Tulisan, Suarakan Keresahan
Tinta Media - Persoalan dunia pendidikan, masalah ekonomi, kasus perundungan anak, aksi kenakalan remaja hingga tragedi yang melanda saudara muslim kita di Gaza- Palestina secara simultan hadir tersaji di kanal-kanal media digital baik itu kanal media informasi ataupun beranda media sosial. Mungkin sering tayang di beranda media sosial kita video guru yang menumpahkan curahan hatinya, seruan donasi untuk membantu ekonomi seorang kakek renta yang menjajakan dagangannya, berita perundungan (bullying) pada anak dan aksi gangster para remaja yang meresahkan warga, hingga krisis Gaza – Palestina yang masih terus berlanjut.
Semua informasi tadi membuat isi kepala terasa penuh, bahkan membuat jumud. Dan, kemudian memunculkan keresahan. Keresahan seorang anak akan orang tuanya, keresahan seorang suami akan istrinya, keresahan seorang ayah akan anak-anaknya, hingga keresahan diri sebagai seorang muslim mendengar kabar kezaliman yang menimpa saudaranya di Gaza - Palestina. Dan segala keresahan tadi jangan dibiarkan mengendap di pikiran, Keresahan tadi harus disalurkan agar tidak menjadi toksik yang tersimpan dalam pikiran. Toksik yang dapat menyebabkan penyakit mental dan juga penyakit fisik.
Salah satu cara untuk menyalurkan keresahan adalah melalui menulis. Menulis adalah saluran universal dalam menuangkan ide, pikiran, dan mengekspresikan perasaan. Menulis dapat menyembuhkan penyakit. Menulis adalah sarana berbagi ilmu, wawasan dan pengalaman. Dengan menulis seseorang mengikat dan mengekalkan ilmu. Dengan menulis pula sikap seseorang tampak dan hadir.
Tentunya dalam menulis kita harus tahu aturan dan pedomannya, serta kaidah-kaidah yang digunakan dalam menulis. Karena menulis itu tidak bisa asal-asalan, tidak menggunakan kaidah bahasa yang baik dan benar. Tujuannya adalah agar tulisan kita dapat dipahami dengan baik oleh pembaca kita. Menulis juga tidak bisa mengabaikan nilai moral dan etika. Dan sebagai seorang muslim nilai dasar dalam menulis tentunya adalah syariat (aturan Islam). Segala tulisan seorang muslim landasan dasarnya adalah pemikiran Islam, baik dalam menulis sebuah tanggapan hingga opini terhadap suatu persoalan.
Ada satu kewajiban yang harus dijalankan seorang muslim, yakni kewajiban amar ma’ruf nahi munkar – menyeru kebaikan mencegah kemungkaran. Ketika seorang muslim melihat kemungkaran maka hendaknya dia berupaya mengubah kemungkaran tersebut sesuai kemampuannya.
Dari Abu Said Al Khudri ra, dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu hendaknya dia ubah dengan lisannya dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim)
Dari hadis di atas, ada tiga tingkatan dalam upaya mengubah kemungkaran. Pertama, mengubah dengan tangannya, hal ini bermakna orang yang memiliki kekuasaan seharusnya dapat mencegah dan mengubah kemungkaran dengan kekuasaannya. Kedua, mengubah dengan lisannya, dapat dimaknai memberikan nasihat dan ilmu dengan cara yang baik. Ketiga, mengingkari dengan hati dan ini tingkat yang paling rendah.
Upaya mengubah kemungkaran yang bisa kita lakukan saat ini hanya dua, yakni mengubah kemungkaran dengan lisan dan atau mengingkari dengan hati. Kita berupaya untuk tidak berada pada tingkat yang paling rendah. Dan “lisan” bisa kita suarakan melalui tulisan. Kita sebagai seorang muslim yang peduli – dan harus peduli – akan segala persoalan yang ada harus menampakkan sikap kita, kepedulian kita dan keresahan kita. Suarakan sikap kita, suarakan kepedulian kita dan suarakan keresahan kita dalam bentuk tulisan. []
Oleh: Syadzuli Rahman
Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi