Tinta Media: penumpukan sampah
Tampilkan postingan dengan label penumpukan sampah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penumpukan sampah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 November 2023

Solusi Penumpukan Sampah di TPS, Pasar, dan Pinggir Jalan Soreang



Tinta Media - Di sejumlah titik, di Soreang, Kabupaten Bandung, terdapat beberapa tempat pembuangan sampah (TPS) liar. Bahkan, TPS liar ini hampir menghiasi sepanjang jalan Gading Tutuka.

Dalam pantauan Jabar Ekpres, Rabu (11/ 10/ 2023), TPS liar yang ada di seberang gapura Kampung Cipeer, Desa Cingcin, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung Jawa Barat, sampah ini menghiasi jalan hingga 7 meter dan memakan jalan protokol.

Warga Kampung Cipeer, Sugih Yuardi (34) mengatakan bahwa TPS liar itu terjadi akibat keterlambatan armada pengangkutan sampah. 

"Sudah tidak aneh, memang selalu seperti itu di sini. Yang membuang juga bukan warga sini saja, tapi ada warga lain yang ikut membuang di sini," ujar Sugih ( 11/10/2023 ).

Salah satu penyebab terjadinya penumpukan sampah di pasar adalah kurangnya kesadaran dari pedagang dan pembeli mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Terkadang pedagang lebih memilih untuk membuang sampah sembarangan di tempat yang tidak sesuai, seperti di trotoar atau di pinggiran jalan. Pembeli pun sering kali tidak membuang sampah pada tempatnya sehingga sampah menumpuk di pasar.

Sampah adalah barang yang berupa sisa aktivitas dan konsumsi manusia. Semakin banyak konsumsi yang dilakukan masyarakat, maka semakin banyak sampah yang dihasilkan.

Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan karena dapat mencemarkan lingkungan sehingga menimbulkan berbagai penyakit. Sampah merupakan tempat berkembangnya bakteri dan hewan pembawa penyakit, seperti nyamuk. Sampah yang menumpuk juga dapat menyebabkan bencana alam. Misalnya, sampah yang menumpuk dan menyumbat di sungai atau saluran air dapat menimbulkan genangan sehingga menyebabkan banjir. 

Sampah yang menumpuk dan berceceran sebagian besar didominasi sampah rumah tangga yang dibungkus kantung plastik, seperti popok bekas, bangkai tikus, bahkan kasur-kasur bekas, dan lain sebagainya. Ketika musim hujan datang, maka sampah-sampah tersebut bertebaran di lingkungan penduduk, juga di sepanjang jalan raya karena terbawa oleh genangan air sungai yang meluap sampai ke badan jalan. Sehingga, dalam waktu singkat, terjadi banjir di badan jalan.

Kurangnya kesadaran masyarakat akibat sistem yang berlaku saat ini, yaitu sistem buatan manusia (demokrasi kapitalis) membuat manusi menjadi individualis, lebih mementingkan masalahnya masing-masing. Sistem ini juga melahirkan masyarakat yang konsumtif, terbiasa belanja barang banyak, bahkan untuk  barang yang tidak pernah dibutuhkan. Dampaknya adalah volume sampah semakin besar. Budaya ini diperkuat oleh para kapitalis yang mendorong masyarakat menjadi lebih konsumtif. 

Solusi yang harus dilakukan saat ini adalah menerapkan syari'at Islam. Ini karena dalam Islam, masyarakat akan disadarkan bahwa Islam adalah agama yang mencintai kebersihan. 

Dengan begitu masyarakat pun akan saling menegur, mengingatkan, dan menasihati dalam kebaikan sehingga tidak ada masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Sanksi yang diberlakukan akan membuat efek jera ketika syari'at Islam diterapkan. Suasana keimanan pun akan didapatkan. Negara juga bisa kerjasama dengan individu dan masyarakat di semua aspek kehidupan.Wallahu a'lam.

Oleh: Dedeh
Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab