Tinta Media: pejuang
Tampilkan postingan dengan label pejuang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pejuang. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 Desember 2023

Hamnah binti Jahsy, Sosok Muslimah Pejuang Generasi Awal



Tinta Media - Berbekal keimanan yang kuat, Hamnah binti Jahsy termasuk sosok wanita yang berjuang dalam menegakkan panji-panji agama Islam. Narator Muslimah Media Center (MMC) menyebut bahwa Hamnah turut berjuang di medan perang Uhud bersama 13 perempuan lainnya. Perjuangan tersebut disertai dengan kesabaran yang luar biasa yang sudah seharusnya ada pada diri orang mukmin. 

“Beginilah gambaran muslimah generasi awal yang telah terlibat secara aktif dalam pergerakan dakwah dan jihad bersama kaum muslim lainnya,” ujarnya dalam video Inspiring Woman: Teladan Istri Mush'ab bin Umair dalam Perjuangan Islam, pada kanal YouTube Muslimah Media Center, Jumat (8/12/2023). 

Dikatakan, para muslimah ini bertugas di belakang pasukan Islam. "Tugas mereka tidak kalah penting yakni memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran lalu mengobati luka tersebut," ungkapnya. 

Pada perang inilah, lanjutnya, Hamnah harus rela kehilangan suami tercintanya, Mush'ab bin Umair, yang syahid. Tidak hanya itu ia juga kehilangan paman dan saudara laki-lakinya. 

“Meski kehilangan keluarga saat bertempur di Perang Uhud, Hamnah binti Jahsy tidak emosi atau bahkan mengeluh dengan perasaan yang sedih. Ia tetap berusaha untuk ikhlas dan rela menerima takdir tersebut,” ungkapnya betapa kuatnya iman Hamnah. 

Tempaan Rasulullah

Dijelaskan narator, keterlibatan para muslimah dalam perjuangan Islam di Makkah maupun Madinah sejatinya tidak lepas dari pemahaman yang utuh terhadap Islam. "Mereka memahami bahwa Islam bukan sekedar agama ritual tetapi sebuah ideologi yang akan memancarkan cahayanya untuk menerangi umat manusia di seluruh dunia," ujarnya. 

“Ideologi Islam yang menancap dalam diri mereka telah mendorongnya untuk terlibat dalam amal dakwah bahkan jihad,” jelasnya. 

Dan pemahaman yang seperti itu, lanjutnya, tidak didapatkan kecuali melalui pembinaan Islam atau tasqif yang telah ada sejak masa awal kemunculan Islam, bahkan pembinaan Islam itu semakin masif diadakan oleh Rasulullah Saw setelah hijrah ke Madinah. 

“Inilah yang harus dilakukan oleh para muslimah hari ini, yakni membina diri dengan pemikiran dan pola sikap Islam hingga terbentuk syakhsiyah Islam atau kepribadian Islam dalam diri mereka,” tegasnya. 

Para muslimah, bebernya, juga tidak boleh memisahkan diri dari perjuangan umat Islam secara keseluruhan. Jika hari ini negeri-negeri Islam belum diatur oleh aturan Islam dalam bingkai bermasyarakat dan bernegara, maka inilah yang harus menjadi arah perjuangan muslimah. 

“Kesadaran politik Islam ini akan mendorong para muslimah untuk mendakwahkan Islam sebagai way of life di tengah-tengah umat hingga Allah memberikan pertolongannya dengan tegaknya kehidupan Islam yang telah dijanjikan,” pungkasnya. [] Langgeng Hidayat

Selasa, 14 November 2023

Podcast DC dan Arrazy tentang Konflik Palestina, Infuencer: Membuat Orang Jadi Ragu


 
Tinta Media - Infuencer Dakwah Aab Elkarimi menyesalkan podcast Deddy Corbuzier (DC) dan Arrazy Hasyim yang membahas terkait konflik Palestina, justru membuat orang jadi ragu.
 
“Ketika seluruh dunia peduli, satu suara untuk Gaza, pembicara podcast malah membuat orang  yang tidak tahu jadi ragu, orang yang mendukung pejuang jadi panas, dan orang yang mendukung teroris Zionis malah mendapat pembenaran,” sesalnya dalam video:  Warganet Ramai-Ramai Kecam Podcast Deddy Corbuzier dan Buya Arrazy, Why? di kanal Youtube Justice Monitor, Rabu (9/11/2023).
 
Aab mengibaratkan pembicara dalam podcast itu seperti orang yang hidup pada saat Belanda menyerang Surabaya. Orang itu, lanjutnya, sibuk membongkar konflik internal Bung Tomo dan konflik pejuang lain, tanpa mengarahkan telunjuknya ke penjajah, tapi mengaku peduli Indonesia merdeka.
 
Menurutnya, pembicara pada podcast tersebut membangun pendapat dengan pertama kali berlindung di balik tameng bahwa pembicara tidak membenci Hamas, Fattah, hanya peduli Palestina.
 
“Sementara mulutnya limis banget mengulang-ulang soal konflik internal pejuang Gaza dan donasi yang enggak sampai. Dua poin itu aja yang terus diulang. Gue sampai enggak percaya, kok ada orang yang tega bermain opini kayak gini di tengah korban yang udah mencapai 10.000 lebih,” sedihnya.
 
Ia juga menyatakan, narasi ini senada dengan si Abu Janda yang terus mengkampanyekan waspada donasi, tapi dia pula yang bangga dan akrab dengan yang ngabisin nyawa wanita dan anak-anak di Gaza. “ Astagfirullah!” pungkasnya.[] Irianti Aminatun.

Sabtu, 04 November 2023

Santri, Dulu hingga Kini Tetap Pejuang Sejati



Tinta Media - Peran besar santri akan tetap terukir abadi di negeri ini dalam mengusir penjajah. Aksi heroik mereka bersama para kyai, rakyat, dan elemen masyarakat yang lain terekam jelas mampu menggentarkan penjajah hingga hengkang dari bumi pertiwi.

Yang tak bisa dilupakan, ada sosok di balik gagahnya para santri mengusir penjajah, yaitu Syekh Hasyim Asy’ari yang mengobarkan resolusi jihad tanggal 22 Oktober di Surabaya untuk menghadapi penjajah hingga titik darah penghabisan. Dengan semangat ruh jihad, para santri berjuang membela tanah kelahiran yang diinjak-injak para penjajah serta anteknya. Ini adalah harga mati, sekalipun harus mengorbankan nyawa.

Inilah perjuangan sejati para santri ketika ada musuh di hadapannya, tak gentar meski senjata lawan lebih canggih. Dengan kekuatan iman dan pemahaman mereka tentang keutamaan jihad, para santri mampu membuat kocar-kacir para penjajah. Kekuatan jihad santri mampu menggentarkan pasukan sekutu untuk mundur dari Surabaya serta bumi pertiwi.

Perjuangan Masih Panjang

Kini, ketika penjajahan fisik sudah tidak ada lagi, sejatinya ada penjajahan gaya baru yang mendominasi negeri ini. Jika dulu mereka menggunakan senjata, maka hari ini penjajahan dalam bentuk lain, lewat kebijakan dalam segala bidang. Di negeri mayoritas muslim ini, yang diterapkan adalah ekonomi kapitalis, pendidikan yang berorientasi provit, pergaulan liberal tanpa mau diatur agama, politik Machievelis, yaitu untung rugi, dan lainnya. Itulah produk penjajah dengan landasan sekularisme, memisahkan agama dari pengaturan urusan kehidupan. 

Akibatnya, tatanan kehidupan kacau dan kesempitan hidup mendera. Itu semua karena negeri ini tidak patuh terhadap syariat Sang Pencipta. Mereka lebih tunduk pada para pemodal atau penjajah (gaya baru) itu sendiri. 

Lihat saja, kekayaan yang melimpah nyatanya bukan untuk kesejahteraan rakyat. Emas, minyak, hutan, nikel, dan sebagainya yang ada di perut bumi ini hanya dikuasai oleh segelintir orang. Sekali lagi, ini adalah penjajahan gaya baru. Namun sayang, banyak yang tidak menyadari bahwa penjajah masih bercokol di sini.

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS Al-Maidah 51).

Tugas para santri masih panjang dan belum usai. Selayaknya, mereka tetap menjadi garda terdepan untuk memperjuangkan penerapan syariat dalam setiap aspek dan menolak seluruh penjajahan gaya baru. Ini karena para santri adalah pewaris para nabi. Hal ini disadari oleh kafir penjajah. Karena itu, mereka membuat opini massif yang dijejalkan lewat kurikulum pesantren.

Sebutan santripreuner, kemandirian ekonomi santri, kopotren, dan lainnya adalah upaya membelokkan potensi santri agar lemah dari pemahaman agama dan terlena dengan karya pragmatis. Dengan begitu, santri menerima paham pluralisme, liberalisme, kapitalisme, toleransi beragama, 
L6BT dan produk Barat lainnya yang tujuannya untuk merusak kaum muslimin tanpa mereka sadari.

Sudah saatnya santri dan umat paham bahwa penjajah kafir terus menerus bekerja agar umat lslam meninggalkan syariat yang mulia. Para penjajah sadar, ketika santri dan umat bersatu untuk menerapkan lslam, maka para penjajah Barat tidak akan bisa menguasai serta menjajah kembali. Hal ini adalah kehancuran bagi penjajah itu sendiri. Allahu a’lam.

Oleh: Umi Hanifah
Aktivis Muslimah Jember

Jumat, 18 Agustus 2023

MENGENANG KEMBALI DESPIANOOR WARDHANI, PEJUANG KHILAFAH DARI KALIMANTAN SELATAN

"Ustadz, Alhamdulillah. Ulun sudah bebas"

[Despianoor Wardhani]

Tinta Media - Namanya Despianoor Wardani, dia berprofesi sebagai seorang guru honorer SLB, di Kota Baru, Kalimantan Selatan. Sehari-hari, selain mengajar sebagai guru honorer, Despianoor juga aktif berdakwah.

Despianoor bukan hanya berdakwah di dunia nyata, di dunia maya Despianoor juga aktif berdakwah. Jika para pemuda, umumnya mengisi status sosmednya dengan informasi kegiatan pacaran, hura-hura, kuliner, Travelling, atau kegiatan melalaikan lainnya, tetapi tidak dengan Despianoor.

Despianoor memiliki akun Facebook. Di akun facebooknya inilah, sejumlah artikel dakwah diposting.

Namun akhirnya, sejumlah artikel dakwah yang di-posting Despianoor di laman Facebook-nya pada tahun 2020 lalu dikriminalisasi. Despianoor Wardani didakwa melanggar Pasal 28 ayat (2) UU ITE dan Pasal 155 KUHP (menyiarkan kebencian terhadap pemerintah), hanya karena dirinya memposting artikel-artikel bertema Khilafah dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Artikel yang dipersoalkan adalah artikel yang diterbitkan Buletin Al Islam, yakni mulai dari artikel tentang menolak Papua lepas dari Indonesia, menolak kenaikan BBM, menolak kenaikan Tarif Dasar Listrik, menolak asing kelola SDA Indonesia, tolak LGBT, tolak liberalisasi Migas, solidaritas terhadap muslim Suriah, aksi tolak Komunis, aksi solidaritas muslim Rohingya, tolak negara penjajah Amerika, menolak pemerintah lepas tangan soal kesehatan hingga sadarkan umat tentang Khilafah dan menolak Perdagangan yang merugikan Rakyat.

Pada tingkat pertama, Despianoor bebas. Karena eksepsi Despianoor via pengacaranya Janif Zulfikar dan tim yang mempersoalkan Dakwaan berdasarkan Pasal 155 KUHP yang sudah dibatalkan MK, dikabulkan hakim.

Ternyata, tidak berselang lama bebas Despianoor kembali diburu jaksa. Jaksa kembali mendakwa Despianor dengan menghilangkan pasal 155 KUHP, dan fokus ke pasal 28 ayat (2) UU ITE.

Pada sidang perkara kedua ini, Despianor dihukum pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan, dan pidana denda sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan.

Selanjutnya, pengacara mengajukan Banding. Putusan Banding membebaskan Despianoor. Namun sayang, jaksa tidak terima dan mengajukan Kasasi.

Dan dalam putusan Kasasi inilah, Despianoor kembali dijatuhi pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan, dan pidana denda sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan.

Dan akhirnya, tiba-tiba ada WA yang masuk ke HP Penulis sekira setahun yang lalu:

_"Ustadz, Alhamdulillah. Ulun sudah bebas"_

Ternyata, WA tersebut dari Despianoor. Dia menginfokan bahwa dirinya sudah bebas. Allahu Akbar!

Penulis bersaksi bahwa Despianor pejuang Khilafah. Dia adalah pengemban dakwah yang menjadikan facebooknya sebagai sarana dakwah. Artikel yang disebarkannya adalah seruan dakwah. 

Namun rezim Jokowi ini luar biasa zalim. Dakwah dituding kejahatan, kemudian ditangkap dan dipersoalkan dengan pasal menyebar kebencian dan permusuhan berdasarkan SARA.

Selamat wahai Despianor, antum telah menunjukan karakter pejuang Khilafah. Antum telah menunjukan karakter kadernya Syaikh Taqiyuddin an Nabhani. Antum tetap tegar, menyampaikan kebenaran dihadapan penguasa zalim.

InsyaAllah, ada waktu dan kesempatan kita bertemu dan bersilaturahmi. Melalui tulisan ini, saya bersaksi antum adalah pejuang Khilafah. Semoga, Allah SWT limpahkan karunianya kepada antum, Amien. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat, Pejuang Khilafah
https://heylink.me/AK_Channel/

Titian Terjal

Tinta Media -
Kala langit kelam menghitam
Tertutup selaksa awan
Tenggelam dalam lautan kemaksiatan
Tanpa pegangan yang menyelamatkan

Perlahan tapi pasti
Terombang-ambing diri ini
Menunggu sebuah keajaiban
Akan datangnya pertolongan

Tanpa kusadari
Kini aku telah berpindah hati
Mencoba menjemput sinyal cinta-Nya
Melalui hidayah yang diberikan-Nya

Titian ini begitu terjal
Dipenuhi dengan aral melintang
Aku membulatkan tekad
Bertahan dalam barisan para pejuang

Usia yang kian hari berkurang
Semoga Allah berkahi
Hingga diri ini layak bersama
Dalam barisan para pejuang seantero dunia

Tapal Batas, 06 Agustus 2023

By : Naila Ahmad

Selasa, 15 Agustus 2023

MENJADI PEJUANG ITU.....

Tinta Media - Kalau tidak menambah semangat, jangan ngendori semangat. Kalau tidak menambah keberanian, jangan menakut-nakuti. Kalau tidak tandang ke gelanggang, jangan menyerang mereka yang sedang berjuang.

Kalau tidak bisa mengasihi, janganlah membenci. Kalau tidak bisa mencintai, jangan tebarkan dusta. Seorang muslim itu adalah orang yang selamat muslim lainnya dari lisan dan tangannya.

Menjadi pejuang itu harus berjiwa besar, mampu meredam gejolak, meski ada riak di dalam dada. Perjuangan itu soal siapa yang beramal, bukan siapa yang berhak beramal. Perjuangan itu bergerak, bukan malah menghentikan pergerakan.

Semua saudara Pejuang, punya misi yang sama. Hanya beda cara dan gaya. Mereka semua merindukan ketaatan paripurna kepada Allah SWT, dengan tegaknya syariat Islam.

Mereka semua, berfikir siang dan malam, memikirkan bagaimana umat ini dapat diselamatkan dengan Islam. Mereka, berusaha mencari jalan, diantara celah yang sempit, diantara bebatuan yang terjal, di bawah sengatan matahari yang terik, bahkan di bawah kendali bidikan senjata musuh, agar bisa sampai tujuan kemenangan Islam.

Cobalah bayangkan, betapa berat dan kepayahan yang mereka alami, ketimbang barisan yang mencari aman di balik narasi menyelamatkan perjuangan. Cobalah rasakan, betapa inginnya mereka semua bergerak, berada di barisan terdepan, untuk menyuarakan dakwah Islam. 

Kalau ingin menunjukkan kekuatan, tunjukkanlah kepada musuh, para kapitalis dan penguasa antek yang menzalimi umat Islam. Jangan kepada sesama pejuang, karena demi Allah, para pejuang butuh kelembutan dan kasih sayang, bukan tuduhan dan rasa berang.

Dakwah di era pertarungan, memang tak cukup terasah tsaqofah, tetapi butuh menguji nyali untuk menjadi pemberani. Sebagaimana kata-kata bijak, perjuangan ini dirintis oleh mereka yang sabar dan ikhlas, dikuatkan oleh mereka yang memiliki kecerdikan dan dimenangkan oleh mereka yang memiliki keberanian.

Jadi, cobalah buka jendela, sesekali buka pintu dan keluar rumah. Lihatlah ! Betapa luasnya dunia, dan betapa tak berharganya kita di luaran sana.

Di rumah sendiri, mungkin saja anda yang paling segalanya dan punya kuasa untuk bertindak. Tapi saat keluar rumah, ingatlah! Umat ini membutuhkan sentuhan pengemban dakwah yang lembut terhadap mereka, dan berani pasang badan untuk menjadi junnah bagi mereka.

Jadilah pejuang yang jujur, yang lisan dan matanya dapat dibaca umat, yang keikhlasannya dapat dirasakan umat. Jadilah, pejuang yang dimenangkan, dengan pertolongan Allah, karena hanya mengharap ridlo dari-Nya.

Barakallah. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Rabu, 08 Februari 2023

BEDA RELAWAN VS PEJUANG PERUBAHAN

"Label RELAWAN yg muncul setiap jelang Pemilu adlah penyesatan & penghinaan pada martabat rakyat. Harus dihentikan! PEJUANG PERUBAHAN berbeda dgn RELAWAN."

[Faizal Assegaf, 28/1]

Tinta Media - Sabtu 28 Januari 2023, penulis mendapatkan undangan dari aktivis 98 Faizal Assegaf, untuk hadir dalam diskusi yang membongkar pola hubungan elite Parpol & Relawan dalam alur politik dusta. Media diskusi menggunakan twitter.

Tapi entah, apakah karena penulis gaptek atau memang ada kendala teknis, penulis tidak bisa bergabung. Padahal, ingin sekali penulis membersamai karena dalam undangan juga akan hadir Prof Antony Budayawan, DR Erwin Permana, Agung Wisnu Wardana (Aktivis 98), DR M. Yamin Nasution SH, Adnan Balfas (Aktivis Prodem)dan Eko Widodo (Aktivis Perubahan).

Namun, setelah berusaha berkali-kali, dengan meminta 'Bimbingan dan Petunjuk' dari Bang Faizal Assegaf, akhirnya bisa juga bergabung dalam diskusi. Sebagai bentuk pelengkap diskusi, maka penulis mencoba menuangkan ide pokok pikiran penulis tentang tema tersebut melalui tulisan ini. Semoga, ide ini dapat diadopsi menjadi visi bersama para aktivis, khususnya dalam rangka mengikat komitmen para capres dalam kontestasi Pilpres 2024.

Pertama, secara substansial tidak ada yang namanya 'Relawan', yakni orang yang melakukan amal tanpa pamrih. Sesungguhnya, sebagai makhluk yang memiliki kebutuhan, setiap manusia pada hakekatnya adalah 'pamrihwan'.

Hanya saja, pamrih itu bisa diidentifikasi pada pamrih yang bersifat materi ada pula pamrih yang bersifat non materi.

Misalnya, ada orang yang bekerja berhari-hari menjadi kuli untuk ikut membangun masjid tetapi tidak dibayar. Orang tersebut bukan tak memiliki pamrih, akan tetapi orang tersebut telah mengkonversi pamrih materi berupa gaji menjadi pamrih yang bersifat ruhiyah, yakni harapan agar mendapat pamrih berupa pahala dari Allah SWT.

Orang bekerja pamrihnya gaji, orang berbisnis pamrihnya laba, orang menolong pamrihnya rasa lega, orang beribadah pamrihnya ridlo dan pahala, dan seterusnya.

Maka, adalah pembodohan, penipuan, bahkan konfirmasi kemunafikan jika ada gerakan politik yang mendeklarasikan diri sebagai relawan. Karena pada hakekatnya, TIDAK ADA YANG BENAR-BENAR RELA, SEMUA MEMILIKI PAMRIH, SESUAI NIAT DAN PERSPEKTIFNYA MASING-MASING.

Kedua, dalam konteks Relawan Pilpres, agar tak ada dusta dan pengkhianatan, agar tak ada penyesalan dikemudian hari, sebaiknya istilah relawan dihapus. Jujur saja, katakan pada publik bahwa kita semua memiliki pamrih dalam memberikan dukungan kepada capres yang berlaga.

Ada yang punya pamrih, nantinya biar menjadi Komisaris atau direksi BUMN hingga menjadi menteri. Relawan seperti ini hanya menipu capres sekaligus menipu rakyat. Karena faktanya, mereka mendukung karena pamrih jabatan.

Ada yang punya pamrih kebaikan untuk negeri, maka pamrihwan dan capres harus menuangkan komitmen dukungan dalam kontrak politik tertulis yang dikabarkan kepada publik. Tujuannya, agar tidak ada dusta diantara kita.

Bagi kita yang menginginkan perubahan, pejuang perubahan, tentu saja pamrihnya adalah agar Presiden terpilih merealisir perubahan. Bukan malah mempertahankan status quo yang zalim.

Ketiga, perubahan yang penulis inginkan tentu saja perubahan dari sistem yang sekuler menuju perubahan Islam. Kalau perubahan itu hanya perubahan rezim, rasanya hanya akan mengaduk-aduk lumpur.

Tidak akan ada perubahan yang diinginkan, kecuali hanya pergantian kekuasaan. Kita hanya akan dikecewakan oleh orang yang sebelumnya kita perjuangkan.

Keempat, kalau saja ada capres yang komitmen dengan Islam, memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk menyampaikan dakwah Syariah & Khilafah, insyaAllah penulis akan mempertimbangkan untuk memberikan dukungan. Namun, sampai saat ini, adakah capres yang memiliki komitmen pada Syariah & Khilafah?

Nah, itulah persoalan dalam Pilpres 2024 ini. Belum ada capres yang komitmen untuk mendukung Syariah & Khilafah. Karena itulah, penulis juga belum tertarik untuk menjadi relawan capres manapun.

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Kamis, 29 Desember 2022

PRIDE KITA ADALAH MENJADI PENGEMBAN DAKWAH, PEJUANG KHILAFAH

Tinta Media - Bahagia sekali rasanya, pada Selasa (20/12) yang lalu penulis berkumpul bersama para pejuang Khilafah di Solo. Pasca sidang bela Gus Nur, penulis diminta untuk berbagi pengalaman bagaimana menjadi pengemban dakwah yang berani dan cerdas.

Ala kuli hal, kalau mendiskusikan nomenklatur 'Cerdas dan Berani', penulis jadi teringat dengan Bang Eggi Sudjana. Bang Eggi memiliki Channel Youtube dengan tagline 'Berani, Cerdas, Militan'.

Dalam banyak kesempatan, penulis membersamai perjuangan advokasi hukum bersama Bang Eggi. Penulis akui, tagline 'Cerdas, Berani, Militan' memang ada pada sosok Bang Egggi, sosok advokat Pejuang yang sudah berstatus kakek ini bisa penulis beri predikat 'Cerdas, Berani, Militan'.

Kembali ke soal perjuangan untuk para pengemban dakwah, para pejuang Khilafah. Penulis, selalu menekankan bahwa 'Pride' atau kebanggaan kita hidup bukan terletak pada harta, pangkat, kedudukan, profesi, atau atribut dunia lainnya. Kebanggaan kita adalah menjadi pengemban dakwah, menjadi pejuang Khilafah.

Jangan sampai, kita merasa bangga atau minder karena dunia. Misalnya, kita merasa bangga dengan kekayaan kita, atau merasa minder dengan kemiskinan kita.

Kita merasa bangga dengan profesi dan kedudukan kita, sekaligus minder dengan status sosial kita. Kita berbangga-bangga sekaligus minder karena rumah dan kendaraan kita. Kita berbangga-bangga sekaligus minder karena banyaknya anak atau tidak memiliki anak.

Kita harus sadar, poros hidup kita adalah dakwah. Yang membuat kita mulia adalah dakwah. Yang menjadi pusat perhatian kita adalah dakwah. Yang menjadi prioritas hidup kita adalah dakwah.

Jangan sampai, kita bangga dengan harta kita, tapi minder dengan dakwah kita. kita bangga dengan profesi kita, tapi minder dengan dakwah kita. kita bangga dengan usaha dan status kita, tapi minder dengan dakwah kita.

Lalu, kita berusaha menutupi diri, tak ingin diketahui bahwa identitas kita adalah pengemban dakwah, pejuang Khilafah. Setiap bertemu orang kita enggan membincangkan dakwah, tapi hanya sibuk membincangkan dunia.

Jangan pernah berfikir :

"Ustadz enak, profesi Advokat. Kalau ada apa-apa sudah tahu hukumnya. Sedangkan kami?"

Pernyataan seperti ini tidak boleh keluar dari pikiran, apalagi terkonfirmasi dari lisan pengemban dakwah. Sebab, pemikiran seperti ini adalah naif, tidak menginsyafi siapa dzat yang maha kuasa, dzat yang maha memberikan perlindungan dan keselamatan.

Setiap kita -dalam kapasitas sebagai pengemban dakwah- atau sebagai hamba Allah swt, memiliki ujian dan hambatan masing-masing. Sandaran terkuat adalah Allah swt, pelindung yang paling kokoh adalah Allah swt.

Lucu, kalau pengemban dakwah masih 'membanding-bandingkan' dirinya dalam urusan dunia, padahal misi utamanya adalah mendakwahkan Islam. 

Penulis kemudian mencontohkan, bagaimana 'Pride sebagai Bangsa Aria' mampu digunakan oleh Hitler, untuk menggerakkan dan menjadi pemompa semangat Jerman untuk menguasai dunia. Juga bangsa Jepang yang menguasai Asia, dengan motto 'Jepang cahaya asia, Jepang Pemimpin Asia, Jepang pelindung Asia'.

Kita, umat Islam telah dimotivasi al Qur'an dengan ungkapan:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."

[Surat Ali ‘Imran Ayat 110]

Ayat inilah, yang memotivasi para pengemban dakwah pada era Nabi, era Khulafaur Rasyidin, era Kekhilafahan Islam, memasuki berbagai bangsa dan negeri, untuk memimpin mereka dengan Islam, mengatur mereka dengan syariat Islam.

Jadi, kembali kepada topik bahasan kita. Pride kita adalah sebagai pengemban dakwah, pejuang Khilafah. Karena itu, banggalah dengan dakwah yang kita emban, bahagialah dengan perjuangan Khilafah yang kita cita-cita kan.

Status kita pengemban dakwah, pejuang Khilafah. Tak boleh kita ragu, untuk menyampaikannya kepada umat.

Umat harus dipahamkan, hanya Khilafah yang akan menyelamatkan negeri ini, bukan demokrasi. Jadi, tak perlu malu, ragu, atau takut untuk menyampaikan Khilafah. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Pejuang Khilafah


Sabtu, 03 Desember 2022

Kita Pejuang Islam, Hidup Kita Hanya untuk Islam

Tinta Media - Menjadi seorang pejuang Islam mestinya menjadikan Islam sebagai sumbu putar atau poros hidupnya. Yakni seluruh maslahat pribadinya berputar mengelilingi Islam. Yakni dia hidup hanya dengan Islam dan berjuang menjaga dan mendakwahkan Islam kaffah.

Hidup dengan Islam adalah hanya menjadikan aqidah dan syariah Islam sebagai jalan hidupnya. Semua persoalan hidupnya ditimbang dengan aqidah dan diselesaikan dengan syariah. Baik masalah pekerjaan, keluarga, dll semua diselesaikan dengan aqidah dan syariah Islam. Kemudian kita fokus untuk berjuang mendakwahkan Islam.

Agar kita bisa merealisasikan hidup hanya karena dan untuk Islam maka harus direalisasikan dalam hidup kita hal hal berikut:

1. Berjuang untuk Islam dan mendakwahkan Islam kaffah adalah fokus hidup kita. Sementara semua kepentingan pribadi baik kerja, bisnis, keluarga dll berputar mengikuti kepentingan dakwah 

2. Maisyah alias pekerjaan atau bisnis berposisi sebagai pembantu kita untuk berjuang. Yakni agar kita bisa memenuhi kebutuhan hidup kita sesuai kemampuan kita agar kita bisa berjuang. Agar kita bisa merealisasikan Islam kaffah secara riil dalam pentas dunia.

3. Kita tidak boleh bekerja atau bisnis yang bertentangan dengan posisi kita sebagai pengemban dakwah. Pekerjaan yang seperti itu ada dua macam:

a. Pekerjaan pekerjaan yang diharam kan. Misal kerja di bank riba, diskotik, perjudian, dll. Maka sama sekali pejuang Islam tidak boleh kerja yang haram itu apapun alasannya 

b. Perkejaaan yang menyita waktu sehingga tidak bisa melakukan aktifitas dakwah. Seperti tidak bisa ngaji, tidak bisa mengontak, tidak bisa menghadiri berbagai kegiatan dakwah. Misalnya bekerja di siang hari dan malam harinya masih kerja yang lain lagi. 

Kedua jenis pekerjaan diatas bertentangan dengam posisi kita sebagai pejuang Islam. Bahkan akan menghilangkan posisi kita sebagai pengemban dakwah yang Islam adalah tujuan hidup kita.

Semoga Allah mudahkan semua urusan pribadi kita sehingga kita bisa fokus pada perjuangan menjaga dan mendakwahkan Islam kaffah. Aamiin. Wallahu a'lam []

(Disarikan dan dibahasakan ulang dari kitab Syarah takatul, Ustadz Hafizh Sholih).

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Rabu, 25 Mei 2022

NASEHAT & PESAN MENGGUGAH BAGI KELUARGA PEJUANG SYARIAH & KHILAFAH


Tinta Media - Bahagia sekali pada ahad (22/5) penulis bisa berkunjung dan bersilaturahmi dengan segenap pejuang syariah Islam dan Khilafah di Bogor. Bahkan, ada rasa haru dan sikap batin yang sedikit terisak, bukan karena sedih namun karena saking bahagianya, melihat keluarga pejuang begitu rukun, saling menyayangi, bersatu bagaikan satu bangunan yang kokoh.

Sesekali, terlihat anak-anak pejuang Syariah & Khilafah hilir mudik meramaikan suasana. Tanda, bahwa perjuangan ini sudah berumur, dan tanda Allah SWT berikan pemuliaan dengan keistiqomahan tetap berada dalam barisan pejuang, tetap Istiqomah menegakkan Islam, mendakwahkan syariah & Khilafah.

Biasa saja, ada sebagian yang kadang merasa capai, menepi dan sesekali istirahat. Namun, setelah raga kembali pulih, jiwa kembali menyala, kobaran semangat perjuangan kembali menuntunnya untuk kembali mengarungi samudera dakwah.

Bahkan, ada beberapa buah busuk yang rontok. Kadang, pohon dakwah ini memang harus digoyang dengan kuat, agar buah busuk itu rontok dan terpisah dari buah yang baik. Bagian dari eliminasi dan seleksi yang alamiah, hingga yang tetap bertahan adalah mereka yang terpilih dan telah memilih untuk komitmen dalam jama'ah dakwah.

Rasanya, penulis ingin menyampaikan kembali beberapa pesan dan nasehat yang sejatinya bukan hanya dibaca dan berguna untuk pembaca, melainkan juga berlaku sebagai bahan kontemplasi dan muhasabah bagi diri penulis sendiri.

Secara umum, ada beberapa hal yang ingin kembali penulis tegaskan dan tambahkan, yaitu :

*Pertama,* ukuran kesuksesan dakwah kita adalah manakala kita mampu melalui seluruh ujian dakwah dan akhirnya mampu melangkahkan kaki kita ke surga, bersama segenap keluarga yang kita cintai. Karena itu, selama masih dalam alam dunia, harus selalu hadir sikap waspada, ada ruh yang selalu mengontrol kehidupan kita, dan tidak mudah puas dengan capaian amal.

Sebaliknya, kita harus tamak dan loba terhadap amal. Setelah satu amal dilakukan, segera untuk merencanakan amal yang lain. Begitu seterusnya.

Pendek kata, tidak ada kata istirahat dalam dakwah. Kita, hanya akan beristirahat setelah kaki kita memasuki pintu surga, insyaallah.

*Kedua,* tidak ada dakwah tanpa ujian. Apalagi, dakwah menegakkan syariah & Khilafah. Namun yakinlah, tidak ada ujian yang berat, sebab Allah SWT telah menakar kemampuan hamba-Nya.

Setiap Allah SWT berikan ujian, harus ada keyakinan bahwa Allah SWT pasti berikan pertolongan, dan ujian tersebut mampu atau masih dalam takaran kapasitas yang kita miliki. Dalam hal ini, kita tidak perlu meminta dijauhkan dari ujian, tetapi teruslah memohon agar Allah SWT selalu berikan pertolongan.

Seberapa besar ujian yang didalamnya terdapat pertolongan Allah SWT ? Jangan dianggap kecil ujian, yang tidak ada pertolongan Allah SWT didalamnya. Lagipula, semakin diuji, kapasitas diri semakin teruji.

*Ketiga,* kepada para istri pejuang syariah & Khilafah, ketahuilah suamimu adalah pejuang. Jadilah bahan bakar yang menambah semangat dan laju perjuangan, bukan malah menambah beban.

Persiapkan diri menjadi istri pejuang yang siap setiap saat ditinggal pergi untuk berdakwah, berjihad di jalan Allah SWT. Dan persiapkan diri dengan kabar baik, bahwa setiap pahala dakwah dan jihad yang diperoleh suami, ada bagian istri didalamnya.

*Keempat,* kepada para suami, istrimu adalah pakaian mu, tanggung jawab mu, ibu dari anak-anakmu. Engkau telah memilih mereka menjadi ibu dari anak-anakmu, yang menjadi hak anak-anak mu.

Jika ingin memiliki istri yang Sholehah, anak yang Sholeh dan Sholehah, jadilah suami yang Sholeh. Jika ingin memiliki anak-anak pejuang, jadilah ayah yang pejuang.

*Kelima,* kepada segenap keluarga pejuang Islam yang tangguh, kita memiliki visi besar yakni menegakkan hukum Allah SWT. Menegakkan khilafah dan menaklukkan kota Roma.

Berbagilah peran, engkau yang menegakkan Khilafah dan sisakan kota Roma untuk ditaklukkan oleh anak-anak mu. Muhammad al Fatih telah berbaik hati, menyisakan kota Roma untuk ditaklukkan. Karena itu, segera tegakkan khilafah, agar engkau dapat mengirimkan anak-anak mu untuk pergi berjihad menaklukkan kota Roma.

Masyaallah, rasanya masih ingin terus bersama, bercengkrama dalam semangat persaudaraan karena dakwah. Namun, apa daya perpisahan tak terelakkan. Semoga, ini adalah konfirmasi pertemuan dan perpisahan karena Allah SWT.

Jadi teringat, salah satu hadits yang disampaikan oleh Guru kita dalam acara tersebut :

أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . رواه أبو داود

Bahwa Umar bin Al Khathab berkata, “Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat beberapa manusia yang bukan para nabi dan orang-orang yang mati syahid (syuhada). Para nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada Hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta’ala.” 

Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Anda akan mengabarkan kepada kami siapakah mereka? Beliau bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh dari Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih.” 

Dan beliau membaca ayat ini: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (HR Abu Daud).

Semoga, kita termasuk orang-orang yang ada dalam keterangan hadist tersebut. Bertemu, berkumpul, dan berpisah karena Allah. Bertemu dan berkumpul dalam aktivitas dakwah untuk menegakkan syariah dan Khilafah. Amien. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik 

Sabtu, 09 April 2022

DESPIANOOR WARDHANI, PEJUANG KHILAFAH SEJATI, TAK PERNAH TUNDUK PADA KEZALIMAN REZIM JOKOWI

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1JveI-aXTqsYZG30G8j8vIlk9uCje0jV3

Tinta Media - Despianoor Wardhani adalah seorang pengemban dakwah pejuang Khilafah. Dia, dikriminalisasi oleh rezim dengan dalih telah menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras dan antar golongan (SARA), sebagaimana dalam Pasal 45A Ayat (2) Jo. Pasal 28 ayat (2) UURI No. 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-undang No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik.

Padahal, dia sama sekali tidak menyebarkan kebencian apalagi permusuhan. Dia tidak pernah menganjur ujaran kepada suku tertentu, agama tertentu, ras tertentu atau golongan tertentu.

Dia hanya melaksanakan kewajiban dakwah, untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Dia, menyebarkan konten artikel dakwah di akun facebooknya, sebagai bagian dari aktifitas dakwah.

Dia tidak menggunakan akun facebooknya untuk menyebarkan berita bohong, konten pornografi, menistakan agama, ulama, apalagi menyebarkan kebencian dan permusuhan.

Dia hanya menyebarkan artikel yang berisi pandangan yang menolak Papua Lepas dari Indonesia, menolak kenaikan BBM, menolak kenaikan tarif dasar listrik, menolak asing kelola SDA Indonesia, menolak LGBT, menolak liberalisasi Migas, Solidaritas terhadap Muslim Suriah, menolak Komunis, Solidaritas Muslim Rohingya, menolak negara penjajah Amerika, menolak pemerintah lepas tangan soal kesehatan, sadarkan umat tentang Khilafah dan nenolak perdagangan yang merugikan rakyat.

Memang benar, konten-konten tersebut dikeluarkan oleh HTI sebelum badan hukumnya dicabut oleh pemerintah. Sebelum dicabut, HTI memang lantang terhadap sejumlah isu keutamaan yang ramai ditengah masyarakat.

Konten-konten HTI tersebut adalah : (1) Menolak Papua Lepas dari Indonesia; (2) HTI Menolak Kenaikan BBM; (3) HTI Menolak Kenaikan Tarif Dasar Listrik; (4) HTI Menolak Asing Kelola SDA Indonesia; (5) HTI Tolak LGBT; (6) HTI Tolak Liberalisasi Migas; (7) Solidaritas HTI Terhadap Muslim Suriah; (8) Aksi HTI tolak Komunis; (9) Aksi HTI Solidaritas Muslim Rohingya; (10) HTI Tolak Negara Penjajah Amerika; (11) Menolak Pemerintah Lepas Tangan Soal Kesehatan; (12) HTI Sadarkan umat tentang Khilafah; dan (13) HTI Menolak Perdagangan yang merugikan Rakyat.

Secara subtansi, apa masalahnya dengan konten artikel tersebut? tak ada satupun suku, agama, ras atau golongan yang disinggung. Kalau dalam artikel menyebut Amerika penjajah, faktanya Amerika memang negara imperialis. Jika ada menyebut ras Suriah dan Rohingya, itu konteksnya memberikan pembelaan kepada sesama muslim. bukan menyebar kebencian dan permusuhan.

Tapi rezim Jokowi ini memang benar-benar zalim, selain Despianoor sudah banyak pejuang Khilafah dikriminalisasi hanya karena menyampaikan dakwah, menyampaikan Khilafah, menyampaikan kebenaran, menyampaikan Islam. Aparat penegak hukum baik polisi maupun jaksa, begitu bersemangat melakukan tindakan kriminalisasi untuk melayani rezim Jokowi.

Khilafah yang sudah jelas difatwakan MUI sebagai ajaran Islam, masih terus terusan dipersoalkan. Sementara, rezim ini abai pada masalah ancaman kedaulatan OPM di Papua dan ancaman China atas kedaulatan negara di laut Natuna Utara.

Sebelumnya, Despiaboir pernah bebas dari Lapas Kelas IIA Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan pada Senin (21/12/2020). Despianoor bebas setelah tiga majelis hakim Pengadilan Tinggi Banjarmasin, yang mengetuk vonis bebas terhadap Dispianoor Wardani. Putusan ini diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada Kamis, 17 Desember 2020.

Sidang dipimpin oleh ketua majelis hakim Wahyono, dibantu dua orang anggota majelis hakim Suhartanto dan Siti Suryati, menyatakan terdakwa Despianoor Wardani tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya.

Selanjutnya, Hakim memerintahkan terdakwa agar dikeluarkan dari tahanan dan memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, dan harkat serta martabatnya.

Sayangnya, Jaksa penuntut umum Erlia Hendrasta menyatakan Kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. Jaksa seperti tak ridlo, Despianoor bebas dan kembali kepada umat untuk berdakwah.

Akhirnya, Mahkamah Agung RI melalui putusan Kasasi No. 237 K/Pid.sus/2022 tanggal 15 Februari 2022, menjatuhkan vonis kepada Despianoor dengan putusan 2 tahun 6 bulan pidana penjara, dan denda Rp20 juta dengan ketentuan apabila tidak bisa dibayar maka digantikan dengan kurungan penjara selama 2 bulan.

Saat akan dieksekusi di lembaga pemasyarakatan, nampak wajah Despianoor tak menunjukkan rasa gentar. Bahkan, meski dalam keadaan diborgol Despianoor tetap mengepalkan tangannya.

Sebuah pesan tegas kepada pengemban dakwah, agar tidak melemah dan tunduk pada rezim zalim. Sebuah pesan perlawanan pada tirani dan penindasan, pesan perlawanan untuk terus melanjutkan perjuangan.

Sabarlah wahai Despianoor, kami tidak akan tinggal diam. Kami akan terus memperjuangkan Khilafah yang selama ini menjadi cita-cita kita, menjadi cita-cita umat. Kami tidak akan takut meski rezim terus mengkriminalisasi ajaran Islam Khilafah. Kami tidak akan pernah berhenti, sampai urusan ini dimenangkan Allah SWT atau kami binasa karenanya. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Pejuang Khilafah

Senin, 21 Maret 2022

HRS Center: Stigma Negatif Senantiasa Disematkan bagi Pejuang Islam Kaffah

https://drive.google.com/uc?export=view&id=19BCGEUcutBHXW3shqfPIsVIqS4Y5yAVJ


Tinta Media - Direktur HRS Center Dr. Abdul Chair Ramadhan S.H., M.H., menyatakan umat Islam yang istiqamah dalam perjuangan menerapkan ajaran Islam secara kaffah selalu dilekatkan dengan stigma negatif.

“Umat Islam yang itiqomah dalam perjuangan menerapkan ajaran Islam secara kaffah karena keyakinannya, ketaatannya pada ajaran agamanya itu selalu dilekatkan dengan stigma negatif,” tuturnya dalam Live Streaming FGD #29 FDMPB (Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa): Radikalisme Dan Terorisme Dalam Konstruksi Kebijakan dan Kajian, Sabtu (19/3/2022) di kanal Youtube Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.

Menurutnya, pelekatan stigma negatif seperti pelabelan intoleran, fundamentalisme, ekstrimisme, radikalisme sampai terorisme merupakan bentuk upaya pelemahan terhadap perjuangan dalam menerapkan syariat Islam.

“Patut diduga pelabelan intoleran, fundamentalisme, ekstrimisme, radikalisme sampai terorisme merupakan salah satu bentuk upaya pelemahan terhadap perjuangan menerapkan nilai-nilai maslahat dalam syariat Islam secara legal konstitusional,” katanya.

Sebagaimana Habib Rizieq Syihab yang memperjuangkan pemikiran-pemikiran untuk keagamaan, kebangsaan, kemaslahatan dalam konteks penerapan syariat Islam secara legal konstitusional, kata Abdul Chair, justru ditolak bahkan dilarang disebabkan tudingan membahayakan eksistensi Pancasila.

“Padahal antara syariat Islam dengan Pancasila itu adalah dua kalimat yang sama, kalimatun sawa. Causa prima Pancasila itu adalah syariat Islam. Pada akhirnya berbagai pemikiran dan perjuangan tentang Islam politik itu harus ditolak dan bahkan dilarang,” ungkapnya.

Ia mengatakan, pada intinya syariat Islam hendak dijauhkan dari sistem politik. "Itu yang terjadi. Terlebih lagi syariat Islam dipandang tidak sejalan dengan modernisasi. Pada yang demikian ini tercipta polarisasi,” ucapnya.

Menurutnya, polarisasi ini menghasilkan pihak yang pro syariat Islam dan ada pihak yang kontra syariat Islam.

“Pihak yang pro syariat Islam selalu dilabelkan dicap anti Pancasila. Di sisi lain pihak yang kontra syariat Islam mengklaim dirinya sebagai seorang Pancasilais,” ujarnya.

“Pada yang demikian itu diskursus tentang Islam politik dan konkretisasinya dipandang sebagai ancaman dengan sebutan paham lain yang bertentangan dengan Pancasila adalah suatu paham yang ingin mengubah Pancasila dan UUD 1945. Itu terdapat dalam UU Ormas dan itu memang yang selalu menjadi jargon,” ungkapnya.

Di sisi lain pihak yang selalu berseberangan atau pihak yang kontra terhadap syariat Islam, menurutnya, selalu mendapat porsi bahkan terlindungi keberadaannya. Lain halnya dengan pihak yang kritis, pro syariat Islam selalu dipersekusi sampai dikriminalisasi.

“Para buzzer selalu mendapatkan porsi bahkan terlindungi keberadaannya, diakomodasi sehingga penerapan hukum, penegakan hukum sangat sumir menjangkau mereka ketika mereka dihadapkan kepada suatu delik. Menjadi lain halnya dengan pihak yang kritis, mereka selalu saja dipersekusi dan bahkan dikriminalisasi. Banyak yang telah menjadi korban,” tuturnya.

Ia mengkritisi kondisi ini yang memperlihatkan keterbelahan dan sekaligus membawa kita kepada jurang perpecahan. “Sudah banyak kita tahu aktivis, alim ulama diproses pidana itu hanya sekedar menyampaikan pikiran dan gagasan yang seharusnya bukan ada ancaman hukum itu menjadi delik. Namun tidak berlaku bagi pendukung rezim,” ujarnya.

Ia berpendapat terjadi ketimpangan yang mengarahkan suatu penerapan hukum cenderung direkayasa.

“Sesuatu hal yang diada-adakan dalam rangka seseorang itu memang harus dihadapkan kepada proses hukum hingga putusan pengadilan,” katanya.

Terlebih lagi ia mengkhawatirkan politik adu domba melalui polarisasi Islam Nusantara dan Islam Arab. Di mana Islam Arab oleh salah satu tokoh diidentikkan, dipersepsikan sebagai penakluk bahkan dengan bahasa disebut penjajah. “Propaganda ini mengandung makna simbolik dan terkait dengan kepentingan politik,” katanya.

Ia menilai pernyataan tersebut bentuk kesesatan berpikir. “Jadi, pernyataan tersebut bukan saja bentuk kesesatan berpikir namun ada maksud terselubung. Patut kita catat,” pungkasnya.[] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab