Tinta Media: pengabdian
Tampilkan postingan dengan label pengabdian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pengabdian. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Februari 2024

Menulislah untuk Mengabadikan Sejarah Perjuangan Kebenaran Islam



Tinta Media - Maukah kalian seperti ulama-ulama pejuang terdahulu yang tulisannya bisa sampai kepada generasi kita hari ini? Bahkan, kita semua masih bisa membayangkan karya ulama-ulama ini akan tetap dikaji sampai akhir zaman. Nama-nama mereka abadi dalam karya-karya tulisannya dengan kitab yang berjilid-jilid. Kita bisa mengikuti jejak-jejak mereka yang menghabiskan banyak waktu untuk berkarya dengan menulis. Mengabadikan nama mereka meskipun hari ini mereka telah meninggal dunia. 

Meskipun kita tahu bahwa kita tidak akan bisa menyamai derajat para ulama terdahulu, tapi minimal kita mengarahkan segala kemampuan kita untuk perjuangan kebenaran Islam. Kebenaran Islam di era modern ini mulai meredup, banyak umat Islam meninggalkan ajaran Islam karena dianggap tidak sesuai dengan zaman. Fenomena ini dibuktikan dengan banyaknya kaum muslim yang disibukkan dengan gadgetnya dibanding dengan Al-Qur’an. Lebih suka nongkrong lama-lama di kafe daripada di majelis ilmu. Sibuk membicarakan aib seseorang dan luput membicarakan persoalan umat. 

Fenomena dan kejadian seperti itu bisa memberikan keresahan dalam hati, jikalau kalian merasakan dan menyadari bahwa hal inilah yang membuat umat islam itu kelihatan lemah, sibuk dengan dunia. Pikiran mereka hanya sebatas memuaskan perasaan, mengenyangkan perut, menghilangkan dahaga dan membasahinya dengan minuman yang mahal. Pikiran itu tidak dikerahkan untuk memikirkan umat, memberi makan rakyat yang sengsara, menyantuni umat yang tidak mampu sekedar untuk merasakan yang namanya kekenyangan. Ini sangat miris! 

Tidak Peduli

Sejujurnya kita memasuki tahun-tahun yang penuh dengan kesedihan. Kaum muslim yang begitu banyak namun kekuatan mereka tak ubahnya seperti buih di lautan. Pembantaian manusia yang terjadi untuk ke sekian kalinya. Mereka adalah makhluk yang memiliki kemerdekaan untuk hidup, hak untuk hidup sebagai manusia normal. Sama seperti kita yang hidup dalam ketenangan dan ketenteraman tanpa ancaman senjata yang mematikan. Yang lebih menyedihkan lagi mereka adalah saudara seiman kita yang dibombardir hampir setiap saat, di mana kita hari ini? Tidak ada yang menolong mereka, meskipun teriakan mereka begitu jelas kita dengar, dunia juga mendengar mereka tapi tidak ada sampai saat ini yang mau menolong mereka. 

Sampai saat ini mereka hanya bertahan, meskipun kita tahu mereka juga punya titik kesabaran dan kelemahan layaknya manusia normal. Tidak tersentuhkah hati kita melihat mereka untuk sekedar makan saja sangat sulit, kekurangan air minum, penyakit yang bisa mudah menyerang mereka, peralatan kesehatan yang tidak tersedia. Kematian begitu dekat dengan mereka. 

Saat ini tidak ada lagi alasan untuk tidak melakukan apa-apa. Saudara-saudara seiman kita di Gaza mengorbankan nyawa mereka untuk menjaga kemuliaan Baitul Maqdis. Mereka rela sengsara untuk itu semua, atas dasar keyakinan yang kokoh segalanya mereka korbankan. Predikat khairuh ummah diupayakan oleh umat Islam di Gaza. 

Tak terhitung jumlah anak-anak, lansia, wanita yang meninggal dunia dengan cara dibombardir oleh Zionis Yahudi la’natullah‘alaih. Kelakuan mereka bukan lagi sekedar membunuh tetapi telah melakukan genosida terhadap bangsa Palestina. Kelakuan yang sungguh sangat biadab dan mereka tidak pantas lagi untuk disebut sebagai manusia. 

Sampai kapan pun kemunduran umat Islam akan terus berlanjut, jika kita mengabaikan dan memilih tidak peduli. Perjuangan kebenaran Islam harus dilakukan jika ingin mengakhiri penderitaan ini. Agar tragedi di Gaza bisa dimenangkan oleh umat Islam, kita tidak boleh hanya berdiam diri. 

Memang benar, kita tidak mungkin berjuang mengangkat senjata untuk menolong mereka di sana. Bangsa muslim yang dekat dengan mereka pun tidak bisa berbuat demikian, apalagi kita yang di timur jauh. Di sisi lain, tidak adanya seorang pemimpin umat Islam yang bisa didengarkan ucapannya yang menjadi pemimpin umat Islam seluruh dunia untuk memerintahkan jihad. Namun ada satu hal yang bisa kita lakukan, yaitu menulis untuk mengabadikan perjuangan kebenaran Islam hingga meraih kemenangan. Dan Allah SWT. menurunkan pertolongan atas upaya kita yang sungguh-sungguh memperjuangkan syariat Islam. 

Ayo Menulis!

Seorang muslim yang menyadari akan kewajibannya untuk berdakwah, bisa memilih cara dakwah dengan menulis. Dia perlu memaksimalkan kemampuan menulisnya agar mudah dipahami oleh pembaca. Menyadarkan mereka yang tidak tahu persoalan umat hari ini. Mengupayakan semaksimal mungkin pembaca tidak salah paham dengan berita-berita keliru yang dipublikasikan. 

Insyaallah tulisan itu akan menjadi amal jariyah yang akan menyelamatkan kita di akhirat kelak. Yakinlah tulisan itu akan tetap hidup meskipun penulisnya telah meninggal dunia. Apalagi tulisannya mengajak pada kemuliaan dan kemenangan Islam, yang mengajak manusia untuk menggapai rida Tuhan seluruh alam (Allah SWT). 

Jika kita menggunakan jalan ini untuk berdakwah, Insyaallah nama kita akan tetap abadi di dunia karena dakwah tulisan yang sudah tersebar luas. Sekalipun nantinya kita telah meninggalkan dunia tulisan itu akan tetap ada dan menjadi kebaikan yang terus mengalir. Kita berdoa kepada Allah SWT semoga ini menjadi amal jariyah, siapa pun yang mengambil jalan ini khususnya untuk menyadarkan umat dan membangunkan mereka dari tidur yang lama. 

Ulama-ulama terdahulu yang namanya kita kenal hingga hari ini, bukankah kita mengenal mereka lewat tulisan-tulisan dan kitab-kitab mereka yang terkenal? Yang memberikan manfaat yang luar biasa sehingga dirasakan seluruh kaum muslim di seluruh dunia. Tulisan mereka itulah yang telah menerangi jalan kegelapan manusia dengan cahaya peradaban yang mulia nan agung, khususnya untuk kaum muslimin. Lanjutkan perjuangan Islam untuk meraih kemenangan. 

Oleh: La Ode Abdul Salam 
Sahabat Tinta Media

Selasa, 08 Agustus 2023

UIY: Jabatan Itu Pengabdian


 
Tinta Media – Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan bahwa  jabatan itu pengabdian.
 
“Jabatan itu pengabdian. Tapi itu jika anda masih kokoh berpegang pada ungkapan, the end does not justify the means (tujuan tak boleh menghalalkan segala cara),” tuturnya di akun TikTok pribadinya, Kamis (27-7-2023).
 
Tapi, kata UIY, itu masa lalu, sekarang justru era berkebalikan dari itu, the end justify the means (tujuan menghalalkan segala cara).
 
“Akibat dari tidak berjalannya sistem jabatan itu untuk pengabdian, akan muncul politikus yang demagog, yaitu penguasa yang pandai menghasut dan membangkitkan semangat rakyat untuk dirinya memperoleh kekuasaan,” ujarnya.
 
Menurutnya penguasa semacam ini akan  merayu masyarakat dengan beribu wajah, sebanyak wajah yang diharapkan rakyat.
 
Berbahaya

UIY mengingatkan bahwa  politikus demagog sangat berbahaya bagi sistem pemilihan kepemimpinan karena menghalalkan segala cara dan tipu daya serta selalu mencari kambing hitam atas segala masalah.
 
“Dalam agama, profil demagog  itu tampak jelas pada kisah Fir’aun dan rezimnya. Disana ada Haman menteri segala urusan. Ada juga Qorun pengusaha rakus,” ucapnya memberi contoh.
 
Politikus demagog lanjut UIY,  mempunyai sifat sewenang-wenang, menindas, tidak berorientasi kebahagiaan rakyatnya, tapi hanya mengejar kepentingan diri, keluarga dan kroninya.
 
“Obsesinya hanya pada pembangunan infrastruktur (dzil autaadi)  itu seperti yang disebut dalam Al-Qur’an. Jangan salah, bukan infrastruktur untuk rakyat, tapi untuk diri dan kroni,” tukasnya.
 
UIY menegaskan, jabatan di dalam Islam itu untuk pengabdian kepada masyarakat. Untuk menciptakan sebuah negara maju yang mendapat berkah  dan ampunan Allah Swt.
 
“Negara yang dikuasai oleh para pejabat demagog  sama sekali tak bisa diharapkan. Visi baldatun  thoyyibatun warobbun ghofuur (ditangan pejabat demogog), bagaikan ilusi,” tutupnya. [] Triyono.
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab