Menikmati Rindu kepada Rasulullah SAW dengan Azan
Tinta Media - Kita sebagai manusia pasti memiliki rasa rindu. Rasa rindu terhadap manusia, pengalaman dan lain-lain. Lalu pelampiasan rindunya pun berbeda-beda.
Terkadang manusia melampiaskan rindu ini dengan cara yang beragam. Bisa dengan bertemu dengan yang dirindukan. Ada juga yang hanya dengan mendoakannya saja.
Ternyata pada zaman dahulu pun sudah ada yang namanya rindu. Seperti kisah seorang budak yang rindu dengan Rasulullah dan melampiaskannya dengan azan.
Dahulu hiduplah seorang budak yang bernama Bilal bin Rabbah. Ia budak yang dikenal dengan budak berkulit hitam. Dan telah memeluk agama Islam.
Saat itu pun ia telah di siksa oleh majikannya karna memeluk agama Islam. Namun, ia masih mempertahankan keimanannya. Hingga Abu Bakar memerdekakan Bilal.
Setelah merdeka pun Bilal semakin rajin untuk beribadah. Bahkan ia juga mengikuti hijrah ke Madinah.
Sesampai di Madinah kaum muslimin segera membangun masjid. Karna zaman dahulu masjid itu tidak hanya untuk shalat. Bahkan mengaji, hingga belajar pun di masjid.
Waktu shalat pun tiba. Lalu Rasulullah pun memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan pertama kali di Madinah.
Bilal pun naik ke atas tempat muazin (orang yang mengumandangkan azan). Lalu Azan lah Bilal dengan suaranya yang merdu.
Hingga tibalah hari yang sangat berat bagi seluruh kaum muslimin. Yaitu berpulangnya Rasulullah kepada Allah SWT. Semua para sahabat pun bersedih.
Bilal pun berhenti untuk mengumandangkan azan. Karna ia tak kuat menahan tangisnya. Dan akhirnya pun Bilal memutuskan untuk pergi meninggalkan kota Madinah.
Bilal berusaha untuk menenangkan dirinya. Para sahabat yang lain pun tak tahu ke mana perginya Bilal.
Tibalah suatu ketika, Rasul pun mendatangi Bilal dalam mimpinya. Rasul pun bertanya “Mengapa engkau tak pernah lagi mengunjungiku?” Bilal pun terbangun.
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa air matanya sudah membasahi pipinya. Lalu ia bergegas untuk pergi ke kota yang mengingatkan ia pada sosok yang amat ia cintai yaitu Madinah.
Sesampainya di Madinah bertepatan dengan masuknya waktu shalat. Dengan rasa rindunya ia pun naik ke tempat yang dulu adalah tempat kebanggaannya. Karna telah menjadi muazinnya Rasulullah.
Lalu ia mengumandangkan azan yang sangat di rindukan oleh semua kaum muslimin. Seketika itu kota Madinah hening dan bertanya-tanya “Apakah Bilal telah kembali?”.
Semua penduduk Madinah pun terharu hingga meneteskan air mata. Seperti memutar memori lalu di mana orang yang amat kaum muslim cintai masih ada di antara mereka.
Bahkan Bilal pun tersedu-sedu ketika sedang mengumandangkan adzan. Tidak hanya Bilal yang merindukan Rasulullah. Namun, semua kaum muslimin pun merindukan Rasulullah.
Betapa mengharukannya kejadian ini. Sebegitu rindunya Bilal pada Rasulullah. Bahkan bukan hanya Bilal namun semua kaum Muslimin pun merindukan Rasulullah.
Karena azannya Bilal lah mereka semua menikmati rindu mereka kepada Rasulullah melalui azan yang di kumandangkan Bilal.
Bagaimana dengan kita umat Islam pada zaman sekarang?. Sudahkah kita merindukan Rasul seperti Bilal? Semoga kita selalu merindukan kebersamaan dengan Rasulullah agar kita bisa termasuk orang yang mendapat syafaat dan bersama Rasulullah di surga. Aamiin
Oleh: Faith Afia
(Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)