Tinta Media: surat pembaca
Tampilkan postingan dengan label surat pembaca. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label surat pembaca. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 Maret 2024

Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan Buah Sekularisme



Tinta Media - Kasus kekerasan  seksual terus berulang di dunia pendidikan, sangat miris sekali apalagi di lakukan oleh tenaga pendidik (oknum guru) terhadap murid didiknya, meski berbagai upaya di buat untuk menekan kasus bahkan dibuatkan UU untuk kekerasan seksual pada perempuan tapi tidak menuntaskan persoalan cenderung meningkat, artinya regulasi yang ada tidak mampu mengatasi persoalan ini. 

Meskipun banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus ini tapi sekularismelah yang menjadi akar persoalannya. Kebebasan untuk berbuat sesuka hati telah menyeret kaum muslimin, serta kurang kontrolnya masyarakat, terlebih negara tidak melakukan tindakan yang tegas terhadap pelaku kekerasan seksual ini, akhirnya yang menjadi korban adalah kaum yang dianggap lemah yaitu anak-anak.

Sangat berbeda dengan Islam. Islam dengan sistem pergaulannya (ijtima'i) memiliki upaya preventif dan kuratif dalam mengatasi masalah seksual pada perempuan dan anak-anak. 

Oleh : Ummi Fadhli 
Sahabat Tinta Media

Minggu, 10 Maret 2024

Khilafah Islamiyyah Menguasai Dunia


Tinta Media - Ada sebuah kisah pada tahun 2019. Kala itu para penjajah melakukan sebuah rapat besar di New York. Mereka mengatakan beberapa hal, salah satunya mengenai siapa yang akan menguasai dunia di akhir zaman.

Mereka mengatakan bahwa ada 4 opsi yaitu: Amerika, China, elite global, dan khilafah Islamiyyah. 

Para penjajah pun mengatakan bahwa tiga opsi di antaranya Amerika, China, dan elite global sudah tidak layak lagi diharapkan karena sejatinya sudah bobrok dan memang harus dimusnahkan. 

Mereka mengatakan bahwa khilafah Islamiyyah yang akan menguasai dunia setelahnya yaitu pada tahun 2020an. 

Dan belum lama ini pendiri Hamas Syekh Ahmad Ismail Yassin pun mengatakan bahwa Palestina akan merdeka pada tahun 2027 sesuai perhitungan dan hadits yang beliau ketahui.

Menariknya, kita sebagai manusia biasa tidak bisa mengatakan atau meyakini kapan waktunya karena itu kuasa Allah. Manusia hanya mengikuti qada dan qadarnya Allah saja. Tugas kita hanyalah berjuang bukan malah diam begitu saja. 

Kesimpulannya penjajah saja paham siapa yang akan menguasai dunia, masa kita yang dijajah seolah anti terhadap khilafah Islamiyyah? 
Kan ya lucu gitu.

Seharusnya kita itu memperjuangkan tegaknya bukan malah menghalangi memfitnah yang justru itu merugikan diri sendiri. 

Mau menegakkan kebenaran atau tidak semua akan kembali pada yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. 

Lantas ketika diam saja, apakah tidak malu ketika di akhirat dimintai pertanggungjawaban atasnya?

Oleh: Indah Setyorini 
Sahabat Tinta Media

Senin, 04 Maret 2024

Kemiskinan Menghilangkan Naluri Keibuan dan Jadi Sasaran Kejahatan


Tinta Media - Tak dipungkiri bahwa kemiskinan bisa mengakibatkan hilangnya naluri keibuan. Dan kemiskinan juga di manfaatkan oleh sebagian orang yang ingin mendapatkan keuntungan. Seperti halnya kasus perdagangan bayi di Tambora. Kasus ini menyasar keluarga kurang mampu yang ekonominya lemah. Sehingga seorang ibu, tega menjual darah dagingnya ke pembeli demi sejumlah uang yang dijanjikan. Dan mirisnya, ada seorang ibu juga yang menjual bayinya masih dalam kandungan, karena tidak sanggup membayar proses persalinan. 

Begitu banyak terdengar kasus seperti ini di negara kita. Kondisi ini adalah buah penerapan sekularisme dan sistem ekonomi kapitalisme. Rakyat sangat membutuhkan solusi nyata dari berbagai permasalahan yang terjadi di negeri ini. Tapi sayangnya solusi yang dihadirkan kerap kali tidak tuntas sampai ke akar masalah. Hingga memunculkan masalah baru baik yang serupa ataupun masalah yang berbeda.

Solusi dari semua ini yaitu negara harus menerapkan sistem Islam kafah. Sistem ini yang akan mengatur dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya sistem ekonomi Islam yang menjamin kehidupan sejahtera semua bagi seluruh rakyat. Sistem ekonomi Islam yang kokoh dan mapan dengan berbagai pos pemasukan kepada negara untuk di distribusikan kepada seluruh rakyat bisa berupa pemenuhan berbagai kebutuhan dasar kehidupan rakyat ataupun tersedianya berbagai kebutuhan rakyat dengan harga yang sangat terjangkau oleh seluruh rakyat. 

Selain itu sistem pendidikan Islam yang mampu mencetak individu yang beriman dan bertakwa, sabar dalam menghadapi ujian, menjauhi kejahatan dan saling tolong menolong dalam kebaikan. Dan sistem sanksi dalam negara Islam yang tegas bisa memberikan efek jera dan menjauhkan diri dari berbagai kejahatan.

Jadi sistem Islam yang sempurna dan lengkap serta mampu menyejahterakan rakyat secara adil inilah yang sangat dibutuhkan oleh seluruh manusia dalam menjalankan kehidupannya. Sistem Islam menjamin seluruh rakyatnya hidup dalam jaminan keamanan dan ketenangan dari maraknya peluang menjadi pelaku maupun korban kejahatan apa pun motifnya baik kemiskinan maupun hal lain.
Wallahu a'lam bish shawwab


Oleh: Ummu Silmi 
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 03 Maret 2024

Fenomena Gunung Es Kasus Perdagangan Bayi


Tinta Media - Terungkap kasus perdagangan bayi oleh polres Metro Jaya, Jakarta Barat, merupakan fenomena gunung es. Selain lima bayi yang dijual di Jakarta, masih banyak perdagangan bayi lainnya di Indonesia. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi, mengatakan bahwa tugas perlindungan anak adalah juga dijalankan masyarakat dengan menekankan kerja sama masyarakat mulai dari level tetangga sampai instansi terkait. Dengan begitu kejadian serupa dapat diminimalisir.

Kak Seto meminta masyarakat untuk sadar bahwa tanggung jawab perlindungan anak bukan hanya oleh negara, bukan hanya oleh polisi atau aparat lain, melainkan juga tanggung jawab masyarakat. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mengatakan, para ibu yang menjual anak atau bayinya berasal dari kelompok rentan secara ekonomi. Ibu-ibu hamil dengan keadaan ekonomi lemah seperti tidak ada pilihan lain selain menjual bayinya.

Kalau kondisinya normal maka ibu mana yang tega menjual bayinya? Kalau bukan karena keadaan ekonomi yang lemah salah satunya, tentu hal ini tidak akan terjadi. Maka faktor kemiskinan mampu menghilangkan naluri keibuan. Sehingga dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk mendapatkan keuntungan. Kondisi ini terjadi karena penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang semua hanya dinilai berdasarkan materi saja. Serta sistem ini meniscayakan pengabaian berbagai pengurusan pemenuhan berbagai kebutuhan pokok hidup rakyat. Jelas sistem ini rusak dan merusak.
           
