, ia tidak mengerjakan amal shalih (perbuatan yang Allah ridhai) maka sama saja ia tidak beruntung. Begitu pun ketika seseorang mengerjakan Amal Shalih ia juga menasihati sesama manusia dengan kebenaran (Al-Qur'an dan As-sunah) dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan saat mengerjakan amal shalih tetapi ia tidak beriman kepada Allah SWT maka semua yang ia kerjakan akan sia-sia. 

Karna iman merupakan syarat utama tercatatnya amal shalih yang kita lakukan di dunia, tanpanya maka amal shalih yang kita kerjakan bagaikan debu di atas batu yang tersiram air hujan (bersih tak berbekas). ataupun kita sudah beriman namun, tidak mengerjakan amal shalih dan saling menasihati, itu pun akan sia-sia karna yang dikerjakan kalau tidak amal shalih maka amal salah yang itu mendatangkan dosa bukannya pahala, sedangkan orang yang beruntung adalah ketika mendapatkan pahala dari Allah SWT. Rugi dong sudah beriman malah mendapatkan dosa. 

Semoga ketika kita beriman kepada Allah SWT, lalu kita mengerjakan amal shalih dengan menulis kebenaran yang telah disampaikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Sunnah, kemudian kita saling menasihati dalam kesabaran ketika mengerjakan amal shalih, kita menjadi orang yang beruntung dan tidak merugi. 

Wallahu 'Alam


Oleh: Faith Afia 
Sahabat Tinta Media 

Sabtu, 10 Februari 2024

Kurikulum Rusak



Tinta Media - Arah pendidikan menjadi tidak jelas, seolah ada unsur kesengajaan melalui otak-atik rombak struktur kurikulum nasional berulang-ulang. Dan dapat dipastikan setiap pergantian menteri pendidikan, maka kurikulum pun berubah. Kedelapan Standar Pendidikan hanya berwujud bangunan dan sarana prasarana saja, tidak mampu mendongkrak Standar Kelulusan yang sesuai dengan jenjang pendidikan anak-anak usia sekolah hingga para mahasiswa sekalipun. Fenomena yang paling miris adalah, setiap latihan soal, PR hingga Ujian Pembelajaran, jawaban bukan hasil berpikir, tapi hasil googling dari internet. 

Islam memberikan solusi, kurikulum nasional harus mampu memahamkan eksistensi diri si pembelajar yang berdasarkan pada fitrah kemanusiaan, tidak melihat murid dari kalangan muslim atau non muslim. Ilmu Pengetahuan akan sangat dinikmati oleh mereka, hingga melahirkan manusia-manusia pembangun peradaban yang maju, baik dari sisi pisik termasuk moral dan budi pekerti. Terlebih lagi bila peserta didiknya adalah muslim, mereka akan mencapai derajat insan kamil, karena semua produk ilmu pengetahuan mereka berbuah manfaat dunia dan akhirat. 

Oleh: Barli Ibnu Syahlan Al-Hasyim
Dosen STAI Al-Musdariyah

Pesatnya Teknologi Informasi dan Komunikasi Ancam Tenaga Kerja Manusia



Tinta Media - Tulisan ini adalah salah satu bentuk kerisauan kami selaku mahasiswa yang selalu skeptis akan kondisi dunia kerja hari ini. Apalagi, sekarang dunia sudah mulai berbondong-bondong menggunakan mesin ketimbang manusia. 

Hari ini manusia sudah mengalami perubahan begitu pesat, mulai dari aktivitas di lingkungan keluarga sampai dunia kerja. Tak hanya itu, perubahan ini juga berdampak pada cara manusia bertindak dan menerima informasi. 

Revolusi industri 4.0 adalah suatu perubahan yang membuat manusia tidak lagi bekerja secara ekstra karena di perubahan kali ini, teknologi-teknologi canggih semakin gencar digunakan oleh para pelaku usaha dengan harapan lebih memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Akan tetapi, ada masalah yang cukup fundamental, yaitu terkait dengan ketenagakerjaan pada setiap sektor industri. Adanya peningkatan teknologi dalam menopang produktivitas suatu industri memang sangat membantu pelaku usaha dan juga para pekerja. Namun, seiring dengan peningkatan teknologi dan kecerdasan buatan ini, manusia dibuat semakin terpojok. 

Tentu ini adalah masalah yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha dan pihak ke pemerintah.

Indonesia adalah negara yang sangat memperhatikan kesejahteraan masyarakat jika mengacu pada UUD 1945 dan Pancasila. Namun, melihat data yang dikeluarkan oleh BPS dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 278,8 juta jiwa pada 2023. Yang mendapatkan lapangan pekerjaan sebanyak 147,71 juta orang. Angka pengangguran pada tahun 2023 berkisar 7,86 juta jiwa.

Memang ini adalah angka yang bisa dikatakan kecil. Akan tetapi, kita harus mengetahui bahwa Indonesia terbagi atas dua sektor pekerja, yakni pada sektor formal dan sektor informal. Survei yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2023 menunjukkan bahwa pekerja informal sebanyak 83,34 juta orang dan pekerja formal sebanyak 55,29 juta orang. 

Ketika melihat survei dari BPS ini, pekerja informal sangat mendominasi. Artinya ada pemangkasan pekerja pada sektor formal. Tentu ini tak lepas dari perkembangan industri 4.0 yang mengandalkan mesin dan kecerdasan buatan untuk meningkatkan produktivitas pada sebuah perusahaan atau industri.

Beberapa tokoh seperti Tesla dan Space X, mereka berpendapat bahwa penggunaan mesin dalam suatu bidang perindustrian dapat bekerja lebih cepat dan juga dapat meningkatkan produktivitas. Biayanya juga lebih rendah daripada manusia. Ini yang membuat banyak industri lebih suka menggunakan tenaga mesin. Ini juga salah satu hal yang membuat pekerja formal di Indonesia jumlahnya sedikit dibandingkan dengan pekerja informal.

Ini adalah salah satu kerisauan para mahasiswa, karena setiap tahun, kampus-kampus mengeluarkan lulusan-lulusan sarjana dari berbagai jurusan, tetapi lapangan pekerjaan tidak dapat menampung mereka untuk bekerja di setiap bidang yang mereka minati. Maka, kami sangat berharap kepada pihak pemerintah agar dapat mengintervensi pelaku usaha dalam hal pemberdayaan pekerja manusia daripada mesin.


Oleh: Diki Wahyudi Iyabu
Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo

Kamis, 08 Februari 2024

Cara Agar Semangat Menulis



Tinta Media - Seperti halnya dulu ketika belajar naik sepeda, pasti terasa sangat sulit, hanya saja ketika terus di coba dan berlatih, akhirnya akan bisa mengendarai sepeda dengan mahir, walaupun berbeda waktunya pada setiap orang. hanya saja semangat untuk bisa mengendarai sepeda membuat seseorang tetap semangat walau membutuhkan waktu lama dan banyak pengorbanan. 

Begitu pun halnya dengan menulis, banyak yang masih kesulitan menuangkan ide, gagasan, cerita dan lain-lain ke dalam bentuk tulisan. Dan ini menjadi banyak alasan yang membuat kita malas untuk menulis. 

Padahal dengan pesatnya teknologi saat ini, bisa sangan mudah dilakukan kapan saja dan di mana saja, untuk membuat tulisan, dan mencari materi tulisan dari informasi yang di dapatkan dari media. Juga bisa menjadikan tulisan-tulisan penulis yang sudah terkenal untuk di pelajari polanya, seperti bagaimana judul di buat dengan sangat menarik sehingga pembaca bisa memutuskan untuk melanjutkan membaca ke paragraf selanjutnya. juga di dukung oleh paragraf pertama yang membuat pembaca tertarik untuk membaca sampai tuntas. 

Dan juga dari diri kita sendiri harus memiliki keinginan yang kuat untuk menulis sebagai salah satu cara untuk meraih kebaikan. Menjadikan qimmah ruhiyah (perbuatan tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah) yang menjadi tujuan utama menulis, yang akan berdampak terus mengalirnya pahala jariyah kepada penulis ketika tulisan yang dibuat membawa kebaikan untuk pembacanya. 

Karenanya sejak hari ini mari kita niatkan dalam hati kita untuk mulai menulis, walau terasa berat, dan penuh halangan dan rintangan. Semoga Allah istiqomahkan dalam upaya terus berlatih untuk membuat karya tulis yang bisa bermanfaat. 

Semoga kelah suatu hari nanti ketika kita membaca lagi tulisan pertama kita, sudah merasa lebih baik lagi dalam membuat karya tulis selanjutnya, dan di tulisan tulisan selanjutnya akan lebih banyak lagi manfaat yang akan di dapat oleh umat. 

Gogor, 6/2/24-06:18 

Oleh: Abu Azmi
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 03 Februari 2024

Sekolah Menjadi Industri Murni



Tinta Media - Dulu, saat orang tua memiliki anak berprestasi dan lolos ujian masuk ke sekolah/kampus favorit, mereka pasti menangis bangga, penuh syukur karena anaknya dapat mengenyam pendidikan murah dan berkualitas. Hari ini, saat orang tua menerima kabar anaknya berprestasi dan masuk sekolah/kampus favorit, mereka malah menangis sedih, karena semakin berkualitas lembaga pendidikan di Indonesia semakin mahal biayanya. Ini adalah fenomena, saat sekolah dan perguruan tinggi berubah menjadi industri, mirip perusahaan yang mencari keuntungan materi murni.

Sejatinya, pendidikan adalah tanggung jawab negara. Program wajib belajar harus dibarengi dengan gratisnya biaya pendidikan, bahkan bila ada anak yang berprestasi, tidak hanya biaya gratis di sekolah/kampus favorit, mereka diberi uang saku dan uang akomodasi selama pendidikan. Tentu saja itu hanya ada di Daulah Islam, bukan di negara sekuler kapitalis seperti saat ini, apalagi di negara komunis.

Oleh: Barli Ibnu Syahlan Al-Hasyim
Dosen STAI Al-Musdariyah Kota Cimahi

Demo Kades, Suara Warga atau Suara Hati?



Tinta Media - Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para Kades (Kepala Desa) yang terjadi di depan gedung MPR/DPR RI pada 31 Januari 2024, berakhir ricuh. Para demonstran menuntut Revisi UU Desa. Dalam Revisi tersebut, Apdesi mengusulkan agar masa jabatan kepala desa diubah menjadi 9 tahun, serta dapat diemban selama 3 periode, sehingga bisa menjabat selama maksimal 27 tahun. Selain itu, Apdesi juga menuntut peningkatan alokasi anggaran desa menjadi 10 persen dari APBN. 

Tidak ada perwakilan anggota dewan yang keluar gedung pun, memancing emosi para demonstran sehingga tindakan anarkis tidak dapat dihindarkan. Akibatnya, beberapa tembok dan besi pagar gedung MPR/DPR RI mengalami kerusakan. Pelemparan batu pun dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab, menyebabkan adanya korban yang mengalami luka di bagian kepala. Petugas keamanan pun mengamankan beberapa orang yang dianggap sebagai provokator kericuhan.  

Sebagian masyarakat menilai peristiwa ini harusnya tidak terjadi, Kepala Desa yang dianggap sebagai pemimpin warga tidak memberikan contoh yang baik di hadapan publik. Apalagi disertai dengan tindakan anarkis yang dianggap tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin. Haus akan jabatan, dianggap masyarakat penyebab terjadinya hal tersebut. Sebagian di wilayah lainnya pun, masyarakat yang tidak setuju akan revisi UU yang ada. Hal tersebut lantaran masih ditemukannya kinerja Kepala Desa yang tidak mumpuni bahkan condong menjadikan jabatan sebagai lahan basah meraup keuntungan pribadi.  

Sistem aturan liberalis kapitalis yang masih diberlakukan, menjadikan segala sesuatunya hanya untuk mengejar materi dan kepentingan sebagian kelompok. Merampas segala hak rakyat menghalalkan segala cara untuk ambisi yang dikejar. Sehingga aksi demonstrasi yang ada dianggap bukanlah untuk memenuhi suara rakyat namun suara hati pribadi untuk ambisi akan mempertahankan jabatan yang diemban namun abai terhadap kewajiban. Maka, sudah seharusnya ada perubahan terhadap aturan yang ada. Aturan yang mampu menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai hal utama, memunculkan para pemimpin yang amanah bukan hanya dalam lingkup daerah namun juga seorang pemimpin negara.  

Islam dengan aturannya, mempunyai aturan menyeluruh terhadap problematika kehidupan. Hukum yang mampu menjadikan para pengembannya amanah terhadap kewajiban. Hukum sanksi yang tegas, menjadikan oknum yang tidak bertanggungjawab jera terhadap perbuatannya. Sehingga kehidupan masyarakat yang sejahtera dapat terlaksana. 

Oleh: Putri YD
Sahabat Tinta Media

Jumat, 02 Februari 2024

Sistem yang Makin Mempersulit

Tinta Media - Pada tahun 2023, puluhan ribu orang telah menjadi korban PHK dan pada awal tahun 2024 pun muncul pemberitaan di media sosial yang viral pasalnya PT. Hung-A Indonesia melakukan PHK atas ribuan  pekerjanya karena akan menutup operasional mulai Februari 2024 dan pabrik ban asal Korea Selatan itu tengah berencana beralih ke Vietnam yang akan jadi lokasi baru untuk membangun pabriknya.

Selain relokasi, banyaknya penutupan perusahaan pun menjadi salah satu faktor penyebab maraknya PHK. Alasan keterpaksaan perusahaan menutup usahanya karena banyaknya barang Impor yang murah masuk ke Indonesia dan juga perlambatan ekonomi di negara-negara tujuan utama pasar ekspor Indonesia yang berujung terjadinya penumpukan stok, di tambah lagi adanya modernisasi mesin pabrik yang bisa menekan biaya produksi.

Adanya arus gelombang PHK besar-besaran ini semakin menambah panjang gagalnya sistem yang ada. Indonesia yang merupakan salah satu negara yang memakai sistem ekonomi Kapitalisme sangat lamban menanggulangi masalah ini. Tidak adanya ketegasan untuk menghentikan arus impor pun (terutama yang ilegal) alih-alih melakukan operasi pasar barang ilegal, tentu saja ini sangat berdampak bagi perusahaan yang berorientasi pasar lokal.

PHK marak dimana-mana adalah bukti buruknya situasi ekonomi dunia termasuk Indonesia, buruknya situasi ekonomi tidak lepas dari penerapan sistem ekonomi Kapitalisme yaitu sistem para pemilik modal yang landasan ekonominya hanya berorientasi pada untung dan rugi. Inilah potret egoisme sistem ekonomi Kapitalisme yang hanya menyelamatkan perusahaan namun abai dengan nasib para pekerjanya. Tentu saja dengan adanya PHK akan sangat menambah penderitaan dan mempersulit kehidupan rakyat, di tambah lagi dengan tidak adanya jaminan dari Negara.

Sementara di dalam Islam, fungsi penguasa adalah memelihara urusan umat dan penguasa akan berusaha keras untuk menyediakan berbagai lapangan kerja bagi rakyatnya dan akan menjamin jalur perolehan harta bagi setiap individu rakyat selain dari hasil bekerja.

Sampai kapan kita harus bertahan dengan sistem buatan manusia yang makin menyengsarakan ini ? Sudah saatnya kita menyadarkan umat dengan cara beramar makruf dan memahamkan kepada umat bahwa hanya sistem Islamlah yang mampu memberikan jaminan terbaik bagi rakyat di seluruh dunia.
Wallahu a'lam bish shawwab 

Sumber: MNews/Opini, 24 Januari 2024. "PHK Masal, Buah Buruk Sistem Gagal" Oleh: Nindira Aryudhani S.Pi M.Si

Oleh: Ummu Arkaan
Sahabat Tinta Media 

Selasa, 23 Januari 2024

Banjir dan Tanah Longsor

Tinta Media - Ironis sekali banjir kembali terjadi tepatnya di kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot dan Bojongsoang. yang terdampak banjir kurang lebih 2000 warga, jumlah tersebut bisa terus bertambah karena masih banyak warga yang belum terdata secara akurat. 

Curah hujan yang tinggi mengakibatkan sungai Cikapundung tidak mampu menampung debit air yang tinggi, sehingga tanggul pembatas menjadi jebol. Luapan air menerjang rumah-rumah penduduk dan meluas ke ketiga kecamatan tersebut. Buruknya drainase juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir. 

Selain itu di daerah dataran tinggi pun saat ini tidak luput dari banjir karena sudah tidak ada lagi lahan-lahan resapan air, banyak pohon-pohon ditebangi dan dibangun perumahan-perumahan elite sehingga memicu terjadinya banjir bandang dan tanah longsor. Pembebasan lahan yang begitu mudah hanya untuk kepentingan segelintir orang terus dilakukan tanpa memperhatikan akibat kedepannya yang akan dihadapi masyarakat secara luas. 

Bencana banjir yang berulang kali terjadi harus mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak baik individu, masyarakat maupun negara. Pemerintah harus melakukan pembenahan tata kelola ruang, menyediakan daerah resapan air serta adanya kesadaran masyarakat yang tinggi untuk tidak membuang sampah ke sungai, semua ini tidak akan terwujud ketika asas manfaat dijadikan standar kehidupan. Maka dari itu hanya dengan penerapan Islam secara kaffah yang mampu mewujudkan kehidupan yang damai, aman, adil dan sejahtera. Wallahua'lam bishowab 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

Oleh: Indun Triparmini 
IRT - Bojongsoang

Banjir dan Tanah Longsor

Tinta Media - Ironis sekali banjir kembali terjadi tepatnya di kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot dan Bojongsoang. yang terdampak banjir kurang lebih 2000 warga, jumlah tersebut bisa terus bertambah karena masih banyak warga yang belum terdata secara akurat. 

Curah hujan yang tinggi mengakibatkan sungai Cikapundung tidak mampu menampung debit air yang tinggi, sehingga tanggul pembatas menjadi jebol. Luapan air menerjang rumah-rumah penduduk dan meluas ke ketiga kecamatan tersebut. Buruknya drainase juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir. 

Selain itu di daerah dataran tinggi pun saat ini tidak luput dari banjir karena sudah tidak ada lagi lahan-lahan resapan air, banyak pohon-pohon ditebangi dan dibangun perumahan-perumahan elite sehingga memicu terjadinya banjir bandang dan tanah longsor. Pembebasan lahan yang begitu mudah hanya untuk kepentingan segelintir orang terus dilakukan tanpa memperhatikan akibat kedepannya yang akan dihadapi masyarakat secara luas. 

Bencana banjir yang berulang kali terjadi harus mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak baik individu, masyarakat maupun negara. Pemerintah harus melakukan pembenahan tata kelola ruang, menyediakan daerah resapan air serta adanya kesadaran masyarakat yang tinggi untuk tidak membuang sampah ke sungai, semua ini tidak akan terwujud ketika asas manfaat dijadikan standar kehidupan. Maka dari itu hanya dengan penerapan Islam secara kaffah yang mampu mewujudkan kehidupan yang damai, aman, adil dan sejahtera. Wallahua'lam bishowab 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

Oleh: Indun Triparmini 
IRT - Bojongsoang
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab