"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
[QS : Ali Imran Ayat 104]
Tinta Media - Seluruh problematika kehidupan yang mendera umat ini, hakekatnya kembali pada problem politik. Yakni, problem pengaturan urusan kehidupan yang dilakukan oleh otoritas kekuasaan, untuk mencapai tujuan politik yang telah ditetapkan. Politik jika dinisbatkan pada politik Islam maknanya adalah mengelola urusan pemerintahan (kekuasaan), untuk merealisir tujuan kekuasaan yakni menerapkan Islam dalam rangka memenuhi hajat manusia, serta mengemban misi dakwah Islam ke seluruh penjuru alam, berdasarkan petunjuk berupa perintah dan larangan Allah SWT.
Untuk mewujudkan politik Islam, yakni kekuasaan yang menjalankan syariat Islam, diperlukan kelompok politik yang konsisten melakukan aktivitas politik dengan tujuan meraih kekuasaan. Kekuasaan adalah sarana, sebab tujuan akhir setelah kekuasaan diraih adalah untuk melaksanakan hukum Allah SWT, dalam setiap dimensi kehidupan baik pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Karena itu, harus ada kesadaran yang pasti bagi setiap aktivis partai politik bahwa orientasi politiknya tidak boleh menjauh dari kekuasaan. Sebab kekuasaan, adalah kunci untuk menerapkan syariat Islam.
Kelompok politik atau partai politik tidak akan pernah sampai pada tujuan politik Islam -yakni tegaknya syariat Islam secara menyeluruh dalam kehidupan - jika aktivitas partai hanya berorientasi pada gerakan sosial, gerakan pendidikan, gerakan moral atau gerakan spiritual.
Partai politik harus menempuh serangkaian tahapan dalam aktivitas politiknya, dalam upaya untuk meraih kekuasaan, untuk menegakkan syariat Islam melalui sejumlah tahapan, yaitu :
*Tahap pertama,* tahap pembentukan gerakan, dimana saat itu ditemukan benih gerakan dan terbentuk halqah pertama setelah memahami konsep dan metode dakwah yang diadopsi partai. Halqah pertama itu kemudian menghubungi anggota-anggota masyarakat untuk menawarkan konsep dan metode dakwah partai, secara individual.
Siapa saja yang menerima fikrah partai langsung diajak mengikuti pembinaan secara intensif dalam halqah-halqah partai, sampai mereka menyatu dengan ide-ide Islam dan hukum-hukumnya yang dipilih dan ditetapkan oleh partai. Sehingga, mereka memiliki kepribadian islam, yaitu mempunyai pola pikir yang islami (aqliyah islamiyah) dan menjadikannya, ketika melihat setiap pemikiran, kejadian atau peristiwa baru, senantiasa dengan pandangan Islam, serta tatkala memutuskan sesuatu selalu berlandaskan pada tolok ukur Islam, yaitu halal dan haram.
*Tahap kedua,* tahap berinteraksi dengan masyarakat, agar umat turut memikul kewajiban menerapkan Islam serta menjadikannya sebagai masalah utama dalam hidupnya. Caranya, yaitu dengan menggugah kesadaran dan membentuk opini umum pada masyarakat terhadap ide-ide dan hukum-hukum Islam yang telah ditabanni oleh partai, sehingga mereka menjadikan ide-ide dan hukum-hukum tersebut sebagai pemikiran-pemikiran mereka, yang mereka perjuangkan di tengah-tengah kehidupan, dan mereka akan berjalan bersama-sama partai dalam usahanya menegakkan sistem politik Islam yakni Daulah Khilafah, mengangkat seorang Khalifah untuk melangsungkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Tahapan interaksi ini memang akan mengalami tantangan, diantaranya pada aspek :
1. Interaksi pemikiran partai dengan pemikiran umat, yang pada tahap awal bisa saja ada perlawanan dari umat karena pemikiran partai dianggap pemikiran yang baru bahkan bertentangan dengan umat.
2. Ada jebakan alienasi, jika anggota partai ada kekhawatiran atas penolakan umat sehingga membatasai interaksi atau berinteraksi tapi tidak menyampaikan pemikiran partai, dengan alasan ada kekhawartiran akan ditinggalkan atau bahkan dimusuhi umat karena menyampaikan pemikiran partai.
Untuk mengantisipasinya, aktivis partai harus dapat mengambil sikap yang tepat yakni dengan tetap menyampaikan pemikiran partai kepada umat -terlepas ada penerimaan atau penentangan dari umat- dan pada saat yang sama tetap menjaga ukhuwah Islamiyah berdasarkan ikatan persaudaraan berdasarkan akidah Islam.
Pola interaksi seperti ini akan memungkinkan diadopsinya pemikiran partai oleh umat karena adanya penyampaikan pemikiran secara terbuka, dan selamat dari bahaya alienasi karena tetap memegang teguh pakem-pakem ukhuwah Islamiyah yang didasari ikatan akidah Islam.
3. Ada jebakan tersibghoh pemikiran yang tidak sahih, terbawa arus, bukan mentrasfer ideologi partai kepada umat namun malah sebaliknya mereduksi ideologi partai demi merealisir kemaslahatan umat. Mengenai hal ini, anggota partai harus menyadari betul tujuan dirinya berinteraksi yakni untuk mengkonversi ideologi partai menjadi ideologi umat. Harapan kemaslahatan umat harus ditakar berdasarkan ideologi partai, jika sejalan diakomodasi. Jika bertentangan, maka partai harus memiliki komitmen kuat untuk meyakinkan umat agar umat dapat memahami sekaligus meyakini ideologi partailah yang akan benar-benar merealisir kemaslahatan umat yakni tegaknnya syariat Islam secara kaffah.
Pada tahap kedua ini, yakni tahap interaksi dengan umat, partai mulai beralih menyampaikan dakwah kepada masyarakat banyak secara kolektif. Partai melakukan kegiatan-kegiatan, diantaranya sebagai berikut:
(1)Pembinaan Tsaqafah Murakkazah (intensif) melalui halqah-halqah Hizb untuk para pengikutnya, dalam rangka membentuk kerangka gerakan dan memperbanyak pengikut serta mewujudkan pribadi-pribadi yang islami, yang mampu memikul tugas dakwah dan siap mengarungi samudera cobaan dengan pergolakan pemikiran, serta perjuangan politik.
Halaqah dalam tahap pembinaan ini adalah fase penting, karena berhasil tidaknya partai untuk bisa menapaki tahap selanjutnya sangat tergantung pada keberhasilan tahap pertama ini. Tahap pembinaan dalam halaqah ini laksana Kawah Chandradimuka, yang akan menempa setiap individu yang terlibat dalam partai menjadi individu yang taat, bertaqwa, yang memiliki visi hidup hanya untuk meraih ridlo Allah SWT semata. Tahapan ini, juga penting untuk mempersiapkan individu sebagai kader partai yang tangguh, memiliki kesabaran dan keikhlasan untuk mengarungi samudera dakwah.
Aktivitas halaqah, adalah aktivitas inti untuk menanamkan tsaqafah dan ideologi partai. Dalam halaqah, juga penting ditanamkan motivasi ruhiyah sebagai bagian tak terpisahkan dari aktivitas partai. Bahasan dalam kitab Min Muqawwimat, adalah materi penting yang wajib diinternalisasi kepada setiap kader partai.
Pada tahap ini, adalah tahap untuk menghasilkan 'prajurit-prajurit' yang akan mengemban misi Islam ke tengah-tengah umat. Agar siap menceburkan para aktivis partai ditengah-tengah umat, melakui interaksi pemikiran dan politik, agar Mafahim (persepsi), Maqayis (standar) dan Qona'at (ketertundukan) Umat semata-mata hanya kepada syariat. Tahapan yang dijadikan sarana bagi anggota partai untuk mengkonversi ideologi partai menjadi ideologi umat, perjuangan partai menjadi perjuangan umat, dan kerinduan partai akan kembalinya syariah dan Khilafah juga menjadi kerinduan umat.
(2) Pembinaan Tsaqafah Jama’iyah bagi umat dengan cara menyampaikan ide-ide dan hukum-hukum Islam yang telah ditetapkan Hizb, secara terbuka kepada masyarakat umum. Aktivitas ini dapat dilakukan melalui pengajian-pengajian di masjid, di aula atau di tempat-tempat pertemuan umum lainnya. Bisa juga melalui media massa, buku-buku, atau selebaran-selebaran, artikel, video, dan sarana lainnya.
Aktivitas ini bertujuan untuk mewujudkan kesadaran umum di tengah masyarakat, agar dapat berinteraksi dengan umat sekaligus menyatukannya dengan Islam. Juga, untuk menggalang kekuatan umat sehingga mereka dapat dipimpin untuk menegakkan Daulah Khilafah dan mengembalikan penerapan hukum sesuai dengan yang diturunkan Allah SWT.
(3)Ash-Shira’ul Fikri (Pergolakan Pemikiran) untuk menentang ideologi, peraturan-peraturan dan ide-ide kufur, selain untuk menentang aqidah yang rusak, ide-ide yang sesat dan pemahaman-pemahaman yang rancu.
Aktivitas ini dilakukan dengan cara menjelaskan kepalsuan, kekeliruan dan kontradiksi ide-ide tersebut dengan Islam, untuk memurnikan dan menyelamatkan masyarakat dari ide-ide yang sesat itu, serta dari pengaruh dan dampak buruknya.
Dalam aktivitas ini, penting mempelajari fiqih agar umat mengatahui hukum syara' atas setiap problem yang dihadapi. Lalu, dengan pemahaman itu anggota partai dapat menyerang pemikiran dan ide-ide kufur yang bertentangan dengan pemikiran dan fiqh Islam.
Pembahasan tafsir juga bisa digunakan untuk menjelaskan hukum-hukum al Qur'an berkenaan dengan berbagai problematika kekinian, bahkan menjadi penting jika dikaitkan dengan problema aktual yang membahayakan kepentingan umat.
(4)Al-Kifaahus Siyasi (Perjuangan Politik) yang mencakup aktivitas-aktivitas:
(a) Berjuang menghadapi negara-negara kafir imperialis yang menguasai atau mendominasi negeri-negeri Islam; berjuang menghadapi segala bentuk penjajahan, baik penjajahan pemikiran, politik, ekonomi, maupun militer. Mengungkap strategi yang mereka rancang, membongkar persekongkolan mereka, demi untuk menyelamatkan umat dari kekuasaan mereka dan membebaskannya dari seluruh pengaruh dominasi mereka.
(b) Menentang para penguasa di negara-negara Arab maupun negeri-negeri Islam lainnya; mengungkapkan (rencana) kejahatan mereka; menyampaikan nasihat dan kritik kepada mereka. Dan berusaha untuk meluruskan mereka setiap kali mereka merampas hak-hak rakyat atau pada saat mereka melalaikan kewajibannya terhadap umat, atau pada saat mengabaikan salah satu urusan mereka. Disamping berusaha untuk menggulingkan sistem pemerintahan mereka, yang menerapkan perundang-undangan dan hukum-hukum kufur, yaitu dengan tujuan menegakkan dan menerapkan hukum Islam untuk menggantikan hukum-hukum kufur tersebut.
(5) Mengangkat dan menetapkan kemaslahatan umat, yaitu dengan cara melayani dan mengatur seluruh urusan umat, sesuai dengan hukum-hukum syara’.
Aktivitas sebagaimana diterangkan diatas, adalah aktivitas yang harus ditempuh partai. Partai harus menjadikan Islam sebagai Mabda' (ideologi) yang menjadi pemandu arah perjuangan.
Partai harus benar-benar menjauhkan pragmatisme berupa orientasi kemaslahatan dalam aktivitasnya. Sebab, pragmatisme sejatinya adalah jebakan politik yang alih-alih akan mengantarkan pada pertolongan Allah SWT dan kemenangan, pragmatisme politik ini justru akan mengubur dan menenggelamkan partai beserta cita dan ideologi politiknya. [].
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
https://heylink.me/AK_Channel/