Dalam Islam, negara wajib mewujudkan kesejahteraan individu per individu dengan sistem ekonomi Islam. Dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang luas bagi para lelaki untuk memenuhi nafkah keluarga serta kokohnya perekonomian negara yang riil dan melimpahnya pos-pos pemasukan keuangan negara kepada Baitul Mal menjamin seluruh rakyat hidup secara sejahtera. Sistem pendidikan Islam juga yang mampu mencetak individu yang beriman dan bertakwa, sabar dalam menghadapi ujian dan saling tolong menolong dalam kebaikan. Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas dan mampu membuat jera sehingga mencegah orang untuk melakukan kejahatan.
Wallahu a'lam bish shawwab 

Sumber : 
Republika.co.id (24 Februari 2024)
Antaranews.com (23 Februari 2024)


Oleh: Ummu Shakila
Sahabat Tinta Media 

Sabtu, 02 Maret 2024

Potret Buram Generasi Muda Indonesia



Tinta Media - Beberapa kasus tindak kriminalitas yang dilakukan oleh generasi muda saat ini semakin meningkat. Bukan hanya sekedar terkait pergaulan muda-mudi yang semakin bebas, tapi juga beberapa aksi kriminalitas yang meresahkan. Bahkan yang terbaru seorang remaja laki-laki usia 16 tahun menjadi pelaku pembunuhan satu keluarga di Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim). Aksi keji tersebut dilakukan diduga lantaran adanya sakit hati serta dendam terkait asmara. Lebih dari itu remaja tersebut juga dengan tega memperkosa salah satu korbannya. Akibat perbuatannya, pelaku terancam mendapatkan hukuman mati.

Tentunya kasus ini menambah potret buram perkembangan generasi muda bangsa saat ini. Disaat bangsa ini membutuhkan perubahan terhadap kondisi yang ada, kasus tersebut justru semakin menjauhkan harapan bangsa terhadap generasi muda. Selain itu, hal ini juga menambah potret buram gagalnya sistem pendidikan Indonesia dalam mewujudkan peserta didik sebagai harapan generasi penerus bangsa yang berkepribadian akhlakul karimah. 

Kasus kriminalitas dilakukan generasi muda bukan kali ini saja terjadi, namun terus berulang setiap waktunya. Tentunya kejadian kriminalitas yang terus berulang, menunjukkan adanya kelemahan terhadap sanksi hukum yang diberlakukan. Tidak adanya efek jera ditengah-tengah masyarakat, menjadikan kasus-kasus kriminalitas akan selalu ada dan tidak mampu mencegah individu dalam melakukan aksi kejahatannya. Sistem aturan kapitalis liberalis yang memberikan kebebasan setiap individu masyarakat dalam menjalankan kehidupannya menjadikan generasi muda terjebak dalam derasnya pergaulan bebas yang diiringi dengan barang terlarang seperti narkotika, minuman keras sampai seks bebas. Aturan agama yang sekian lama ditinggalkan, semakin menambah jejak-jejak setiap individu untuk melakukan perbuatan buruknya.

Sehingga hal tersebut harusnya menjadi evaluasi pemerintah untuk memperbaiki sistem aturan bernegara yang ada saat ini. Bukan hanya terkait satu aspek saja tapi juga menyeluruh, agar solusi yang diberikan bukan solusi tambal sulam. Negara berkewajiban menjamin terlaksananya sistem kehidupan yang terbaik, mulai dari sistem pendidikan sampai sistem berkehidupan. Sistem pendidikan yang mampu mencetak generasi muda sebagai penerus bangsa yang diharapkan, sistem sanksi hukum yang mampu mencegah kembalinya kejahatan untuk berulang dan mengembalikan serta memastikan setiap individu untuk kembali pada aturan agama sehingga terbentuklah individu-individu masyarakat yang bukan hanya taat pada aturan negara namun beriringan terhadap aturan agama. Utamanya generasi muda saat ini yang semakin jauh dari aturan agama dan negara, maka terbentuklah para generasi bangsa yang diharapkan.

Oleh: Putri YD
Sahabat Tinta Media

Rabu, 28 Februari 2024

Nasib ART Kian Terpuruk



Tinta Media - Setiap orang pasti punya sebuah impian/cita-cita, seperti kata pepatah "Kejarlah cita-citamu setinggi langit". Apa yang di cita-citakan pasti akan diupayakan semaksimal mungkin. Tetapi pada kenyataannya semua itu tidak sepenuhnya terealisasi. Ada banyak perempuan yang sejatinya tidak harus ikut menanggung nafkah keluarga malah harus ikut bekerja untuk membantu memenuhi semua kebutuhan keluarga karena tekanan kemiskinan dan rendahnya pendidikan terpaksa profesi ART yang menjadi pilihan mereka.

Apakah setelah memilih profesi Asisten Rumah Tangga (ART) semua permasalahan di keluarga akan teratasi ? Mungkin secara ekonomi, keuangan keluarga sedikit terbantu tetapi masalah yang lainnya akan muncul. Bila yang menjadi ART adalah seorang ibu maka dia tentu saja akan meninggalkan anaknya, melalaikan tugasnya sebagai Madrasatul Ula. Karena tidak sedikit yang mempekerjakan ART harus tinggal di rumah majikannya. Dan juga masalah keselamatan dari para ART itu sendiri.

Dan faktanya sudah banyak kejadian penganiayaan dan pembunuhan terhadap ART oleh majikannya sendiri. Seperti yang sedang viral sebuah video yang memperlihatkan seorang perempuan yang di duga ART di Jakarta Barat, mengalami penganiayaan dan penyekapan oleh majikannya sendiri. Dan kasus serupa pun terjadi di Jati Negara Jakarta Timur, sebanyak lima ART menjadi korban penganiayaan oleh majikannya dan kasus ini terungkap setelah korban melarikan diri dari rumah majikan dengan kondisi tubuh penuh luka. Mereka kabur karena sering di siksa dan di paksa kerja hingga dini hari.

Sudah jelas lemahnya peran negara dalam melindungi nasib ART  walaupun keberadaan RUU PPRT telah resmi menjadi inisiatif DPR-RI dan segera akan dibahas di tingkat Badan Legislatif DPR-RI tetapi tetap tidak menjamin nasib perempuan, khususnya pekerja rumah tangga berubah menjadi lebih baik. Justru RUU PPRT di kebut semata karena menjadi bagian dari komitmen pemerintah untuk memberi perlindungan pada perempuan tujuannya agar perempuan memiliki daya saing demi mendukung visi pembangunan 2045 dalam rangka Indonesia menjadi negara maju. 

Dan di sini jelas negara memosisikan perempuan sebagai sumber daya manusia untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Inilah potret buruk dari sistem ekonomi kapitalis yang hanya mengedepankan keuntungan semata. Jika kita berada di sistem negara yang di pakai adalah sistem Islam sudah tentu negara akan menjadi segala hal yaitu memenuhi kebutuhan kita akan keselamatan, kesejahteraan, kedamaian dan hal-hal yang lainnya sesuai fitrah kita sebagai umat manusia.

Maka dari itu kita harus terus memperjuangkannya hingga tegak kembali di tengah umat. Karena Islamlah solusi yang hakiki dan Islam sungguh sempurna dalam mengatur seluruh masalah kehidupan 

Wallahu a'lam bish- shawwab

Sumber : 
(Opini /MNews  21/02/2024, Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si., Nestapa ART, Korban Eksploitasi dan Tumbal Ekonomi)


Oleh: Ummu Arkaan
Sahabat Tinta Media 

Senin, 19 Februari 2024

Harga Beras Kian Meroket


Tinta Media - Di Indonesia beras merupakan kebutuhan pokok utama masyarakatnya. Dengan harga beras sekarang yang mahal tentu saja menambah penderitaan rakyat. Bagaimana tidak? Dengan harga beras yang mahal maka penghasilan keluarga akan banyak tersedot untuk membeli kebutuhan pokok tersebut dan untuk membeli kebutuhan yang lainnya otomatis akan ada pengurangan. Tetapi bukan hanya beras saja yang mengalami kenaikan harga melainkan beberapa kebutuhan yang lainnya pun ikut naik seperti gula, minyak goreng dan yang lainnya. 

Untuk masyarakat miskin, kenaikan harga beras menambah beban yang sangat berat. Ditambah dengan kondisi ekonomi yang serba sulit maka pembelian beras pun beralih ke harga yang termurah dengan kondisi beras yang tidak memenuhi standar. 

Pemerintah mengklaim bahwa kebijakan bansos sebagai solusi efektif terhadap kenaikan harga beras. Tapi faktanya walaupun ada bansos harga beras tetap saja naik dan juga tidak semua rakyat miskin mendapatkan bansos. Dan banyak ditemukan di lapangan bahwa bansos banyak yang salah sasaran. 

Ini semua sangat aneh, karena di Indonesia beberapa wilayahnya sudah di tetapkan sebagai penghasil utama atau lumbung padi. Di Indonesia sekarang ini yang di pakai adalah sistem kapitalisme yang sangat merugikan rakyat kecil dan salah satunya adalah kenaikan harga beras. Karena rusaknya rantai distribusi beras yang dikuasai oleh sejumlah perusahaan besar. Mereka melakukan monopoli gabah dari petani dengan cara membelinya dengan harga tinggi dan mereka memborong beras Bulog berharga murah dan menimbunnya termasuk membeli beras yang di jual saat ada operasi pasar dan pada saat yang tepat mereka akan menjualnya dengan harga yang berkali lipat. 

Beda halnya jika yang dipakai oleh negara adalah penerapan aturan Islam untuk mengatur urusan rakyatnya. Dan untuk beras karena ini merupakan kebutuhan pokok dan menyangkut hajat hidup orang banyak maka negara akan hadir dan wajib mengelola beras dari hulu hingga hilir yaitu sejak mulai produksi, distribusi hingga sampai ke tangan rakyat. Negara pun harus memastikan rantai distribusi yang sehat dan yang bebas dari penimbunan, monopoli  dan juga berbagai praktik bisnis lainnya dan tidak akan menyerahkannya pada pihak swasta. 

Mari kita sama-sama memperjuangkan penegakan hukum Allah agar segera kembali diterapkan di muka bumi ini. Karena hanya dengan kembali kepada Islamlah semua persoalan dan aturan yang menyengsarakan akan mendapatkan solusinya. Bangga berIslam Kaffah 

Wallahu a'lam bish shawwab.

Oleh: Ummu Arkaan
Sahabat Tinta Media

Mupakat untuk Kesejahteraan Petani?



Tinta Media - Pemerintah kabupaten Bandung melalui Dinas Pertanian, kembali melaksanakan kegiatan "Mupakat" atau Musyawarah Bupati dengan Masyarakat Tani, di lapangan sepak bola Kiara Payung desa Banjaran kabupaten Bandung, Selasa 30 Januari 2024 (bidikekspres.id kab Bandung). Mengapa petani khususnya di Bandung tidak sejahtera? Kebijakan impor yang merugikan petani, harga pupuk dan benih yang mahal juga langka juga alih fungsi lahan turut andil dalam ketidaksejahteraan para petani. Karena yang diterapkan sistem kapitalis sekuler yang semua berpihak kepada para pemilik modal saja. 

Maka dengan kenaikan pupuk dan benih ini tentu akan menguntungkan bagi pengusaha sebagai pemilik modal yang besar. Maka solusinya harus mendasar, yaitu mengenyahkan sistem kapitalis sekuler yang menjadi akar semua persoalan di negeri ini. 

Dengan menerapkan sistem Islam untuk segala permasalahan masyarakat sebagai solusi tuntas, yang tentunya solusi ini akan melindungi dan menyejahterakan rakyat. 

Sistem Islam mewajibkan para penguasanya untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat serta menjaga kedaulatan dan ketahanan pangan di negaranya. Salah satunya dengan memudahkan para petani untuk meningkatkan produktivitas pangan dengan menyediakan sarana dan prasarana pertanian yang murah bahkan gratis. Juga negara Islam tidak bergantung kepada impor yang tentunya akan merugikan petani lokal. Selain itu negara Islam akan tanggap terhadap bencana atau pun perubahan iklim yang memungkinkan berdampak pada produktivitas pertanian. 

Wallahu a'lam bish shawwab



Oleh: Ummu Sigit 
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 18 Februari 2024

Sampah Plastik Menggunung, Umat Butuh Solusi Mendasar



Tinta Media - Indonesia menghasilkan 12,87 juta ton sampah plastik pada tahun 2023. Dirjen Pengolahan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebutuhan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan sampah plastik masih menjadi isu serius yang dihadapi Indonesia. Rosa mengatakan, kondisi tersebut menyebabkan penanganan sampah plastik menjadi fokus dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada tanggal 21 Februari mendatang. 

Sampah plastik bukan masalah regional, melainkan sudah menjadi masalah global pada manusia, hewan dan lingkungan hidup. Tumpukan sampah plastik, membuktikan adanya kelalaian negara dan rendahnya kesadaran rakyat akan bahaya plastik. 

Sistem kapitalisme membuat cara berpikir manusia menjadi sempit, hanya mengutamakan keuntungan dan kemudahan semata tanpa memikirkan dampak kedepannya. 

Dari sisi masyarakat, memang dimudahkan dengan bahan atau wadah plastik yang harganya lebih murah dan terjangkau. Namun sampah yang dihasilkannya sulit untuk didaur ulang. Negara kapitalis tidak menyediakan teknologi ramah lingkungan, negara justru membuka lebar pemilik modal untuk terus memproduksi. 

Seharusnya peran negara tidaklah demikian. Negara haruslah hadir dalam menjalankan fungsinya mengurusi urusan rakyat. Negara seperti ini akan kita jumpai dalam sistem Islam yang bernama Daulah Khilafah. Yang sesuai sabda Rasulullah Saw ;
"Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab atas urusan rakyat-rakyatnya." 
(HR. Al-Bukhari) 

Negara wajib mengedukasi rakyat terhadap bahaya plastik. Terutama bagi kesehatan dan lingkungan.
Negara juga harus memberikan inovasi dan pengembangan ilmu. Apa pun masalahnya, solusinya hanya dengan kembali kepada sistem Islam, karena khilafah selalu berpatokan kepada batasan syariat, tidak akan membuat kerusakan di bumi dan memanfaatkan alam dengan secukupnya. 

Wallahu a'lam bish shawwab 

Sumber : katadata.co.id (Rabu, 7 Februari 2024)


Oleh: Umma Aisha - Raharza Plaza 
Sahabat Tinta Media 

Ekonomi Buruk Dampak dari Sistem Sekuler


Tinta Media - Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menemukan adanya kenaikan harga pada komoditas gula konsumsi, beras serta cabai merah keriting dalam inspeksi mendadak (sidak) di pasar tradisional Cihapit Bandung dan Griya Pahlawan Bandung. Sidak ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi adanya permainan harga dan penahanan pasokan oleh pelaku usaha tertentu serta stabilitas komoditas di Jawa Barat jelang bulan Ramadan. 

Di daerah Baleendah pun harga beras kian meningkat, bahkan yang sebelumnya harga Rp. 15.000 per kilo itu harga tertinggi sekarang harga itu menjadi harga terendah. 

Disistem sekarang ini membuat rakyat semakin menjerit tercekik oleh harga kebutuhan pokok yang semakin melambung, negara yang katanya subur dan  rempah-rempah yang melimpah tapi seakan negara tidak mampu mengelolanya sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan rakyatnya. 

Sangat berbeda dengan sistem Islam yang sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya. Dalam Islam rakyat akan menjadi prioritas utama untuk dipenuhi kebutuhannya karena dalam sistem Islam semua diatur bukan atas dasar kepentingan pribadi saja tapi semuanya diatur oleh yang Maha mengatur yaitu Allah SWT melalui hukum Syara' yang tidak mungkin menzalimi umatnya. 

Sudah saatnya kita kembalikan lagi sistem Islam yang telah berjaya di muka bumi ini selama lebih dari 13 abad lamanya. Dengan cara berjamaah dengan kelompok yang benar-benar berjuang dalam berdakwah meninggikan kalimat Allah untuk mengembalikan Daulah Islam yang akan menerapkan semua hukum Allah di muka bumi ini. 

Dengan begitu rakyat akan kembali merasakan keamanan dan kenyamanan hidup di muka bumi ini karena akan di urus semua kebutuhan hidup mendasarnya sesuai dengan aturan Allah yang sudah barang tentu sesuai dengan fitrah dan memuaskan akal. 

Wallahu a'lam bish shawwab

Oleh: Nurul
Sahabat Tinta Media 

Kamis, 15 Februari 2024

Menghentikan Penistaan Al-Qur’an, Tidak Cukup dengan Kecaman



Tinta Media - Lagi-lagi terjadi pembakaran mushaf Al-Qur’an di Swedia dan Denmark. Pelaku berlindung di bawah Undang-Undang demokrasi yang menjamin kebebasan berbuat dan bertingkah laku. 

Negeri-negeri muslim ramai mengecam. Sayangnya, kecaman saja tidak cukup untuk dapat menghentikan penistaan yang telah berulang kali dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Selama negeri-negeri muslim masih menerapkan sistem demokrasi sekuler, maka selama itu pula kaum muslimin tidak akan pernah mampu menyelesaikan problem penistaan agama. 

Umat Islam sedunia mesti bersatu dalam satu institusi negara shahih yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. Negara akan mengirimkan pasukannya untuk berjihad menjaga kemuliaan Islam. Hanya dengan Khilafah, pelaku penistaan terhadap kesucian Islam dan simbol-simbolnya akan ditindak tegas; para pendukungnya akan ditumpas; sehingga permasalahan ini menjadi tuntas.  Wallahu a'lam.

Oleh: Raty
Sahabat Tinta Media

Minggu, 11 Februari 2024

4 Syarat Orang Beruntung



Tinta Media - Semua orang ingin beruntung. Baik dalam hal ekonomi, akademik, sosial bahkan dalam hal ibadah. Namun standar keberuntungan relatif bagi setiap orang tergantung kacamata dan sudut pandang orang tersebut. Menurut A ia beruntung jika bisnis berkembang tanpa kerugian besar. Sedangkan menurut B beruntung itu ketika ia mendapatkan segepok uang dari hasil undian. Dan menurut C ia beruntung ketika segala urusannya dimudahkan serta dilancarkan. 

Semua mempunyai standar beruntungnya masing-masing, sedangkan Allah sudah mengabarkan pada kita (umat manusia) bahwa orang yang beruntung itu ketika ia tidak merugi. Orang yang tidak akan merugi ialah orang yang mempunyai 4 syarat sebagai berikut; 

1. Beriman kepada Allah
2. Mengerjakan Amal Shalih
3. Saling Menasihati dalam Kebenaran
4. Saling Menasihati dalam Kesabaran 

Jika salah satu dari keempat syarat ini tidak terpenuhi maka ia termasuk orang yang tidak beruntung (merugi). ketika seseorang itu beriman kepada Allah SWT namun, ia tidak mengerjakan amal shalih (perbuatan yang Allah ridhai) maka sama saja ia tidak beruntung. Begitu pun ketika seseorang mengerjakan Amal Shalih ia juga menasihati sesama manusia dengan kebenaran (Al-Qur'an dan As-sunah) dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan saat mengerjakan amal shalih tetapi ia tidak beriman kepada Allah SWT maka semua yang ia kerjakan akan sia-sia. 

Karna iman merupakan syarat utama tercatatnya amal shalih yang kita lakukan di dunia, tanpanya maka amal shalih yang kita kerjakan bagaikan debu di atas batu yang tersiram air hujan (bersih tak berbekas). ataupun kita sudah beriman namun, tidak mengerjakan amal shalih dan saling menasihati, itu pun akan sia-sia karna yang dikerjakan kalau tidak amal shalih maka amal salah yang itu mendatangkan dosa bukannya pahala, sedangkan orang yang beruntung adalah ketika mendapatkan pahala dari Allah SWT. Rugi dong sudah beriman malah mendapatkan dosa. 

Semoga ketika kita beriman kepada Allah SWT, lalu kita mengerjakan amal shalih dengan menulis kebenaran yang telah disampaikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Sunnah, kemudian kita saling menasihati dalam kesabaran ketika mengerjakan amal shalih, kita menjadi orang yang beruntung dan tidak merugi. 

Wallahu 'Alam


Oleh: Faith Afia 
Sahabat Tinta Media 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab