Tinta Media: ruang isolasi
Tampilkan postingan dengan label ruang isolasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ruang isolasi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Desember 2023

Ruang Isolasi untuk Caleg Gagal Terpilih, Sudah Tepatkah?



Tinta Media - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Oto Iskandar Dinata (Otista) Soreang, Kabupaten Bandung. Jawa Barat telah menyiapkan 10 ruangan khusus bagi calon anggota legislatif (caleg) yang kejiwaannya terganggu akibat gagal pada pemilu 2024.

"Kalau setiap ada kegiatan pemilu, kita selalu menyiapkan ruangan dan tempat pemeriksaan untuk caleg-caleg yang kalah," kata Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD Otista Kabupaten Bandung dr. Marsudi, Sp.Kj (K), Senin (27/11/2023)

Menurutnya, ruangan khusus isolasi ini untuk memberikan pelayanan kepada caleg pengidap depresi atau gangguan jiwa usai mengetahui bahwa dirinya tidak terpilih menjadi anggota legislatif pada pemilu 2024. (Jawa pos.com)

Sudah menjadi rahasia umum jika seseorang yang mencalonkan diri menjadi caleg kemungkinan besar harus siap dalam kegagalan karena saingan antar para caleg cukup banyak. Jadi, dibutuhkan mental yang kuat i menerima kekalahan. 

Selain memerlukan mental yang kuat, sistem demokrasi sekuler juga membutuhkan modal besar karena untuk biaya kampanye saja memerlukan biaya yang tidak sedikit, seperti untuk membuat spanduk, kaos, kalender, atau alat-alat kampanye yang lain.

Ini sangat berbeda di dalam Islam ketika memilih pemimpin. Di dalam Islam, pemimpin ditetapkan dengan cara membaiat khalifah (pemimpin) secara langsung. tanpa melalui  pesta demokrasi yang menggelontorkan biaya sangat banyak dan tidak memperturutkan hawa nafsu. 

Seperti firman Allaah SWT dalam Al-Qur'an, 

"Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti Hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun?" TQS Al-Qashash (28): 50)

Di dalam Islam, masyarakat pun akan terbentuk menjadi masyarakat yang bertakwa dan memiliki iman yang tinggi. Masyarakat mengetahui bahwa amanah menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat, sehingga orang-orang tidak akan berbondong-bondong seperti sekarang untuk mencalonkan diri menjadi pemimpin. 

Masyarakat di dalam sistem Islam ketakwaannya sudah terbentuk karena memang dikondisikan atas dasar akidah Islam. Karena itu, ketika mencalonkan anggota legislatif kemudian tidak terpilih, maka kejiwaannya tidak akan terganggu seperti yang saat ini marak terjadi.

Artinya, sudah saatnya kita kembali pada aturan Islam yang akan memberikan ketenangan hati, ketenteraman jiwa, serta kemaslahatan dunia dan akhirat. 
Saatnya kita mengambil peran dalam perjuangan penerapan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai daulah Khilafah. 
WalLahua'lam.

Oleh: Ida 
Muslimah Bandung

Jumat, 15 Desember 2023

Pesta Demokrasi, Melahirkan Ruang Isolasi



Tinta Media - Tidak lama lagi bangsa Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi yaitu Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu diselenggarakan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah serta untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung. Pesta Demokrasi dalam sistem kapitalis, tentu tidak bisa dilepaskan dari ongkos politik yang tinggi alias mahal bagi siapa saja yang akan mencalonkan, terutama ketika masa kampanye tiba. 

Berdasarkan data, Rumah Sakit Umum Daerah Oto Iskandar Dinata, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat telah menyiapkan sekitar 10 ruangan isolasi bagi calon anggota legislatif (caleg) yang mengalami depresi akibat gagal pada Pemilu 2024. 

"Kita selalu menyiapkan ruangan dan tempat pemeriksaan untuk caleg-caleg yang mengalami stres setelah Pemilu, terutama bagi caleg-caleg yang kalah," kata Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD Otista Kabupaten Bandung dr. Marsudi, SP.KJ (K). 

Menurut dia, ruang isolasi ini untuk memberikan pelayanan kepada caleg yang mengalami gangguan jiwa usai menerima bahwa dirinya tidak terpilih menjadi anggota legislatif pada Pemilu 2024. 

Ruangan ini sengaja dipersiapkan karena ada beberapa caleg kadang-kadang bercita-cita terpilih, harapannya besar, namun kenyataannya gagal. 

Pada pemilu 2024 ini, RSUD Oto Iskandar Dinata menyiapkan lebih banyak ruangan isolasi, yang pada pemilu sebelumnya hanya tersedia 5 ruangan, pada tahun ini ditambah 5 ruangan baru sehingga menjadi 10 ruangan isolasi. 
(Jawapos.com, Senin 27/11/2023)

Mahalnya Biaya Politik dalam Sistem Kapitalisme

Dalam sistem kapitalisme, asas politiknya adalah sekuler yaitu memisahkan agama dari perpolitikan, sehingga setiap calon menghalalkan segala cara demi meraih kekuasaan. Siapa yang kuat, dia yang menang. 

Masa kampanye merupakan masa setiap calon mulai turun ke masyarakat untuk memperkenalkan diri, mereka akan memaparkan visi, misi dan program kerjanya masing-masing jika terpilih. Janji politik pun mulai ditebar seperti bantuan sosial, kesejahteraan, lapangan pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain. Selain itu pencitraan pun dimulai dari mulai membagi-bagi kaos, membagi sembako, memperbaiki jalan, pasar murah, dan sebagainya. Semua dana untuk kegiatan di atas, keluar dari kantong pribadi masing-masing calon guna menarik simpati masyarakat dan mendapatkan suara masyarakat sebanyak-banyaknya. 

Inilah bukti, betapa mahalnya biaya politik di dalam sistem kapitalisme, para calon berani mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk meraih kekuasaan. 

Sistem Pemilihan di Dalam Islam

Berbeda halnya dengan sistem pemilihan di dalam Islam yang berasaskan akidah Islam. Di dalam Islam kekuasaan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan, sehingga harus dijalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan syariat. Islam melarang  seorang pemimpin mengkhianati amanah. 

Allah SWT berfirman, 

ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ù„َا تَØ®ُونُوا اللَّÙ‡َ Ùˆَالرَّسُولَ ÙˆَتَØ®ُونُوا Ø£َÙ…َانَاتِÙƒُÙ…ْ ÙˆَØ£َÙ†ْتُÙ…ْ تَعْÙ„َÙ…ُونَ 

_"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.”_ *(QS Al-Anfal: 27).* 

Dengan berasaskan akidah Islam, pelaksanaan pemilihan pemimpin akan berjalan tertib, lancar dan penuh kebaikan, begitu pun saat berinteraksi dengan warga. Karena para calon dalam Islam sadar bahwa setiap perbuatannya dalam perpolitikan akan dipertanggungjawabkan, tidak hanya kepada manusia melainkan kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT. 

Maka dari itu para calon dalam sistem Islam akan memiliki profil jujur, bertakwa dan hati-hati dalam melakukan setiap perbuatan. Dengan demikian, pemilihan pemimpin dalam sistem Islam akan menghasilkan pemimpin-pemimpin amanah yang akan melayani rakyatnya dengan sepenuh hati, bukan pemimpin yang haus akan jabatan. 

Wallahualam bishowab.


Oleh : Agustriany Suangga
Aktivis Muslimah 

Ruang Isolasi untuk Caleg yang Gagal Terpilih

Tinta Media - Pemilu 2024 tinggal beberapa bulan lagi, para calon anggota legislatif (caleg) sudah melakukan kampanya di mana-mana. Mereka berlomba-lomba mengambil hati rakyat dengan memberikan sembako, uang, kalender, kaos dan lain-lain, agar mereka menjadi caleg yang terpilih. Untuk membiayai kampanye tersebut para caleg harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit dan melibatkan berbagai pihak.

Pemerintah daerah (pemda) juga ikut berperan dalam pemilu tersebut. Salah satunya dengan menyediakan rumah sakit-rumah sakit untuk menampung para caleg yang gagal pada pemilu 2024 nanti. Kondisi seperti ini sering terjadi di pemilu-pemilu sebelumnya. Ada sebagian para caleg yang mengalami gangguan kejiwaan dan harus mendapatkan penanganan dari para dokter spesialis kejiwaan maka pemda menyediakan rumah sakit untuk mengantisipasi hal itu terjadi.

Yang menyebabkan para caleg tersebut mengalami gangguan kejiwaan adalah yang pertama, karena tidak memiliki keimanan yang kuat di saat keinginannya tidak tercapai akan mudah putus asa. Setiap hal yang terjadi tidak disandarkan pada ketentuan Allah SWT. Yang kedua, tujuan utama para caleg ini tidak benar-benar untuk memperjuangkan kepentingan rakyat tetapi tujuannya adalah untuk kepentingan pribadi dan golongan. 

Maka dari itu, banyak sekali para calon legislatif yang menjadi stres ketika gagal pada pemilu, dan bagi caleg terpilih pun, mereka harus mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan sehingga banyak sekali para caleg terpilih melakukan tindakan korupsi yang merugikan negara dan seluruh rakyat.

Sudah menjadi rahasia umum para caleg melakukan tindakan korupsi agar modal kampanye bisa kembali karena modal tersebut berasal dari pinjaman pribadi atau adanya pendanaan yang dilakukan pihak-pihak tertentu dengan berbagai kepentingan.

Dengan kondisi tersebut ketika tidak ada hukum yang menindak tegas akan mengakibatkan kerusakan dalam sebuah negara, para pemimpinnya lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan tertentu, rakyat akan terabaikan periayaahan terhadap rakyat menjadi tidak maksimal hanya janji-janji manis yang diberikan dan tidak ada perealisasian sehingga kehidupan rakyat semakin sengsara. 

Pemimpin sesungguhnya adalah orang-orang yang berakhlak mulia mempunyai keimanan yang tinggi taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sehingga akan mengemban amanah dengan sungguh-sungguh karena atas kepemimpinannya itu akan diminta pertanggungjawaban kelak di Yaumil Akhir. Wallahua'lamhushowab.

Oleh: Indun Tri Parmini
Ibu Rumah Tangga

Kamis, 14 Desember 2023

Ruang Isolasi untuk Caleg Depresi



Tinta Media - Perhelatan pemilu tahun 2024 semakin ketat. Para kandidat semakin gencar melakukan berbagai kegiatan guna meraih suara masyarakat. Masyarakat merasa dilema, siapa caleg yang akan mereka pilih di antara sekian banyak kandidat. Para kandidat pun harus siap dengan segala konsekuensi yang akan dihadapi, termasuk jika pada akhirnya mereka tidak terpilih untuk menjadi pejabat pemerintahan. 

Namun pada faktanya, jika kita melihat rekam jejak pada tahun-tahun sebelumnya, banyak dari para caleg yang tidak mampu menghadapi kenyataan yang ada. Dengan tidak terpilihnya mereka sebagai pejabat pemerintahan, akhirnya jiwa mereka mengalami tekanan mental yang berujung pada depresi. Maka dari itu, sebagai langkah untuk mengantisipasi caleg gangguan jiwa, pemerintah Kabupaten Bandung Jawa Barat berinisiatif untuk menyiapkan kurang lebihnya 10 ruangan khusus bagi caleg yang kejiwaannya terganggu akibat gagal pada pemilu 2024 mendatang.

Adapun rumah sakit yang ditunjuk oleh pemerintah adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Oto Iskandar Dinata (Otista), Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Untuk menjaga privasi para caleg yang depresi, pihak rumah sakit akan merahasiakan identitas caleg gagal saat menjalani perawatan di RSUD Otista Kabupaten Bandung tersebut dan memberikan sosialisasi sebelum para caleg mendaftar guna mempersiapkan kejiwaan apabila gagal dalam pemilihan legislatif tersebut.

Pemilu sejatinya hak masyarakat, mau memilih ataupun tidak memilih. Itu dikembalikan kepada individu yang ada di masyarakat. Akan tetapi, yang saat ini terjadi ketika pemilu adalah masyarakat dihadapkan pada calon aktor politik dengan berbagai pencitraan yang dihadirkan, seperti blusukan ke sana kemari, mengucurjan dana atas nama bantuan sosial ke berbagai pelosok desa ataupun ke instansi-instansi yang ada di masyarakat, atau bentuk serangan pajar ke setiap individu yang kesemuanya itu dipoles oleh partai politik. 

Oleh sebab itu, pastinya butuh biaya yang sangat mahal  untuk mencalonkan diri sebagai kandidat di pemerintahan. Tidak tertutup kemungkinan adanya kongkalikong antara kandidat dengan pemilik modal. Di sinilah awal permasalahan itu dimulai, yaitu selalu ada politik transaksional antara si calon dengan parpol. 

Tidak ada makan siang gratis. Ada dukungan, di situ harus ada cuan. Jika kandidat memenangkan pemilu, maka ada harga yang harus dibayar. Jika kandidat kalah dalam pemilu, harga itu tetap harus dibayar. Modal pun tetap harus kembali.

Akan tetapi, untuk membayar harga dan mengembalikan modal merupakan sesuatu yang dirasa sulit, sehingga pada akhirnya kekalahan itu mengakibatkan depresi. Alhasil, sudah biasa kita lihat fenomena bagaimana para pemenang kekuasaan lupa terhadap rakyat yang suaranya telah berhasil memenangkannya. Begitu pula para calon yang kalah, mereka memendam dendam dan tak pernah peduli keadaan, bahkan jiwa mereka kena beban mental.

Fenomena caleg depresi memang kerap terjadi. Mereka yang kalah dalam kontestasi pemilu tak mampu menghadapi kenyataan, sebab pencalonan mereka didasarkan pada asas manfaat semata tanpa memiliki kapabilitas dan kualitas, yang penting punya modal besar dan berani mempertaruhkan kemenangan. 

Inisiatif pemerintah menyiapkan ruang isolasi bagi calon kandidat yang mengalami depresi tentu tidak bisa menjadi solusi, malah semakin menambah permasalahan dan beban perekonomian, sebab dalam perawatannya akan dibutuhkan biaya yang sangat mahal. Pada akhirnya, asas manfaat jugalah yang dijadikan sandaran.

Inilah bukti cacatnya sistem demokrasi, secara teori ataupun realisasi. Demokrasi lahir dari akidah sekularisme, akidah yang menafikkan peran agama dalam sistem pemerintahan. Sehingga, tidak heran banyak kita jumpai para caleg yang depresi karena memang pada dirinya tak dibentengi oleh akidah Islam. 

Dari sini sangat jelas bahwa demokrasi adalah produk akal manusia yang meminggirkan peran agama dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara dalam sistem Islam, berpolitik itu harus diawali dari dorongan keimanan. Seorang politikus muslim akan berpolitik sebagaimana ajaran Islam. Dalam sistem Islam, berpolitik berarti mengurusi urusan rakyat, bukan sebatas manfaat dan hanya mengharap rida Allah Swt. semata. Mereka memahami bahwa seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang sangat besar, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, mereka tidak akan berlomba-lomba demi meraih kekuasaan karena nafsu.

Pemilu dalam Islam hanyalah sebagai uslub (cara) untuk memilih pemimpin yang dilakukan secara sederhana, mudah, dan murah. Semua yang terlibat dalam pelaksanaannya akan menjalankan amanah dengan dorongan keimanan, bukan keuntungan. 

Walhasil, pemilu akan berjalan dengan aman, damai, dan jujur. Siapa pun yang menang akan amanah dengan kepemimpinannya, dan yang kalah akan menerima dengan qanaah (rela) tanpa ada beban mental, apalagi sampai depresi. Sebab, pada dirinya tertanam akidah Islam yang kuat. Pemilihan pemimpin melalui pemilu yang simpel ini hanya akan terealisasi di bawah satu institusi, yaitu sistem pemerintahan Islam.

Wallahu'alam bishawaab

Oleh: Tiktik Maysaroh 
(Aktivis Dakwah Bandung)
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab