Tinta Media: rezeki
Tampilkan postingan dengan label rezeki. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rezeki. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Agustus 2023

Quantum Rezeki Melimpah Lagi Berkah

Tinta Media - Alhamdulillah tepat abis maghrib saya sudah nyampek di Wonosalam Training center kab. Jombang  di jadwalkan ngisi Power camp para pengusaha hijrah berikut ini adalah materi yang saya sampaikan dengan judul Quantum Rezeki melimpah lagi berkah.

Ketahuilah , pintu rezeki adalah taat kepada Sang Pemberi Rezeki. Bagaimana  mungkin rezeki diminta dengan cara   bermaksiat kepada-Nya?  Atau bagaimana mungkin karunia-Nya diminta  sedangkan Dia tidak dipatuhi?  Nabi SAW bersabda, “ Apa yang terdapat di sisi Allah tidak dapat diraih  dengan murka-Nya.”  Artinya, rezeki-Nya hanya bisa diminta  dengan Ridha-Nya. Allah berfirman  menjelaskan hal ini, 
“ Siapa yang bertakwa kepada Allah, Dia akan memberinya jalan keluar.”

Sobat. Siapa pun orangnya kepingin hidup mulia, berkah dan berlimpah. Pasangan yang sholeh/sholehah, rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah, anak-anak yang qurrota a’yun, ilmu yang bermanfaat, jejaring yang luas dan kesehatan yang prima. Pasti juga khan kepingin rezeki melimpah dan berkah dapat kita rasakan dan nikmati setiap hari, berkali-kali tanpa henti, dan hari-hari yang kita lalui akan dipenuhi kejutan dari Allah SWT. 

Sobat. Berikut ini rahasia nya agar Quantum Rezeki Melimpah nan berkah  hadir dalam kehidupan kita. 

1. Iman yang kuat dan tebal.  

Sobat. Skenario Allah selalu Indah, bagi mereka yang mengimani-Nya, meskipun kita tak mengetahuinya. Tenang saja Bapak dan Ibu! Asalkan ada iman, seberat apa pun masalahnya, bakal kelar. Asalkan punya iman, sebesar apa pun ujiannya, akan beres.
Asalkan pakai iman, sesulit apa pun persoalannya, pasti selesai. Kuncinya adalah Iman. Yakin pada Allah dan takwa kepada-Nya.

2. Taat yang maksimal atau Takwa kepada Allah. 

Jangan pernah berhenti jadi orang baik. Jangan bosan jadi orang baik. Fokuslah cari  muka di hadapan Allah, bukan karena yang  lain. Fokuslah mencari ridha dan kasih sayang Allah. Karena kalau Allah sudah ridha dan sayang sama kita, apapun yang kita butuhkan, pasti akan Allah kasih. Bahkan, kita gak minta pun, Allah bakal kasih. Itulah ciri bahwa Allah udah sayang banget sama kita. 

3. Sikap Tawakal. Pasrah sama Allah. Tawakal  = Pasrah + Doa + Ikhtiar
(Hanya pada Allah dan hanya karena Allah) 

Pasrah sepasrah-pasrahnya hanya pada Allah. Doa sekenceng-kencengnya hanya pada Allah. Ikhtiar dan kerja keras sekuat tenaga hanya karena Allah.

4. Hijrah total. Kembali kepada Allah. Hijrah total bukan karena trend, hijrah total bukan karena friend, hijrah total bukan karena keren. Namun semata-mata karena Allah dan mencari keridhoannya. Orang  yang  berhijrah rezekinya akan dipermudah oleh Allah. 

Tenang saja bro! Allah akan tepati janji-Nya. Allah akan tunjukkan jalan.  Allah akan hadirkan keajaiban. Allah akan berikan pertolongan.

5. Silaturahim Personal. Bersahabat karena Allah. Makin sering silaturahmi, makin enteng rezeki. Menjalin silaturahmi dengan kerabat dan menjalin ukhuwah dengan sahabat. 
  
6. Sedekah Brutal. Berbagi di jalan Allah. Mental kaya itu gemar berbagi. Iman kuat itu senantiasa memberi. Biar rezekinya berkah, perbanyaklah sedekah! Sedekah gak harus pakai uang, bisa pakai ilmu, waktu dan tenaga. Sedekah brutal. Angkanya memang gila, jumlahnya memang besar, frekuensinya memang sering dan ngasihnya  yang terbaik.

7. Dakwah Optimal. Menolong agama Allah. Kalau kita menolong agama Allah, maka Allah akan angkat kehidupan kita. Dakwah adalah kebutuhan dan dakwah harus jadi poros utama, apa pun profesi anda dakwah senantiasa mengiringi dan senantiasa ada dalam kehidupan kita.

Dengan  mengamalkan  ke tujuh poin di atas, diharapkan kita  semua bisa  makin dicintai Allah, diridhoi Allah, dan dijaga Allah, sehingga perihal urusan rezeki, apa pun itu bentuknya, biar Allah Ta’ala yang mengaturnya.

Sobat. Celakalah hamba yang diberi nikmat sehat oleh Allah tetapi mempergunakannya untuk bermaksiat kepada-Nya.

Seluruh nikmat itu membutuhkan syukur dan pengakuan akan kebaikan-Nya. Seluruhnya berasal dari nikmat Allah. Penciptaan diri kita, begitu juga rezeki , kesehatan, akal serta semua nikmat yang kita rasakan berasal dari anugerah , rahmat dan kemurahan Allah. Jadi masih adakah yang tersisa bagi kepentingan diri?

Namun, ketika hakikat ini hilang dan terabaikan , kau lupa bahwa Sang Pemberi nikmat adalah Allah, lalu kau mempergunakan kesehatan untuk bermaksiat kepada-Nya. Kau juga mempergunakan rezeki dari-Nya untuk sesuatu yang haram dan kau pun mendapatkannya dengan cara yang haram.

"Orang mukmin sibuk memuji Allah sehingga lupa memuji dirinya. Ia juga sibuk menunaikan kewajiban kepada Allah sehingga tidak ingat kepentingan dirinya sendiri. Seandainya kau cerdas dan pintar, tentu kau lebih memperhatikan hak-hak Allah yang harus ditunaikan daripada kepentingan dirimu." Kata Ibnu Athaillah.

Salam Dahsyat dan Luar biasa!

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Spiritual Motivator, Penulis buku Gizi Spiritual, Wakil ketua Komnas Pendidikan Jatim, Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo

Minggu, 30 April 2023

Rezeki Orang yang Bertakwa

Tinta Media - Sobat. Rezeki di level ini adalah rezeki yang berkah dan selalu datang dari arah yang tidak disangka-sangka.Harta, jiwa dan hidupnya sudah dinafkahkan untuk agama Allah sehingga tidak ada kekhawatiran dalam dirinya akan kemiskinan. Orang yang pada level ini bukanlah orang yang malas, dan bukan pula orang-orang yang tidak berusaha. Akan tetapi, dia adalah orang yang senantiasa berikhtiar dengan penuh keyakinan, berusaha sepenuh kemampuan, namun tawakkal kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya tawakkal.

Sobat. Mereka adalah orang-orang yang hati, pikiran, lisan dan akhlaknya terjaga. Selalu menempatkan Allah sebagai tujuan akhir dari setiap ikhtiar yang dilakukannya. Merekalah pemilik kekayaan Sang pemilik kekayaan hakiki yang sesungguhnya. 

Rezeki yang dimiliki oleh orang-orang yang bertakwa adalah kekayaan sejati yang membawa berkah. Kekayaan yang membawa pemiliknya pada kemuliaan di dunia dan akherat. 

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa tujuannya akherat, pasti Allah SWT menyatukan seluruhnya, ia jadi kaya hati dan dunia merendah kepadanya, dan yang tujuannya semata harta dunia, maka Allah SWT memberantakkan urusannya, hidupnya selalu dibayang-bayangi kemiskinan dan harta dunia tiada diperoleh kecuali yang ada ketentuannya.”

Sobat. Umar bin Khaththab ra masuk ke rumah Nabi Muhammad SAW , beliau bangun di atas tikarnya yang membekas pada pinggangnya, lalu ia menangis melihatnya kemudian beliau bersabda, “ Kenapa engkau menangis wahai Umar?” Ingatanku pada Raja Kisra dengan segala kemewahan dan kemegahannya, padahal engkau adalah Rasul Allah SWT sampai di punggungmu membekas garis-garis tikar. Beliau Rasulullah SAW bersabda, “ Mereka diberi kesenangan kontan hanya di dunia, sedangkan kami kesenangannya kelak di akherat.”

Hakikat kaya menurut Luqman Al-Hakim, ”Orang kaya adalah orang yang apabila diminta, ia tidak akan menahan harta yang dimilikinya. Namun apabila ia tidak memiliki, ia tidak akan merendahkan diri dengan meminta pada orang lain.”

Sobat. Takwa merupakan kunci untuk memperoleh keberkahan yang hakiki yang didambakan oleh seluruh manusia. Kekayaan yang membawa berkah. Boleh jadi, dalam pandangan lahiriah manusia, seseorang yang memegang kunci takwa ini tidak kaya, namun juga tidak miskin. Dia tampak demikian bersahaja, tidak pernah kekurangan, namun tidak juga tampak berlebihan.

Sobat. Kenapa Takwa bisa menjadi kunci keberkahan? Takwa merupakan barometer kualitas manusia di hadapan Allah. Takwa akan mendatangkan cinta dan kasih sayang Allah. Orang yang bertakwa adalah orang yang hati, pikiran, ucapan, dan tindakannya terjaga. Sehingga dia selalu mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah. Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu bersemangat dalam mengejar amal kebaikan.

۞لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۧنَ وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَٰهَدُواْۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِي ٱلۡبَأۡسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِۗ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ 

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 177 )

Sobat. Ayat ini bukan saja ditujukan kepada umat Yahudi dan Nasrani, tetapi mencakup juga semua umat yang menganut agama-agama yang diturunkan dari langit, termasuk umat Islam.

Pada ayat 177 ini Allah menjelaskan kepada semua umat manusia, bahwa kebajikan itu bukanlah sekadar menghadapkan muka kepada suatu arah yang tertentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, tetapi kebajikan yang sebenarnya ialah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, iman yang bersemayam di lubuk hati yang dapat menenteramkan jiwa, yang dapat menunjukkan kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan kejahatan. Beriman kepada hari akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan dunia yang serba kurang dan fana. Beriman kepada malaikat yang di antara tugasnya menjadi perantara dan pembawa wahyu dari Allah kepada para nabi dan rasul. Beriman kepada semua kitab-kitab yang diturunkan Allah, baik Taurat, Injil maupun Al-Qur'an dan lain-lainnya, jangan seperti Ahli Kitab yang percaya pada sebagian kitab yang diturunkan Allah, tetapi tidak percaya kepada sebagian lainnya, atau percaya kepada sebagian ayat-ayat yang mereka sukai, tetapi tidak percaya kepada ayat-ayat yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Beriman kepada semua nabi tanpa membedakan antara seorang nabi dengan nabi yang lain.

Iman tersebut harus disertai dan ditandai dengan amal perbuatan yang nyata, sebagaimana yang diuraikan dalam ayat ini, yaitu:

1. Memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya. Anggota keluarga yang mampu hendaklah lebih mengutamakan memberi nafkah kepada keluarga yang lebih dekat.

Memberikan bantuan harta kepada anak-anak yatim dan orang-orang yang tidak berdaya. Mereka membutuhkan pertolongan dan bantuan untuk menyambung hidup dan meneruskan pendidikannya, sehingga mereka bisa hidup tenteram sebagai manusia yang bermanfaat dalam lingkungan masyarakatnya.

Memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terlantar dalam perjalanan dan terhindar dari pelbagai kesulitan.

Memberikan harta kepada orang yang terpaksa meminta minta karena tidak ada jalan lain baginya untuk menutupi kebutuhannya.

Memberikan harta untuk menghapus perbudakan, sehingga ia dapat memperoleh kemerdekaan dan kebebasan dirinya yang sudah hilang.

2. Mendirikan shalat, artinya melaksanakannya pada waktunya dengan khusyuk lengkap dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya. 

3. Menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang tersebut dalam surah at-Taubah ayat 60. Di dalam Al-Qur'an apabila disebutkan perintah: "mendirikan salat", selalu pula diiringi dengan perintah: "menunaikan zakat", karena antara salat dan zakat terjalin hubungan yang sangat erat dalam melaksanakan ibadah dan kebajikan. Sebab salat pembersih jiwa sedang zakat pembersih harta. Mengeluarkan zakat bagi manusia memang sukar, karena zakat suatu pengeluaran harta sendiri yang sangat disayangi.

Oleh karena itu apabila ada perintah salat, selalu diiringi dengan perintah zakat, karena kebajikan itu tidak cukup dengan jiwa saja tetapi harus pula disertai dengan harta. Oleh karena itulah, sesudah Nabi Muhammad saw wafat, para sahabat sepakat tentang wajib memerangi orang yang tidak mau menunaikan zakat hartanya.

4. Menepati janji bagi mereka yang telah mengadakan perjanjian. Segala macam janji yang telah dijanjikan wajib ditepati, baik janji kepada Allah seperti sumpah dan nazar dan sebagiannya, maupun janji kepada manusia, terkecuali janji yang bertentangan dengan hukum Allah (syariat Islam) seperti janji berbuat maksiat, maka tidak boleh (haram) dilakukan, hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah saw:

Tanda munafik ada tiga: yaitu apabila ia berkata, maka ia selalu berbohong, apabila ia berjanji, maka ia selalu tidak menepati janjinya, apabila ia dipercayai, maka ia selalu berkhianat. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a.).

5. Sabar dalam arti tabah, menahan diri dan berjuang dalam mengatasi kesempitan, yakni kesulitan hidup seperti krisis ekonomi; penderitaan, seperti penyakit atau cobaan ; dan dalam peperangan, yaitu ketika perang sedang berkecamuk. 
 
Mereka itulah orang-orang yang benar dalam arti sesuai dengan sikap, ucapan dan perbuatannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Sobat. Itulah kebaikan-kebaikan utama yang disyariatkan oleh Allah dalam ayat-ayat-Nya. Kebaikan-kebaikan itu merupakan perintah Allah yang harus dijalankan, sebagai bukti keimanan dan sebagai gambaran ketakwaan kita kepada Allah SWT. Sobat. Perilaku takwa itu meliputi dua hal yaitu : Pertama. Ketaatan untuk menjalankan perintah-Nya.Kedua. Menjauhi larangan-Nya karena rasa takut akan ancaman dan kemarahan-Nya.

Sobat. Jadi wajarlah jika takwa menjadi kunci keberkahan yang akan mendatangkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, karena takwa sesungguhnya merupakan wujud karakter syukur tertinggi dari seorang hamba kepada Rabb-Nya.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Rabu, 08 Februari 2023

Takwa dan Tawakal adalah Kunci Pembuka Pintu Rezeki

Tinta Media - Sobat. Agar rezeki Anda dilimpahkan oleh Allah dan kemiskinan kian dijauhkan dari hidup Anda, maka Anda harus yakin dengan kekuatan dan keajaiban takwa dan tawakal. Anda harus percaya dengan hukum Allah yang berbunyi :

 مَن كَانَ يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ
ۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا  

"Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. ( QS. Ath-Thalaq (65) : 2-3 )

Sobat. Bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah, tidak saja diberi dan dimudahkan jalan keluar dari kesulitan yang dihadapinya, tetapi juga diberi rezeki oleh Allah dari arah yang tidak disangka-sangka, yang belum pernah terlintas dalam pikirannya. Selanjutnya Allah menyerukan agar mereka bertawakal kepada-Nya, karena Allah-lah yang mencukupkan keperluannya mensukseskan urusannya. 

Bertawakal kepada Allah artinya berserah diri kepada-Nya, menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya keberhasilan usaha. Setelah ia berusaha dan memantapkan satu ikhtiar, barulah ia bertawakal. Bukanlah tawakal namanya apabila seorang menyerahkan keadaannya kepada Allah tanpa usaha dan ikhtiar. Berusaha dan berikhtiar dahulu baru bertawakal menyerahkan diri kepada Allah. 

Pernah terjadi seorang Arab Badui berkunjung kepada Nabi di Medinah dengan mengendarai unta. Setelah orang Arab itu sampai ke tempat yang dituju, ia turun dari untanya lalu masuk menemui Nabi saw. Nabi bertanya, "Apakah unta sudah ditambatkan?" Orang Badui itu menjawab, "Tidak! Saya melepaskan begitu saja, dan saya bertawakal kepada Allah." Nabi saw bersabda, "Tambatkan dulu untamu, baru bertawakal."

Allah akan melaksanakan dan menyempurnakan urusan orang yang bertawakal kepada-Nya sesuai dengan kodrat iradat-Nya, pada waktu yang telah ditetapkan, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya. (ar-Ra'd/13: 8)

Sobat. Dalam QS. Al-A’raaf (7) :96 Allah SWT berfirman :
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ  

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” ( QS. Al-A’raaf (7) : 96 )

Sobat. Dalam ayat ini diterangkan bahwa seandainya penduduk kota Mekah dan negeri-negeri yang berada di sekitarnya serta umat manusia seluruhnya, beriman kepada agama yang dibawa oleh nabi dan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw dan seandainya mereka bertakwa kepada Allah sehingga mereka menjauhkan diri dari segala yang dilarangnya, seperti kemusyrikan dan berbuat kerusakan di bumi, niscaya Allah akan melimpahkan kepada mereka kebaikan yang banyak, baik dari langit maupun dari bumi. Nikmat yang datang dari langit, misalnya hujan yang menyirami dan menyuburkan bumi, sehingga tumbuhlah tanam-tanaman dan berkembang-biaklah hewan ternak yang kesemuanya sangat diperlukan oleh manusia. 

Di samping itu, mereka akan memperoleh ilmu pengetahuan yang banyak, serta kemampuan untuk memahami Sunnatullah yang berlaku di alam ini, sehingga mereka mampu menghubungkan antara sebab dan akibat. Dengan demikian mereka akan dapat membina kehidupan yang baik, serta menghindarkan malapetaka yang biasa menimpa umat yang ingkar kepada Alllah dan tidak mensyukuri nikmat dan karunia-Nya.

Apabila penduduk Mekah dan sekitarnya tidak beriman, mendustakan Rasul dan menolak agama yang dibawanya, kemusyrikan dan kemaksiatan yang mereka lakukan, maka Allah menimpakan siksa kepada mereka, walaupun siksa itu tidak sama dengan siksa yang telah ditimpakan kepada umat yang dahulu yang bersifat memusnahkan. Kepastian azab tersebut adalah sesuai dengan Sunnatullah yang telah ditetapkannya dan tak dapat diubah oleh siapa pun juga, selain Allah.

Allah SWT berfirman :

وَلَوۡ أَنَّهُمۡ أَقَامُواْ ٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِم مِّن رَّبِّهِمۡ لَأَكَلُواْ مِن فَوۡقِهِمۡ وَمِن تَحۡتِ أَرۡجُلِهِمۚ مِّنۡهُمۡ أُمَّةٞ مُّقۡتَصِدَةٞۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ سَآءَ مَا يَعۡمَلُونَ  

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (QS. Al-Maidah (5) : 66 )

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa apabila Ahli Kitab itu benar-benar menjalankan hukum Taurat dan Injil seperti mengesakan Allah dan berpegang kepada berita gembira yang terdapat dalam Taurat dan Injil tentang kenabian Muhammad, tentulah Allah akan melapangkan kehidupan mereka. Jadi jika pada ayat yang lalu Allah menjanjikan kebahagiaan akhirat kepada Ahli Kitab, apabila mereka beriman dan bertakwa, akan mendapat kebahagiaan duniawi dan kelapangan rezeki serta limpahan rahmat-Nya dari langit, dengan menumbuhkan berbagai tanaman. Meskipun demikian mereka tetap durhaka dan menentang rasul-rasul Allah.

Ayat ini juga menerangkan bahwa di antara orang-orang Yahudi ada golongan yang bimbang dalam beragama, tidak berpegang secara fanatik kepada pendapat-pendapat pendeta-pendetanya dan tidak pula memandang enteng. Memang mayoritas orang Yahudi itu sangat fanatik kepada pendapat-pendapat pendetanya. Golongan inilah yang buruk tingkah lakunya. Hal serupa itu terjadi dalam kalangan kaum Nasrani.

Menurut kebiasaan, meskipun golongan pertengahan dari masing-masing agama itu tidak banyak pengikutnya, namun dari kalangan mereka timbul orang-orang yang suka memperbaiki keadaan dan mengikuti perkembangan serta menerima kebenaran. Orang-orang seperti ini terdapat pada setiap umat dan tiap-tiap masa. Umpamanya Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya dari kalangan Yahudi menjadi pengikut Nabi Muhammad yang setia. 

Demikian pula Najasyi dan kawan-kawan dari kalangan Nasrani menjadi mengikut Nabi Muhammad yang setia pula. Hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi pemeluk agama adalah mencari kebenaran. Maka jika pemeluk suatu agama berpegang kepada petunjuk-petunjuk agama secara benar, tentulah dia tidak akan menjadi fanatik, kaku dan menerima agama yang dibenarkan di dalam kitab-kitabnya. Dalam mencari kebenaran itu modal utama adalah keikhlasan yang disertai ilmu pengetahuan. Mencari kebenaran dengan modal ini terdapat di dalam agama Islam. 

Pemeluk Islam sendiri yang tidak mengamalkan petunjuk-petunjuk Islam, tentulah kebenaran yang ada pada Islam itu tidak dapat diperolehnya. Sehubungan dengan ayat ini terdapat hadis Nabi yang diriwayatkan Ziad bin Labid yaitu: 

Dari Ziad bin Labid, ia berkata, "Nabi Muhammad saw, membicarakan sesuatu lalu beliau berkata, "Hal demikian itu adalah pada waktu ilmu pengetahuan telah lenyap. Ziad berkata, "Kami (para sahabat) berkata "Wahai Rasulullah bagaimanakah ilmu pengetahuan bisa lenyap, sedangkan kami membaca Al-Qur'an dan kami membacakannya pula kepada anak-anak kami dan anak-anak kami itu membacakannya pula kepada anak-anak mereka sampai hari Kiamat." Rasulullah. saw menjawab, "Celakalah engkau hai anak Ibnu Labid, jika aku mengetahui engkau adalah orang-orang yang paling banyak ilmunya di antara penduduk Medinah, tidakkah orang-orang Yahudi dan Nasrani itu membaca Taurat dan Injil, sedangkan mereka tidak mendapat manfaatnya sedikit pun." (Riwayat Ahmad).

Jelaslah dari hadis ini bahwa kaum Muslimin yang tidak mengamalkan petunjuk agamanya, mereka serupa dengan orang Yahudi dan Nasrani. Menurut riwayat Ibnu Abi hatim, setelah pembicaraan itu maka turunlah ayat 66 ini.
Allah SWT berfirman :

وَلَوۡ أَنَّهُمۡ رَضُواْ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ سَيُؤۡتِينَا ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ وَرَسُولُهُۥٓ إِنَّآ إِلَى ٱللَّهِ رَٰغِبُونَ

“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).” ( QS. At-Taubah (9) : 59 )

Sobat. Jika mereka beriman kepada Allah dengan sebenarnya tentulah mereka tidak akan mencela atau membuat tuduhan terhadap Rasul. Seharusnya mereka rida dan bersyukur kepada Allah terhadap pembagian harta itu, baik mengenai pembagian harta rampasan maupun zakat. Mereka meyakini bahwa Allah merupakan tempat memohon dan yang akan memberikan rahmat dan rezeki kepada makhluk-Nya

Sobat. Tawakal itu mempunyai dua rukun yang harus dipenuhi. Pertama. Menyandarkah hati hanya kepada Allah dengan penyandaran yang benar dan nyata. Kedua. Menempuh sebab yang diizinkan syariat. 

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, " Jika saja kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kamu akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, ia pagi-pagi lapar dan sore hari telah kenyang." ( HR. Imam Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah )

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual

Kamis, 12 Januari 2023

Tak Kan Lari Gunung Dikejar


Tinta Media - Nampak di depan gunung Merapi di kejauhan.  Makin kencang mobil dipacu kayak makin jauh. Tetiba setelah beberapa waktu ... gunung itu nampak jauh di samping. Dan lewat.

Seolah gunung itu lari dan tak terkejar. Padahal gunung itu tetap di tempat nya tak kemana mana. Hanya kitalah yang terpaku pada jalan raya. Karena jalan itu tak menuju ke tempat gunung itu maka seolah tak terkejar. 

Beda dengan para pendaki yang memang menuju ke tempat gunung itu berada. Kemudian bahkan mendaki mulai dari kaki gunung hingga ke puncaknya. Maka mesti nyampe.

Dalam hidup kita perkara yang sudah pasti gak akan lari atau terlewat. Rezeki dan ajal pasti. Sudah tertulis di lauh mahfuzh. Sudah fixed bagaikan gunung. Yang melekat erat di muka bumi. Jadi gak dikejar pun pasti dapet.

Hanya kita wajib berjalan melakukan kerja. Yang biasanya rezeki itu datang. Namun kerja bukan sebab rezeki. Hanya kondisi tertentu yang secara adat rezeki itu datang. Kadang kala sudah bekerja tapi tak dapat rezeki bahkan malah rugi.

Sebab rezeki dan ajal itu ghoib dan hanya bisa diketahui dengan pemberitahuan Allah kepada kita.  

Surat Saba Ayat 24

۞ قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ قُلِ ٱللَّهُ ۖ وَإِنَّآ أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَىٰ هُدًى أَوْ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

 "Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata".

Surat Al-An’am Ayat 2

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن طِينٍ ثُمَّ قَضَىٰٓ أَجَلًا ۖ وَأَجَلٌ مُّسَمًّى عِندَهُۥ ۖ ثُمَّ أَنتُمْ تَمْتَرُونَ

"Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu)."

Dan Allah memastikan bahwa rezeki dan ajal itu adalah ketentuan Allah. Bukan karena apapun yang ada di bumi. Namun karena ketetapan Allah dalam lauh mahfuzh. Jadi, tak kan lari gunung dikejar.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Jumat, 14 Oktober 2022

Rezeki Allah yang Atur, Manusia Tinggal Akur

Tinta Media - Para petani tak pernah janjian mau nanam apa dan kapan. Masing masing memilih tanaman sesuai selera dan kebiasaan. Cabe, tomat, kangkung, buncis, kacang panjang, timun, sawi, pakcoi, kubis, kentang, daun bawang, bengkuang, hingga padi, jagung, kacang tanah, kedelai, sorgum, gandum, dsb dll dst. 

Namun ajibnya, semua produk itu selalu ada di pasar. Yang naik turun cuman kelangkaan nya saja. Padahal tak janjian kan nanamnya. Andai penguasa atau organisasi tani disuruh ngatur hal itu saya yakin hasilnya berantakan. Ga akan mampu. Karena banyak faktor yang harus dikendalikan termasuk iklim dan cuaca. Pasti kocar kacirkan? 

Nah itulah salah satu bukti bahw Allah sudah atur rejeki hamba hambaNya denga detil sedetil detilnya tanpa kecuali. Allah yang mengatur kapan suatu tanaman ditanam, apakah hidup atau tidak, kapan tumbuhnya, kapan masak dan panennya, gagal atau tidaknya. Allahu akbar! 

Manusia mau atur yang begitu? Pasti ancur kan? Nah makanya kita mesti yakin rejeki sudah diatur sehingga kita wajib akur sama qodho rejeki. Berusaha mah wajib karena begitu syariatnya. 
Juga mesti kita tunduk kepada syariat kaffah biar berkah. Khilafah yuk![]

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 




Selasa, 13 September 2022

𝐑𝐄𝐙𝐄𝐊𝐈, 𝐏𝐄𝐍𝐀𝐈𝐊𝐊𝐀𝐍 𝐁𝐁𝐌, 𝐃𝐀𝐍 𝐌𝐔𝐇𝐀𝐒𝐀𝐁𝐀𝐇 𝐋𝐈𝐋 𝐇𝐔𝐊𝐊𝐀𝐌


Tinta Media - Selain mengajarkan rezeki itu sudah Allah SWT tentukan jumlahnya bagi setiap makhluk tanpa ada satu makhluk pun yang dapat menambah dan menguranginya, Islam juga mengajarkan melakukan koreksi terhadap penguasa yang berlaku zalim. 
.
Liberalisasi BBM dari hulu hingga hilir (menyerahkan pengelolaannya kepada swasta bahkan kafir penjajah) merupakan kezaliman. Penaikkan harga BBM sebagai konsekuensi dari liberalisasi BBM juga kezaliman. 
.
Karena Islam menyatakan BBM itu sebagai 𝑚𝑖𝑙𝑘𝑖𝑦𝑦𝑎ℎ 𝑎𝑚𝑚𝑎ℎ (kepemilikan umum) yang wajib dikelola negara. Rakyat membayar BBM hanya sekadar untuk mengganti biaya produksi (negara sama sekali tidak ambil untung, apalagi berdusta bilang menyubsidi karena harga jualnya lebih murah daripada harga internasional). Bila kebutuhan rakyat akan BBM tercukupi maka kelebihannya akan diekspor dengan harga internasional, keuntungannya dikembalikan kepada rakyat (salah satunya) dalam bentuk fasilitas pendidikan dan kesehatan gratis. 
.
Andai, BBM dalam negeri kurang, maka akan impor. Bila menjual ke rakyat dengan harga impor dapat menyengsarakan rakyat, maka negara akan menyubsidinya sehingga rakyat dapat mengakses BBM dengan murah dan tercegahlah inflasi. Subsidi bisa diambil dari keuntungan pengelolaan 𝑚𝑖𝑙𝑘𝑖𝑦𝑦𝑎ℎ 𝑎𝑚𝑚𝑎ℎ lainnya, misalnya dari batu bara dan kelapa sawit. 
.
Saat ini memang batu bara dan minyak sawit sangat untung besar, sayangnya sudah diswastakan oleh sistem kufur dan rezim zalim di negeri mayoritas Muslim ini, sehingga keuntungannya lari kepada oknum pejabat, oligarki, dan negara kafir penjajah. 
.
Jadi, selain meyakini rezeki itu dari Allah SWT, orang Islam yang bertakwa juga akan melakukan koreksi terhadap penguasa zalim, atau paling tidak, merasa tidak rela, merasa benci dengan kezaliman tersebut. Merasa senang dan mendukung kaum Muslim lainnya yang melakukan 𝑚𝑢ℎ𝑎𝑠𝑎𝑏𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑙 ℎ𝑢𝑘𝑘𝑎𝑚. 
.
Bila, merasa yakin rezeki dari Allah SWT, tetapi diam atas kezaliman, lebih parahnya lagi mengajak umat diam atas kezaliman tersebut, berarti orang tersebut terkategori salah satu dari tiga kemungkinan di bawah ini:
.
𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂, tidak beres akidahnya, karena dirinya tidak meyakini adanya kewajiban 𝑚𝑢ℎ𝑎𝑠𝑎𝑏𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑙 ℎ𝑢𝑘𝑘𝑎𝑚 (mengoreksi penguasa). Tingkat terparahnya orang tersebut bisa dikategorikan sesat. 
.
𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂, tidak beres sikap dan perbuatannya, karena alih-alih melakukan 𝑚𝑢ℎ𝑎𝑠𝑎𝑏𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑙 ℎ𝑢𝑘𝑘𝑎𝑚 eh malah mengajak umat diam. Tentu itu merupakan pelanggaran terhadap syariat Islam tentang kewajiban 𝑚𝑢ℎ𝑎𝑠𝑎𝑏𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑙 ℎ𝑢𝑘𝑘𝑎𝑚 dan dalam waktu bersamaan orang tersebut berperan sebagai setan. Setan adalah makhluk durhaka yang mengajak maksiat kepada Allah SWT. 
.
Dikatakan durhaka karena tidak mau melaksanakan kewajiban 𝑚𝑢ℎ𝑎𝑠𝑎𝑏𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑙 ℎ𝑢𝑘𝑘𝑎𝑚 padahal tahu itu wajib hukumnya. Dikatakan mengajak maksiat karena menyuruh umat diam atas kewajiban mengoreksi penguasa. Memang begitulah tugas setan: menyesatkan manusia dari jalan Islam. 
.
𝑲𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂, tidak menganggap liberalisasi migas sebagai maksiat dan kezaliman. Jadi, meski meyakini 𝑚𝑢ℎ𝑎𝑠𝑎𝑏𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑙 ℎ𝑢𝑘𝑘𝑎𝑚 adalah kewajiban, sikap dan perbuatannya pun akan menentang kezaliman dan mendukung pihak yang melakukan 𝑚𝑢ℎ𝑎𝑠𝑎𝑏𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑙 ℎ𝑢𝑘𝑘𝑎𝑚 tapi tidak mengetahui bahwa liberalisasi migas merupakan bentuk kezaliman karena mengira Islam tidak mengajarkan masalah ini. Sehingga, mengira mengurus BBM hanyalah urusan dunia semata (terserah kebijakan penguasa saja yang dianggap ahli mengurusnya, tanpa terkait halal-haram) maka akan diam saja ketika BBM diliberalisasi dan ketika pemerintah menaikkan BBM akibat liberalisasi BBM pun menganggap itu hal yang lumrah (bukan kemaksiatan).  
.
Umat Islam saat ini bukan saja sedang dijajah kafir penjajah dan dizalimi rezim zalim, tetapi juga dikacaubalaukan pemahamannya oleh tiga golongan di atas. Bahkan sangat mungkin ketiga golongan di atas sengaja dipelihara kafir penjajah dan rezim zalim, agar kaum Muslim saling bertikai sesama Muslim, alih-alih kompak berjuang melawan kafir penjajah dan mengganti sistem kufur menjadi sistem Islam. 𝑊𝑎𝑙𝑙𝑎ℎ𝑢 𝑎'𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑠ℎ-𝑠ℎ𝑎𝑤𝑎𝑏.[]
.
Depok 8 Safar 1444 H | 5 September 2022 M
.
.
Joko Prasetyo 
Jurnalis

Minggu, 28 Agustus 2022

Bila Rezeki Seret dan Mampet

Tinta Media - Sobat. Saat rezeki kita seret dan mampet, bisa jadi ada sesuatu yang menghalangi datangnya rezeki tersebut pada kita. Ibarat rezeki itu aliran air dalam sebuah pipa, sebesar apa pun jumlah air yang disalurkan, sebesar apa pun pipa yang digunakan, tapi kalau pipa tersembut ada sumbatannya ya mampet juga. Bukan sumber airnya yang salah, tapi pipanya yang mesti dievaluasi. Bukan sumber rezekinya yang salah, tapi kitanya meski muhasabah diri.

Sobat. Sekarang mari kita evaluasi dan muhasabah diri, apa sumbatan itu?

• Adakah dosa yang pernah kita lakukan dan mendatangkan murkanya Allah?
• Adakah maksiat yang pernah kita perbuat dan mendatangkan marahnya Allah ?
• Adakah salah yang pernah kita kerjakan dan mendatangkan amarah Allah?
• Seberapa sering kita melakukan dosa-dosa itu semua?

Sobat. Rasulullah bersabda, “ Sesungguhnya seorang manusia kerap terhalang rezekinya karena disebabkan dosa ( maksiat ) yang dilakukannya.” ( HR. Ibnu Majah).

Sobat. Rezeki dari Allah itu luas dan banyak, serta dapat dipastikan cukup untuk memenuhi kebutuhan kita. Hanya saja kenapa mengalir pelan, sedikit, bahkan sulit dinikmati oleh kita? Karena bisa jadi ada yang tidak beresdi sana. Ada sumbatannya. Ada kotorannya. Maka tidak ada lain solusinya adalah Taubat dan Hijrah Total.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَئَِّاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِي ٱللَّهُ ٱلنَّبِيَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. At-Tahrim (66) : 8 ).

Sobat. Seruan pada ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan para rasul-Nya. Mereka diperintahkan bertobat kepada Allah dari dosa-dosa mereka dengan tobat yang sebenar-benarnya (tobat nasuha), yaitu tobat yang memenuhi tiga syarat. Pertama, berhenti dari maksiat yang dilakukannya. Kedua, menyesali perbuatannya, dan ketiga, berketetapan hati tidak akan mengulangi perberbuatan maksiat tersebut. 

Bila syarat-syarat itu terpenuhi, Allah menghapuskan semua kesalahan dan kejahatan yang telah lalu dan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Pada saat itu, Allah tidak mengecewakan dan menghinakan Nabi saw dan orang-orang yang beriman bersamanya. Bahkan pada hari itu, kebahagiaan mereka ditonjolkan, cahaya mereka memancar menerangi mereka waktu berjalan menuju Mahsyar tempat diadakan perhitungan dan pertanggungjawaban. Mereka itu meminta kepada Allah agar cahaya mereka disempurnakan, tetap memancar dan tidak akan padam sampai mereka itu melewati sirathal Mustaqim, tempat orang-orang munafik baik laki-laki maupun perempuan memohon dengan sangat agar dapat ditunggu untuk dapat ikut memanfaatkan cahaya mereka. 
Mereka juga memohon agar dosa-dosa mereka dihapus dan diampuni. 

Dengan demikian, mereka tidak merasa malu dan kecewa pada waktu diadakan hisab dan pertanggungjawaban. Tidak ada yang patut dimintai untuk menyempurnakan cahaya dan mengampuni dosa kecuali Allah, karena Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu, berbuat sesuai dengan kodrat dan iradat-Nya.

Sobat. Hijrah total itu bukan hanya dimaknai berpindah tempat saja, tapi juga berpindah dari jahiliyah, ke rajin ibadah. Dari Tukang maksiat, ke doyan taubat. Dari zaman kegelapan, ke zona kebaikan. Dari asal-asalan, ke penuh penghayatan.Hijrah adalah perintah-Nya,maka pasti ada kebaikan setelah kita melakukannya.

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أُوْلَٰٓئِكَ يَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 218 ).

Sobat. Ayat ini menerangkan balasan bagi orang-orang yang kuat imannya menghadapi segala cobaan dan ujian. Begitu juga balasan bagi orang-orang yang hijrah meninggalkan negerinya yang dirasakan tidak aman, ke negeri yang aman untuk menegakkan agama Allah, seperti hijrahnya Nabi Muhammad saw bersama pengikut-pengikutnya dari Mekah ke Medinah, dan balasan bagi orang-orang yang berjihad fi sabilillah, baik dengan hartanya maupun dengan jiwanya.

Mereka itu semuanya mengharapkan rahmat Allah dan ampunan-Nya, dan sudah sepantasnya memperoleh kemenangan dan kebahagiaan sebagai balasan atas perjuangan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sobat. Pertolongan Allah itu benar-benar nyata. Karena Allah tidak pernah ingkar janji. Haqqul Yakin saja. Orang yang berhijrah dan taubat rezekinya akan dipermudah. Tenang saja Brow!!!

Sudahlah segera lakukan Hijrah Total! Jangan banyak mikir, jangan banyak tapi, jangan banyak nanti. Jangan Banyak Nunda! Hajar Saja Brow! Jangan nanti-nanti, nanti keburu mati….

Yakinlah dan biarkan waktu yang menjawabnya ………
• Allah akan tepati janji-Nya.
• Allah akan tunjukkan jalan.
• Allah akan hadirkan keajaiban.
• Allah akan berikan pertolongan.

Sobat. Puncak kenikmatan Iman adalah ketika ia diberikan kenikmatan oleh Allah, namun ia berusaha memprioritaskan amal akheratnya….
رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَىٰ رُسُلِكَ وَلَا تُخۡزِنَا يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ إِنَّكَ لَا تُخۡلِفُ ٱلۡمِيعَادَ 

“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji". ( QS. Ali Imran (3) : 194 ).

Ya Tuhan kami! Kami telah melaksanakan segala perintah-Mu. Kami selalu mengingat-Mu setiap waktu dan setiap keadaan. Kami telah memenuhi seruan Rasul-Mu. Oleh karena itu, ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami apa-apa yang telah Engkau janjikan dengan perantaraan rasul-rasul. Engkau telah menjanjikan kekuasaan di dunia ini dengan firman Engkau:

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, (an-Nur/24:55).

Engkau telah menjanjikan kemenangan dan pertolongan bagi orang yang taat dan menjunjung tinggi agama Engkau, dengan firman-Mu:

Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu (Muhammad/47:7).

Kemudian dalam ayat yang lain Allah berfirman:

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ وَرِضۡوَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (at-Taubah/9:72).

Pada ayat ini Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin baik pria maupun wanita untuk mendapatkan surga sebagai balasan terhadap amalan baik mereka. Surga itu ialah taman yang indah yang penuh dengan kenikmatan yang tak pernah dilihat oleh mata dan tak pernah didengar oleh telinga dan malahan tak pernah terlintas di hati, semua yang dilihat dan didengar asing dan baru sehingga sulit diumpamakan karena tak ada bandingannya di dunia. Taman yang dinaungi pohon-pohon dimana mengalir sungai yang tidak menyerupai sungai-sungai di dunia ini baik warna maupun rasanya; orang-orang yang tinggal di dalamnya akan menetap selama-lamanya; sabda Nabi menerangkan tentang surga:

Pada surga terdapat seratus tingkatan. Allah menyediakannya untuk orang-orang yang berjihad menegakkan agama Allah. Jarak satu tingkat dengan tingkat yang lainnya sebagaimana jarak antara langit dan bumi. Apabila kamu memohon kepada Allah, mintalah surga Firdaus, karena ini adalah surga yang terbaik dan tertinggi yang daripadanya terpancar sungai-sungai surga dan di atasnya Arasy Tuhan. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Manusia terdiri dari jasad dan ruh. Surga dengan segenap isinya memberikan kenikmatan paling tinggi kepada jasmani, dan keridaan Allah memberikan kenikmatan yang paling tinggi kepada rohani manusia. Kedua macam nikmat ini adalah karunia Tuhan yang dijanjikan-Nya kepada mukmin baik pria maupun wanita. Inilah karunia Allah yang merupakan kemenangan yang besar lagi tak ada taranya yang tak akan dapat dicapai kecuali oleh orang-orang beriman dan beramal saleh.

Hal-hal tersebut di atas merupakan kebahagiaan dunia dan akhirat yang sangat kami harapkan dan jangan sekali-kali Engkau hinakan kami pada hari kiamat sesuai dengan firman Engkau:

Pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya (at-Tahrim/66:8).

Semua ini kami mohon dengan segala kerendahan hati, untuk memantapkan pengamalan kami atas segala perintah-Mu, karena dengan demikian kami akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, dan bukan sekali-kali tidak ragu atas segala janji-Mu, karena kami percaya dengan penuh keyakinan bahwa Engkau tidak akan menyalahi janji sedikit pun.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Minggu, 07 Agustus 2022

Hijrah Rezeki: Agar Dipancari Cahaya Al-Qur'an

Tinta Media - Sobat. Selama tiga hari ini kami melaksanakan safari Dakwah di Lombok. Tepatnya ada tiga lokasi yakni di Mataram bertempat di FaveHotel Mataram bertajuk Hijrah rezeki yang dihadiri 300 jamaah calon Umrah Arofahmina. Kemudian di Lombok barat penulis mengisi Motivasi Dakwah temen-temen pengemban dakwah di Kab. Lombok Barat. Besok malamnya dilanjutkan di Kab. Lombok Timur dengan tema Sales Magic for dakwah.

Tulisan kali ini penulis akan berbagi bagaimana agar hidup kita lebih sukses, bahagia serta berkah? Beberapa hal adalah materi yang saya sampaikan pada safari dakwah di Lombok di atas.

Ada tujuh hal yang membuat hidup kita lebih sukses, bahagia dan berkah :
1. Hijrah total
2. Iman yang tebal
3. Taat yang maksimal
4. Tawakal
5. Silaturahim Personal
6. Sedekah Brutal 
7. Dakwah optimal

Sobat. Diantara sifat yang terpenting yang disampaikan Allah kepada orang-orang mukmin tentang Al-Qur'an adalah berkah. Al-Quranlah kitab paling berkah yang diturunkan Allah. Artinya, selama Al-Qur'an menjadi peringatan dan kitab penuh berkah maka mengikuti kandungannya tak diragukan lagi merupakan keberkahan dan meninggalkannya adalah kerugian besar.

Allah SWT berfirman:

كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ 

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shaad (38) : 29 )

Sobat. Allah menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur'an kepada Rasulullah saw dan para pengikutnya. Al-Qur'an itu adalah kitab yang sempurna mengandung bimbingan yang sangat bermanfaat kepada umat manusia. Bimbingan itu menuntun manusia agar hidup sejahtera di dunia dan berbahagia di akhirat. Dengan merenungkan isinya, manusia akan menemukan cara-cara mengatur kemaslahatan hidup di dunia. Tamsil ibarat dan kisah dari umat terdahulu menjadi pelajaran dalam menempuh tujuan hidup mereka dan menjauhi rintangan dan hambatan yang menghalangi pencapaian tujuan hidup. 

Sobat. Al-Qur'an itu diturunkan dengan maksud agar direnungkan kandungan isinya, kemudian dipahami dengan pengertian yang benar, lalu diamalkan sebagaimana mestinya. Pengertian yang benar diperoleh dengan jalan mengikuti petunjuk-petunjuk rasul, dengan dibantu ilmu pengetahuan yang dimiliki, baik yang berhubungan dengan bahasa ataupun perkembangan masyarakat. Begitu pula dalam mendalami petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam kitab itu, hendaknya dilandasi tuntunan rasul serta berusaha untuk menyemarakkan pengalamannya dengan ilmu pengetahuan hasil pengalaman dan pemikiran mereka.

Al-hasan al-Bashri menjelaskan pengertian ayat ini dengan mengatakan, "Banyak hamba Allah dan anak-anak yang tidak mengerti makna Al-Qur'an, walaupun telah membacanya di luar kepala. Mereka ini hafal betul hingga tak satu pun huruf yang ketinggalan. Namun mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Al-Qur'an itu hingga salah seorang di antara mereka mengatakan, "Demi Allah saya telah membaca Al-Qur'an, hingga tak satu huruf pun yang kulewatkan." Sebenarnya orang yang seperti itu telah melewatkan Al-Qur'an seluruhnya, karena pengaruh Al-Qur'an tidak tampak pada dirinya, baik pada budi pekerti maupun pada perbuatannya. Demi Allah, apa gunanya ia menghafal setiap hurufnya, selama mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Allah. Mereka itu bukan ahli hikmat dan ahli pemberi pengajaran. Semoga Allah tidak memperbanyak jumlah orang yang seperti itu."
 
 
Ibnu Mas'ud mengatakan: Orang-orang di antara kami apabila belajar sepuluh ayat Al-Qur'an, mereka tidak pindah ke ayat lain, sampai memahami kandungan sepuluh ayat tersebut dan mengamalkan isinya.(Riwayat Ahmad)

Sobat. Al-Qur'an adalah cahaya dan mengikuti cahayanya adalah keberuntungan dan keberkahan. Adapun yang dimaksud mengikuti cahaya Al-Qur'an adalah mengamalkan kandungan-kandungan yang  yang ada di dalamnya, berjalan di belakangnya, menuruti ketentuan hokum-hukumnya dan segala sesuatu, serta tidak keluar sedikitpun darinya. Dalam arti kita harus berpegang teguh terhadap ajaran, adab, akhlak dan perintahnya, serta menjauhi larangannya.

Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَكُم بُرۡهَٰنٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ نُورٗا مُّبِينٗا  

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur'an). (QS. An-Nisa’ (4) : 174)

Ayat ini menyerukan kepada semua manusia di dunia dan menyatakan bahwa telah datang kepada mereka berbagai keterangan yang jelas dari Tuhan, dikuatkan oleh dalil-dalil dan alasan-alasan yang nyata dan benar, yang dibawa oleh seorang nabi dan rasul-Nya, yang "ummi" yang tidak pandai tulis baca. Keadaan buta huruf itu saja sudah menjadi bukti yang kuat atas kenabian dan kerasulannya atas kebenaran agama yang dibawanya yang mempunyai peraturan-peraturan dan hukum-hukum untuk mengatur kehidupan manusia di dunia dan memberikan petunjuk berupa ibadah dan amal saleh untuk mencapai kebahagiaan di akhirat.

Bagaimana seorang ummi yang tidak pernah belajar di sekolah apalagi untuk membaca buku-buku, dan tidak pernah di masa kanak-kanak dan di masa mudanya mengikuti langkah-langkah dan kebiasaan-kebiasaan anak dan pemuda-pemuda di masanya, tidak pernah menghadiri malam-malam senda gurau, malam-malam panjang biasa mereka berceritera dan bercengkerama mengenai adat istiadat, sejarah nenek moyang, dan kejadian-kejadian penting di kalangan mereka, seperti peperangan, permusuhan dan lain sebagainya dapat menceritakan sesuatu yang berharga dan tinggi nilainya?

Bagaimana seorang ummi yang demikian keadaannya akan dapat membawa suatu kitab (Al-Qur'an) yang di dalamnya terdapat syariat yang mulia dan amat tinggi nilainya, dibawakan dengan gaya bahasa yang amat tinggi pula mutunya yang sepanjang zaman tidak dapat ditiru dan ditandingi (al-Baqarah/2:23, Yunus/10:38, Hud/11:13 dan al-Isra/17:88) oleh pujangga-pujangga bagaimanapun besarnya. Ini adalah suatu tanda dan bukti atas kebenaran agama yang dibawanya, bahkan tidak ada orang yang dapat membantah bahwa Al-Qur'an itu adalah suatu mukjizat yang abadi yang selalu dapat menguatkan dan membenarkan agama yang dibawanya itu. 

Maka Allah menamakan Al-Qur'an itu cahaya yang terang benderang yang memberi petunjuk kepada manusia, mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik kepada cahaya iman (al-Baqarah/2:257) dan menegakkan dasar-dasar tauhid yang telah menjadi tugas para rasul sebelum Muhammad saw. 

Para rasul sebelumnya telah menyeru umatnya dengan bersungguh-sungguh kepada agama tauhid dan telah banyak pula pengikut mereka. Tetapi ternyata sesudah mereka meninggal, para pengikut itu telah merusak dasar-dasar tauhid itu dengan mencampuradukkannya dengan beraneka ragam kemusyrikan seperti menyembah berhala, menyembah bintang dan matahari bahkan menyembah arwah-arwah dengan memujanya dan memanjatkan doa kepadanya. 

Akhirnya manusia terjerumus ke lembah syirik dan hanyut dibawa arus berbagai macam paham yang sesat dan menyesatkan sehingga mereka kehilangan pedoman dan tidak tahu lagi mana yang baik mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Dalam keadaan gelap gulita seperti inilah Al-Qur'an diturunkan sebagai cahaya yang menerangi mereka sehingga manusia dapat berpikir kembali dan menyadari bahwa jalan yang mereka tempuh selama ini adalah jalan salah yang membawa kepada kerusakan dan keruntuhan. Dalam ayat lain Allah berfirman:

"Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sungguh Allah Maha Penyantun Maha Penyayang" (al-hadid/57:9).

Dengan demikian jelaslah bahwa Nabi Muhammad saw, yang ummi pembawa syariat yang sempurna untuk kebahagiaan dunia dan akhirat tidak mungkin bukan seorang nabi dan utusan Allah. Dan jelas pulalah bahwa Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya bukan buatannya, tetapi benar-benar wahyu dari Tuhan semesta alam.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Kamis, 14 Juli 2022

Menciptakan Magnet Rezeki Ilahi

Tinta Media - Sobat. Allah-lah  yang menjamin dan yang memberikan rezeki. Ingatlah firman-Nya, “ Dan di langit rezeki kalian  semua dan apa-apa yang dijanjikan kepada kalian ( QS. adz-Dzariyat : 22 ). Demikian juga dalam firman-Nya :

۞وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلّٞ فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ 
 (٦)

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” ( QS. Hud (11) : 6 )

Sobat. Binatang-binatang yang melata, yang hidup di bumi yang meliputi binatang yang merayap, merangkak, atau pun yang berjalan dengan kedua kakinya, semuanya dijamin rezekinya oleh Allah. Binatang-binatang itu diberi naluri dan kemampuan untuk mencari rezekinya sesuai dengan fitrah kejadiannya, semuanya diatur Allah dengan hikmat dan kebijaksanaan-Nya sehingga selalu ada keserasian. Jika tidak diatur demikian, mungkin pada suatu saat ada binatang yang berkembang-biak terlalu cepat, sehingga mengancam kelangsungan hidup binatang-binatang yang lain, atau ada yang mati terlalu banyak, sehingga mengganggu keseimbangan lingkungan. Jika ada sebagian binatang memangsa binatang lainnya, hal itu adalah dalam rangka keseimbangan alam, sehingga kehidupan yang harmonis selalu dapat dipertahankan.

Sobat. Allah mengetahui tempat berdiam binatang-binatang itu dan tempat persembunyiannya, bahkan ketika masih berada dalam perut induknya. Pada kedua tempat itu, Allah senantiasa menjamin rezekinya dan semua itu telah tercatat dan diatur serapi-rapinya di Lauh Mahfudh, yang berisi semua perencanaan dan pelaksanaan dari seluruh ciptaan Allah secara menyeluruh dan sempurna.

Sobat. Sebabnya Rezeki hanya satu semata-mata datang dari Allah. Maka kita harus yakin dan tidak usah khawatir. Namun al-hal ( Kondisi ) bagaimana kita menjemput rezeki adalah pilihan dan kewajiban kita karena disitulah ladang ikhtiar dan amal sholeh kita.

Ketahuilah, kita telah dibekali  oleh Allah dengan fitur-fitur rezeki yang tak ternilai harganya. Sadarilah bahwa kita memiliki  modal kekayaan yang tak ternilai harganya.

Bersyukurlah ! dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah modal terbesar yang Anda Miliki. Bersyukurlah Anda memiliki sepasang tangan yang bisa dipergunakan untuk berkarya dan menghasilkan Uang.
Bersyukurlah ! Anda dibekali sepasang kaki untuk menjemput rezeki.
Bersyukurlah Anda dibekali sepasang mata untuk melihat Peluang.
Bersyukurlah ! Anda dibekali sepasang telinga untuk mendengar kesempatan.
Bersyukurlah ! Anda juga dibekali sepasang otak untuk berpikir kritis dan Kreatif.
Bersyukurlah ! Bersyukurlah! dan Bersyukurlah !

Sobat. Berikut ini bagaimana kita menciptakan magnet rezeki Ilahi :

1. Kesehatan  Modal Kekayaan Utama. Orang yang sehat sesungguhnya  adalah  orang yang kaya  meskipun  tak memiliki  materi. Sebaliknya orang kaya yang sakit  sesungguhnya dia miskin  meskipun banyak memiliki materi. Karena materinya belum tentu  bisa membeli kesehatannya seperti semula. Bila saat ini anda diberi kesehatan maka bersyukurlah berarti Anda punya modal kekayaan yang utama. Seberapa pun kekayaan yang Anda miliki, jika harus berbaring lemas dan tak berdaya, maka kekayaan yang melimpah ruah  sudah tidak berharga lagi.

2. Ide-ide kreatif tambang emas yang tak pernah habis. Sesungguhnya Allah telah memberikan  berbagai macam kelebihan  kepada manusia. Yang apabila kelebihan-kelebihan dikenal dan dimanfaatkan  secara maksimal fungsinya, maka akan mampu  menarik berbagai  macam  kelimpahan. Salah satunya adalah daya imajinasi dan kreativitas. Daya imajinasi dan kreativitas  itu sumber  sekaligus modal  kekayaan dan kelimpahan. Milikilah ide-ide kreatif  yang akan membuat anda dibayar  mahal. Orang-orang kreatif  memiliki  aset kekayaan  yang sangat bernilai , bergantung apakah  ia benar-benar  mampu menjual  ide-idenya atau tidak?

3. Kejujuran  itu kekayaan yang teramat mahal. Kejujuran  merupakan magnet rezeki  yang akan menarik  berbagai potensi  rezeki di sekelilingnya. Lihatlah bagaimana kunci kesuksesan Rasulullah SAW berbisnis hanya satu, lantaran kejujuran. Jika Anda sudah menjadikan kejujuran sebagai modal  utama  meraih kelimpahan, maka Anda telah  berhasil  memiliki kekayaan dan kelimpahan itu.

4. Nama baik itu sangat penting. Nama baik adalah  reputasi  atau  track record Anda  untuk bisa dipercaya. Ingat  nilai kepercayaan adalah segala-galanya! Dengan nilai reputasi yang baik Anda akan dikenal  sebagai orang yang baik dan tepercaya. Semakin banyak  orang yang mengenal  dan memercayai Anda, maka semakin terbukalah  kesempatan  Anda untuk meraih  berbagai macam kemudahan dan jalan rezeki.

5. Keberuntungan Mengalahkan Kecerdasan. Bertemunya antara peluang dan kesiapan  adalah  keberuntungan. Keberuntungan hidup hanya bisa dicapai  dan diciptakan  dengan kekuatan spiritual atau sejauh mana kedekatan seseorang dengan  Allah. Disinilah peran doa mengatasi kekuatan usaha dan ikhtiar.

6. Ketenangan dan ketentraman batin. Kebahagiaan itu letaknya di dalam hati. Ada banyak orang kaya  yang justru mengidap penyakit hati. Hidupnya berantakan, problematikanya menumpuk, jiwanya kosong, batinnya dihantui perasaan resah dan gelisah.  Ketenangan hati itu diperoleh karena ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya untuk meraih ridho-Nya. 

7. Kekayaan Finansial  hasil dari 6 Kekayaan sebelumnya. Banyak orang yang lupa, bahkan  tidak tahu, bahwa kekayaan finansial bukanlah yang utama. Justru, kekayaan finansial simpul dari kekayaan-kekayaan sebelumnya. 

Sobat. Jadi ketika kita berbicara tentang kekayaan, kita tidak sepenuhnya  membahas tentang kekayaan finansial atau uang semata. Di balik Kekayaan materi ada kekayaan  yang juga tidak kalah  bernilainya. 

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
 Penulis  Buku Gizi Spiritual dan Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti LIrboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab