Tinta Media: pansos
Tampilkan postingan dengan label pansos. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pansos. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 Februari 2024

Memanfaatkan Bansos Untuk Pansos



Tinta Media - Dalam laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), menunjukkan realisasi anggaran belanja jenis bantuan sosial (bansos), belanja fungsi pendidikan dan kesehatan dalam anggaran berfluktuasi 10 tahun terakhir. Di antara ketiganya realisasi dan alokasi anggaran fungsi kesehatan menjadi yang terkecil. Realisasi pos ini cenderung di bawah Rp. 100 triliun per tahun, hanya pada tahun tertentu saja anggarannya cukup banyak diserap. 

Peningkatan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan, penguatan teknologi kesehatan dan kemandirian farmasi dalam negeri, serta penguatan program Jaminan Kesehatan  Nasional (JKN), realisasi dan alokasi belanja fungsi kesehatannya pada 2020 - 2024 lebih rendah dari belanja bansos. 

Sebenarnya bansos terlihat meningkat sejak 2019 yang sudah melebihi 100 triliun angkanya, kemudian meroket pada 2020 atau pada saat covid 19 mewabah. Pada tahun 2024 anggaran bansos akan digunakan untuk berbagai program seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Pangan Pokok, sampai Program Rehabilitasi Sosial untuk kelompok masyarakat rentan. Tahun ini pemerintah juga  menargetkan perbaikan mekanisme penyaluran bansos non tunai untuk memudahkan penerima manfaat dan meningkatkan inkulasi keuangan. 

Kendati melebihi anggaran kesehatan belanja, bansos rupanya masih di bawah kucuran pendidikan (Katadata.co.id  01/ 02/ 2024.  17 :31 WIB)

Pada sistem demokrasi saat ini segala usaha dilakukan guna mencapai tujuan yaitu kekuasaan. Salah satunya dengan memanfaatkan bansos sebagai iming-iming kepada masyarakat dengan tidak memikirkan apa pun dampak bagi masyarakat dan juga negara. Sangat jelas banyaknya bansos yang diberikan tentunya akan merugikan negara namun juga tidak bisa menjadi solusi bagi rakyat. 

Inilah potret demokrasi saat ini, para pejabat mempergunakan jabatan dan wewenangnya sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya. Guna mencapai kekuasaan untuk mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Karena dalam sistem kapitalis sekularisme, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan dan menganggap kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan jasmani saja. Maka mereka pun berlomba untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan hidupnya yaitu materi dunia dengan menghalalkan segala cara karena jelas sekali dalam sistem ini manusia hidup sesuai dengan aturan yang dibuatnya sendiri dan itu pasti akan mengikuti hawa nafsunya saja. 

Saat ini kita bisa melihat para pejabat, para pemilik modal berlomba- lomba untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan dengan melegalkan apa pun. Dengan dalih ingin menyejahterakan rakyat, namun pada kenyataannya mereka hanya mementingkan kepentingannya sendiri tanpa memedulikan nasib rakyat yang betul-betul membutuhkan dan menderita karena himpitan ekonomi karena sulitnya mencari pekerjaan. 

Ketika pun bansos diberlakukan maka ini bukanlah solusi serta bukan akar masalah untuk bisa mengentaskan masalah kemiskinan. Pada faktanya bansos ini tidak bisa merata dan bahkan terkadang salah sasaran. Malah yang ada mengakibatkan kerugian bagi negara dan rakyat pun jauh dari kata sejahtera. Para pejabat dalam sistem ini hanya memikirkan bagaimana melanggengkan kekuasaan, tanpa memikirkan apa pun akibatnya bagi rakyat ataupun negara. Mereka berlomba ingin mempunyai jabatan inilah bukti rusaknya sistem demokrasi dan para penguasanya. 

Dalam sistem ini agama dipisahkan dari kehidupan, aturan yang dipakai dalam sistem berasal dari kejeniusan manusia yang tentunya akan membuat pertentangan dan perselisihan dan akan berubah sesuai dengan kebutuhan para pemilik modal. Dalam sistem demokrasi negara menjamin kebebasan perilaku, inilah yang menjadikan terbukanya peluang penyalahgunaan jabatan, sehingga berpeluang juga membuka banyaknya korupsi.

Juga pada sistem ini kurangnya kesadaran pengetahuan politik masyarakat yang rendah, menjadikan masyarakat berpikir praktis dengan adanya bansos seakan merasa diberikan pertolongan untuk menyejahterakan rakyat. Walaupun pemberian bansos ini harus ditukar dengan memberikan suara kepada pejabat tertentu. Gambaran nyata minimnya pengetahuan pada masyarakat serta masyarakat tidak memahami bagaimana peran negara dan kriteria seorang pemimpin untuk bisa menyejahterakan rakyat. Semua ini adalah dampak buruknya pendidikan pada sistem kapitalis sekularisme sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. 

Bansos ini bukan solusi yang tepat untuk mengentaskan kemiskinan namun harus benar-benar dicari apa akar masalah dari kemiskinan yang terjadi, Sejatinya kemiskinan yang terjadi saat ini bukanlah takdir semata namun sudah terstruktur sedemikian rupa karena sistem. Paradigma dari sistem saat ini yang berkuasa adalah yang memiliki modal, ditambah dengan adanya kepemilikan umum dikelola oleh individu maka semakin menambah daftar kemiskinan bagi rakyat. Sulitnya mencari pekerjaan ditengah-tengah harga kebutuhan yang semakin meningkat. Belum lagi rakyat hanya menjadi buruh maka jauh sekali rakyat dari kata sejahtera 

Sedangkan dalam sistem Islam, negara akan memberikan jaminan keamanan dan juga pemenuhan kebutuhan pokok rakyat sehingga negara mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dengan berbagai mekanisme dalam segala aspek kehidupan sesuai dengan Syariat Islam. Dalam sistem Islam segala bentuk kekuasaan itu adalah amanah. Dan amanah ini tentunya akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah  SWT.

Begitu pun dengan seorang pemimpin, dalam Islam harus memenuhi kriteria yang sesuai dengan syariat Islam. Seorang pemimpin dalam Islam haruslah berkepribadian Islami. Sehingga akan takut untuk menyalahgunakan wewenangnya karena takut ketaatannya kepada Allah SWT. Penguasa dalam sistem Islam akan melindungi serta mengurus rakyatnya dan memberikan jaminan kesejahteraan karena negara dalam sistem Islam adalah pelayan bagi rakyatnya 

Negara pun tentunya akan memberikan pendidikan dan edukasi kepada rakyat berdasarkan syariat Islam. Agar supaya rakyat mengetahui dan mempunyai kesadaran bagaimana kriteria seorang pemimpin dalam Islam, apa hak dan kewajibannya. Seorang pemimpin dalam sistem Islam sangat jelas terjamin kualitas keimanan dan ketakwaannya pada Allah SWT.

Seorang pemimpin dalam Islam tentunya akan amanah dan adil. Tidak perlu lagi membangun pencitraan agar dicintai rakyat. Akan tetapi  rakyat yang akan secara sadar mencintai dan memilihnya dengan sendirinya karena melihat dan merasakan ketakwaan dan keimanan para calon pemimpinnya. 

Wallahu a'lam bish shawwab


Oleh: Iske
Sahabat Tinta Media 

Pansos di Balik Bansos


Tinta Media - Presiden Joko Widodo (Jokowi)  telah memberikan sederet bantuan sosial (Bansos) sejak akhir tahun kemarin. Mulai dari bantuan pangan beras 10kg BLT El NiNo hingga mitigasi risiko pangan sebesar Rp. 200.000 per bulan dengan alasan untuk memperkuat daya beli masyarakat khususnya masyarakat kelas bawah.

Papar Jokowi usai menghadiri kongres XVI Gerakan Pemuda (GP) Ansor, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (2/2/2024). Setiap menjelang pemilu bukan hal yang aneh lagi bagi para pasangan Wapres dan Cawapres mereka akan gencar membagikan bansos berupa sembako maupun berupa uang untuk menarik perhatian rakyat, di tengah-tengah kesulitan yang di alami saat ini, belum lagi harga-harga pangan yang  melambung tinggi terutama harga beras yang kian meroket. 

Dalam sistem kapitalis, kekuasaan menjadi tujuan, dengan berbagai macam cara dan memanfaatkan berbagai peluang untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Hal seperti itu wajar karena dalam naungan kapitalis, individu bebas melakukan adapun dengan mengabaikan aturan agama dalam kehidupan.

Di sisi lain, rendahnya taraf berpikir yang pragmatis di kalangan masyarakat yang di sebabkan oleh rendahnya pendidikan dan kesadaran akan politik maka keadaan tersebut banyak dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu. Kemiskinan yang menjadi problem kronis di negeri ini seharusnya pemerintah mengentaskan dengan cara komprehensif hingga ke akarnya, bukan hanya sekedar bansos menjelang pemilu saja. 

Dalam Islam, jabatan seorang pemimpin merupakan amanah  yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Sehingga penguasa akan mengurus rakyat sesuai dengan hukum Islam. Islam juga mewujudkan SDM yang berkepribadian Islam yakni amanah dan jujur. Sehingga seorang Muslim yang menjadi pemimpin pun jelas kualitas iman dan ketakwaannya kepada Allah SWT, tidak perlu pencitraan agar di sukai rakyat. 

Berdasarkan fakta di atas, jelas sekali mana yang haq mana yang batil, mana yang mengurus rakyat dan mana yang mengabaikan rakyat. Kita sebagai rakyat harus pintar memilih pemimpin jangan asal memilih, karena segala sesuatu perbuatan kita akan di pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. 

Maka dari itu Islam merupakan solusi untuk segala permasalahan di negeri ini baik itu masalah pendidikan, ekonomi, politik semuanya di atur secara sistematis dan komprehensif berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw, bukan berdasarkan pemikiran manusia yang hanya mengejar keuntungan semata. 

Wallahu a'lam bish shawwab


Oleh: Ummu Zaki
Sahabat Tinta Media 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab