Pembukaan SMK Jurusan Gim Dinilai Ikuti Selera Pasar
Tinta Media - Pembukaan SMK jurusan pengembangan gim dinilai Pengamat Pendidikan dan Isu Generasi Yusriana cenderung mengikuti selera pasar.
“Nampak sekali pendidikan di masa kini cenderung mengikuti selera pasar. Melihat peluang mana yang sedang naik daun atau menggiurkan dalam menghasilkan cuan, maka itulah yang akan dipenuhi oleh dunia pendidikan saat ini,” ungkapnya kepada Tinta Media, Selasa (14/11/2023).
Ia menyesalkan, orientasi pendidikan bersifat materi sehingga memposisikan output pendidikan sebagai penunjang mesin industri atau bahkan menjadi mesin industri itu sendiri.
“Hal ini tentu tidak lepas dari pengaruh sistem kapitalisme di mana materi menjadi tujuan. Dan kebahagiaan diukur dengan mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Jadi pendidikan itu diarahkan agar outputnya bisa menghasilkan cuan,” bebernya.
Oleh karena itu, lanjutnya, output pendidikan diperdaya oleh permainan industri dalam kapitalisme agar bisa menopang ekonomi negara.
“Ini akan mengalihkan potensi utama generasi sebagai agent of change dan juga sebagai ilmuwan yang bisa memberikan manfaat yang banyak bagi umat,” kritiknya.
Menurutnya, dalam sistem kapitalisme terjadi campur aduk antara pola pendidikan dan perekonomian negara, sehingga pola pendidikan dikendalikan oleh kepentingan ekonomi yang notabene adalah para kapitalis.
“Ini masalah! Seharusnya dipisahkan antara sistem pendidikan yang ideal dengan membangun perekonomian negara yang stabil,” tukasnya.
SMK jurusan pengembangan gim ini dibuka untuk menunjang program pemerintah tentang Percepatan Pengembangan Industri Game Nasional.
Islam
Ia membandingkan, bahwa Islam memiliki pola tersendiri terkait kebijakan sistem pendidikan dan sistem ekonomi. Meski demikian, tegasnya, keduanya wajib berlandaskan akidah Islam.
“Islam mengatur agar output pendidikan itu memiliki kepribadian Islam yang baik, menjadi fakih dalam agama, dan memiliki skill kehidupan yang baik yaitu sains dan teknologi,” terangnya.
Ia memberikan contoh, bagaimana output pendidikan Islam di masa peradaban gemilang yang melahirkan para ulama sekaligus ilmuwan.
“Ibnu Sina menguasai bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi dan kedokteran. Ibnu Rusdi menguasai ilmu fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika, astronomi, kedokteran, dan filsafat. Penemuan ilmuwan muslim itu sangat bermanfaat bahkan menjadi rujukan dunia sampai saat ini,” bangganya.
Sistem pendidikan tersebut, ucapnya, tidak mencampuradukkan dengan kebijakan ekonomi yang materialistik.
“Di dalam Islam output pendidikan fokus untuk memberikan manfaat bagi umat dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia,” tegasnya.
Menurutnya, ekonomi negara tidak bertumpu pada output pendidikan dalam menghasilkan cuan, karena sistem ekonomi dalam Islam itu sangat jelas pemasukan dan pengeluarannya yang diatur melalui Baitul Mal.
“Jadi pemasukan negara itu ada dari fai’, kharaj, jizyah, harta milik umum, juga dari zakat. Sementara pos pengeluarannya sudah diatur berdasarkan pos pemasukan,” terangnya.
Untuk dana pendidikan, jelasnya, itu sudah di backup oleh negara, bukan pendidikan yang menopang ekonomi negara. Sebaliknya negara membiayai seluruh kebutuhan pendidikan agar bisa memfasilitasi pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan output yang berkualitas juga.
“Jadi masing-masing memiliki sistem pengaturan yang unik yang berbeda dengan pengaturan yang terjadi saat ini. Inilah keunggulan sistem Islam yang tentunya sistem yang diberkahi oleh Allah Swt.,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun