Tinta Media: self harm
Tampilkan postingan dengan label self harm. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label self harm. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 November 2023

Tren Self Harm di Kalangan Remaja, Tiga Pilar Solusinya



Tinta Media - Sebanyak 76 murid SMP Negeri di Kabupaten Magetan, Jawa Timur melukai diri sendiri atau melakukan _self harm_ atau bahasa lainnya adalah _non-suicidal self injury (NSSI)._ Tidak hanya di Kabupaten Magetan, _Self Harm_  terjadi pada puluhan siswa di Bengkulu Utara. Mereka ditemukan menyayat tangan menggunakan silet gegara konten sosmed (news.detik.com). Tentu kasus ini bukanlah kasus baru, tetapi salah satu di antara beberapa kasus yang terjadi.
(news.republika.co.id, Jumat, 20/10/2023)

Data survei YouGov Omnibus yang dilakukan pada bulan Juni 2019 menunjukkan bahwa lebih dari satu dari empat masyarakat Indonesia dengan prosentase 36,9% pernah melakukan _self harm_ dengan sengaja dengan jangkauan usia 18-24 tahun.

Studi yang dilakukan bersama oleh The University of Manchester, Keele University, University of Exeter, dan badan amal penelitian kesehatan mental The McPin Foundation ini dipublikasikan di Lancet Child and Adolescent Health (20/06/23). Peningkatan kejadian tindakan menyakiti diri sendiri juga paling besar terjadi pada perempuan berusia 13-16 tahun, dengan jumlah kejadian 38% lebih besar dari perkiraan. (www.manchaster.ac.uk)

Sungguh miris dan mengkhawatirkan kondisi Remaja saat ini. Fenomena tersebut marak beredar di sosial media, bahkan seperti menjadi tren. Gegara konten medsos tersebut, remaja menjadi terinspirasi. Dalam hal ini, sosial media seolah-olah mengajak dan memberi suatu nilai keren. www.goodnewsfromindinsia.id

Tentu persoalannya tidak hanya dipengaruhi oleh konten sosial media, tetapi juga disebabkan karena kondisi kejiwaannya yang rapuh, eksistensi remaja yang ingin mendapatkan pengakuan di sekitarnya, lingkungan pergaulan/pertemanan, sistem pendidikan yang masih menjadi PR besar bagi pemerintah, bahkan peran pengasuhan keluarga yang rapuh.

Semua ini disebabkan karena sekulerisme yang  memang menjauhkan agama dari kehidupan, yang membatasi agama hanya pada persoalan ibadah ritual saja, sementara pada aspek kehidupan lainnya tidak ada peran agama. Selain itu, semua kebijakan media diserahkan kepada perusahaan dan pasar demi cuan. Berbagai tekanan hidup, terutama ekonomi mengakibatkan pendidikan anak tidak berjalan secara maksimal.

Karena persoalan yang melibatkan remaja ini sangat kompleks, maka penyelesaiannya pun tidak cukup hanya pada satu aspek saja, semisal penyembuhan psikis anak, tetapi harus menyeluruh, meliputi seluruh aspek. Upaya-upaya tersebut antara lain:

Pertama, memperbaiki peran keluarga. Keluarga adalah madrasah atau sekolah bagi anak. Keluarga adalah tempat untuk mencetak generasi terbaik.

Dalam Surat At-Tahrim ayat 6 , Allah berfirman, yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu."

Keluarga yang bertakwa akan menghasilkan jiwa yang kuat bagi anak karena mereka dididik untuk memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami sehingga mereka menjadi generasi yang berkualitas, bermanfaat untuk masyarakat, berakhlak baik, dan produktif dunia akhirat.

Kedua, menciptakan masyarakat yang kondusif. Di sini, indiviu masyarakat/komunitas/organisasi saling memberikan penyadaran dan edukasi, serta melakukan kontroling. Sebab, masyarakat ini punya peran pencegahan. Kritik dan koreksinya terhadap kekeliruan dan kerusakan akan mencegah terjadinya kezaliman dan kerusakan. Hal ini sesuai dengan Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 104.

Masyarakat bukan menjadi beban bagi negara, tetapi justru mempermudah negara dalam merealisasikan tujuan.

Ketiga, negara menjalankan fungsinya secara optimal. Peran keluarga dan masyarakat bisa berjalan dengan baik karena ada suport dari negara. 

Ini sesuai dengan hadis Rasulullah,

"Imam/Khalifah itu tak lain laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

Negara merupakan pendukung dan penopang dalam merealisasikan ketakwaan masyarakat. Bentuk pengaturannya akan mencegah apa pun yang melemahkan ketakwaan masyarakat, termasuk sosial media atau tayangan-tayangan yang menyajikan konten-konten yang menjadikan para remaja kintraproduktif dan tidak terjaga adab dan akhlaknya/moralnya.

Negara adalah penjaminan terpenuhinya kebutuhan sandang/pangan/papan yang membuat para ibu dan ayah akan maksimal dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Ibu akan mendidik dengan penuh kebahagiaan tanpa tekanan/stres karena harus memikirkan harga beras yang naik, listrik yang membubung, sekolah mahal, dan lain-lain. Ayah akan maksimal dalam kepemimpinannya sebab terpenuhi tanggung jawab nafkah. Hal ini karena lapangan pekerjaan terjamin oleh negara.

Jika tiga pilar ini berjalan sebagaimana mestinya, maka semua persoalan dalam kehidupan, termasuk masalah _self harm_ ini bisa teratasi. Hanya saja, penerapan tiga pilar itu akan sempurna jika sistem yang diterapkan adalah Khilafah Islamiyyah.

Oleh: Juhaini S.Pd.
Pengajar

Sabtu, 04 November 2023

Lagi, Fenomena Self Harm Menggejala Kaum Remaja



Tinta Media - Dunia remaja, masa menemukan jati diri dan mengeksplor potensi. Saat giatnya belajar, menemukan circle pertemanan tepat. Namun menghadapi masalah kadang tak jarang solusinya dengan cara pragmatis sebab masih labil.

Di sisi lain banyak dijumpai bahkan penulis sendiri menyaksikan. Saat remaja merasa hampa ia hinakan dirinya di media sosial, berharap respon dari yang lainnya untuk berkomentar buruk juga padanya. Sudah jatuh mau pula di timpa tangga. Sakit.

Bagaimana tidak sakit, baru-baru ini sebanyak 76 murid SMP Negeri di Kabupaten Magetan melukai dirinya dengan benda tajam. Salah satunya pecahan kaca, jarum sampai penggaris. (Republika, 20/10/2023)

Sebelumnya di bulan Maret 2023 sebanyak 52 siswi SMP di Bengkulu Utara menyayat tangan mereka dengan menggunakan pisau dan silet. Kasus serupa juga terjadi di Bali, diduga karena pengaruh media sosial (Antara, 14/03/2023). Dilansir dari laporan yang dikutip The Conversation, pada tingkat global sekitar 17% anak muda (12-18 tahun) setiap tahunnya sengaja menyakiti diri mereka sendiri. Lantas, kenapa fenomena ini menyerang generasi?

Apa Itu Self Harm?

Self harm adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyakiti dirinya sendiri. Perilaku ini termasuk ke dalam penyakit kejiwaan dan perlu penanganan agar tak memperparah keadaan. Bentuk umum dari self harm ialah mengiris kulit, over dosis, menarik rambut, menggaruk luka, bahkan membakar diri.

Namun saat ini fenomena self harm berkembang dimana remaja membuat identitas palsu tentang dirinya secara daring. Dengan media sosial kemudian memposting komentar kejam untuk diri sendiri atau agar mendapatkan komentar kejam dari orang lain biasa disebut digital self harm atau self cyber bullying. Pertanyaannya, benarkah self harm ini dapat mengatasi masalah dikalangan remaja?


Sekulerisme Akar Masalah

Ide sekulerisme adalah ide yang berasal bukan dari islam. Dengan ide ini Islam diasingkan dalam kehidupan. Anggapan bahwa Islam adalah sebatas ibadah ritual hanya ada di mesjid atau dihamparan sajadah.

Sekulerisme juga meniscayakan kebebasan. Ketika diberi kebebasan dan yang lainnya menasehati, maka ia menjawab ini bukan urusanmu, ini hidupku. Aku berhak dong melakukan apa. Akhirnya terjadilah individualisme yaitu sikap hanya mementingkan diri sendiri.

Sekulerisme ini juga membentuk mindset remaja menjadi kapitalisme. Dimana yang di anggap baik itu hanya yang cantik, kaya dan terkenal. Dalam artian orang-orang didalamnya digiring untuk mencari materi sebanyak-banyaknya. Jika ga cantik, ga kaya maka ga berguna.

Dalam sistem sekulerisme ini bebas mengolok-olok orang lain yang ga sesuai standardnya. Walhasil pandangan manusia membuat ia berubah. Bukan standar dari baik menurut Allah.

Belum lagi media yang mudah diakses. Remaja seolah-olah dipertontonkan film yang menayangkan edukasi self harm ini. Tak ada filter untuk menjamin remaja tidak terpapar tontonan buruk. Gaya hidup ala barat seperti fun, food, fashion, film yang jauh dari Islam. Maka wajar remaja kita minim ilmu untuk membedakan mana yang halal dan mana haram dalam kehidupan.


Islam Solusi

Kita harus menyadari bahwa tujuan hidup hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Kita adalah seorang hamba di muka bumi ini. Apa yang diperbuat akan ada perhitungan nya di hari pembalasan, dalam surah Al Baqarah ayat 286 :

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya.

Selain itu, kita harus yakin setiap permasalahan, Allah akan menolong hambaNya. Smoga ayat Allah ini dapat menghujam ke sanubari  :

" cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik tempat bersandar." Q.S. Ali Imran ayat 173

Ayat ini juga dikumandangkan saudara kita di Palestina yang diantara mereka bukan lagi urusan duniawi tetapi menunggu kematian didepan mata. Bagaimana dengan kita, remaja yg notebene di daerah aman tanpa ada masalah yg pelik hingga tak mampu diselesaikan dengan cara yang baik.

Ketika sistem pendidikan berdasarkan Islam akan membentuk kepribadian Islam, Fokus beramal dgn ketinggian ilmu dan adab. Sistem yang berbasis gratis bagi muda maupun tua, muslim maupun non-muslim yang menjadikan kita ga mudah poltek (depresi saat ujian hidup datang). Juga didukung media yang mengedukasi kebaikan. Tidak ada tempat bagi media yang merusak mental dan jiwa, serta sokongan dari peran keluarga hingga negara.

Akhirnya islam adalah solusi semua masalah kehidupan. Rasulullah menjadi figur yang patut dicontoh, rule of model baik dalam pergaulan, berinteraksi, ekonomi, berkeluarga bahkan bernegara. Tiada lagi kebingungan remaja sebab faham untuk apa hidup didunia. Tentunya dari mengkaji Islam secara kontinyu. Hingga output yang dihasilkan adalah remaja cerdas sholih sholiha sebagaimana peradaban Islam yang pernah berjaya dalam Daulah Khilafah selama 14 abad lamanya. Wallahu a'lam bisshowab

Oleh: Lisa Herlina
Aktivis Dakwah, Pengurus Komunitas Muslimah Istiqomah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab