Tinta Media: perairan
Tampilkan postingan dengan label perairan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perairan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 September 2024

Ironi, Krisis Air Bersih di Negara Perairan


Tinta Media - Air yang merupakan inti kehidupan masyarakat menjadi hal yang langka hari ini. Jikapun ada, masyarakat harus membelinya dengan harga tertentu. Hal ini menjadi beban tersendiri bagi masyarakat secara umum. Oleh karena itu, TNI Kodim 0624 berkolaborasi dengan PT Geo Dipa Energi membangun penampungan air bersih di wilayah Pasir Jambu,  Desa Tenjolaya, Kabupaten Bandung. Bantuan tersebut disambut gembira oleh masyarakat karena sangat bermanfaat bagi warga sekitar dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya sesuai kebutuhan.

Bantuan saluran air bersih ini menjadi suatu kebanggaan bagi Kepala Desa Tenjolaya Ismawanto Sumantri.  Ismawanto mengimbau kepada warga penerima manfaat agar dapat menjaga dan memelihara saluran air bersih yang selama ini sangat sulit untuk didapatkan. Tak lupa, Ismawanto mengucapkan terima kasih kepada Dandim 0624, Danramil, dan juga PT Geo Dipa Energi atas program bantuan pembangunan saluran air bersih untuk warga masyarakat Desa Tenjolaya.

Apresiasi yang diberikan oleh pemerintah atas sumbangsih perusahaan Geo Dipa Energi dalam memberikan sarana penampungan air bersih sama halnya dengan apa yang dilakukan di daerah Suka Manah Pasir Jambu, yaitu adanya wisata edukasi keselamatan diri pada anak-anak yang tinggal di sekitar wilayah eksplorasi panas bumi yang dikelola oleh Geo Dipa Energi. Apresiasi tersebut berupa ucapan terima kasih atas program-program yang dilakukan oleh PT Geo Dipa Energi yang dalam hal ini seakan telah membantu masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan air bersih. 

Pemerintah boleh berbangga hati. Masyarakat pun boleh bergembira atas upaya yang dilakukan Geo Dipa Energi ini. Akan tetapi, perlu dicermati dengan lebih rinci bahwa apa yang dilakukan oleh PT Geo hanya sekadar untuk meraih simpati masyarakat semata. Sebab hakikatnya, pengelolaan air secara besar-besaran itu menjadi tanggung jawab negara dan hasilnya diberikan kepada rakyat secara merata.

Di Indonesia sendiri, ketersediaan air bersih bagi masyarakat sangat sedikit, padahal Indonesia terkenal sebagai negara perairan. Semua terjadi karena kelestarian lingkungan tidak dijadikan sebagai prioritas utama di dalam pengembangan pembangunan, usaha, dan bisnis yang berdampak pada kerusakan lingkungan, seperti pencemaran. 

Banyak desa ataupun kelurahan mengalami pencemaran air, termasuk Kabupaten Bandung yang merupakan wilayah industri. Sungai Citarum di Kabupaten Bandung adalah yang paling tercemar. Sungai tersebut sangat kotor, dipenuhi berbagai sampah plastik baik dari rumah tangga ataupun limbah pabrik. 

Penyebab lain dari kelangkaan air bersih adalah penebangan hutan demi perluasan lahan dengan membakar area hijau. Ini semakin menambah masalah penyediaan air bersih. Masih banyak lagi masalah-masalah lingkungan yang mengakibatkan kelangkaan air bersih. 

Ironisnya, berbagai kebijakan yang ditetapkan dinilai senantiasa pro terhadap kalangan pemodal yang memiliki kepentingan bisnis, sehingga mereka lebih leluasa untuk memprivatisasi sumber-sumber air. Maka, terjadilah siklus air yang tidak normal karena diangkut dengan truk pengangkut galon air, bukan mengalir mengikuti aliran air. 

Oleh sebab itu, masalah ketersediaan air tidak akan selesai hanya dengan sumbangsih para pengusaha. Apalagi jika masyarakat merasa bangga dengan kontribusi para pengusaha-pengusaha yang sejatinya membungkam mulut kita agar tak bersuara terkait masalah yang terjadi sesungguhnya.

Sudah jelas termaktub dalam UU terkait air bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Dalam arti, air tidak dapat dimiliki atau dikuasai oleh perseorangan, kelompok masyarakat, ataupun badan usaha. Namun realitasnya, sumber air diprivatisasi dan investasinya terus digencarkan untuk memiliki hak pengelolaan bagi para pemilik modal. 

Inilah kesalahan besar dalam sistem kapitalisme yang berasaskan pada manfaat belaka. Negara seakan menjadi pedagang yang mencari untung besar, bukan menjadi pelayan bagi rakyat.

Sementara, Islam sebagai agama yang paripurna mempunyai solusi untuk berbagai permasalahan kehidupan dengan tepat, termasuk krisis air atau keterbatasan ketersediaan air untuk masyarakat. 

Pengelolaan air akan dilakukan sesuai dengan aturan Allah Swt. Mulai dari pengelolaan sumber daya air, distribusi, pelayanan yang berkelanjutan sesuai dengan teknologi yang mutakhir, serta pemberdayaan SDM yang kompeten. 

Negara dalam sistem Islam bertanggung jawab dalam pemenuhan seluruh urusan rakyat. Dalam hal pemenuhan air bersih, negara akan mengelola mata air hingga hasilnya dinikmati oleh seluruh rakyat secara gratis.

Pengelolaannya dimulai dari tahapan menjaga stabilitas dan kontinuitas suplai air, seperti menjaga konservasi alam, sanitasi, hingga program pengelolaan air lainnya. Di antaranya, mendirikan industri air bersih, memanfaatkan berbagai kemajuan sains dan teknologi. dsb. 

Walhasil, hanya Islam saja yang mampu memberikan solusi pada setiap permasalahan kehidupan, dengan menerapkan sistem Islam pada seluruh aspek kehidupan di bawah sebuah institusi, yaitu khilafah 'alaa minhajin nubuwwah. Wallahu'alam bisshawab.



Oleh: Tiktik Maysaroh 
(Aktivis Muslimah Bandung)

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab