Tinta Media: orang
Tampilkan postingan dengan label orang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label orang. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Februari 2024

4 Syarat Orang Beruntung



Tinta Media - Semua orang ingin beruntung. Baik dalam hal ekonomi, akademik, sosial bahkan dalam hal ibadah. Namun standar keberuntungan relatif bagi setiap orang tergantung kacamata dan sudut pandang orang tersebut. Menurut A ia beruntung jika bisnis berkembang tanpa kerugian besar. Sedangkan menurut B beruntung itu ketika ia mendapatkan segepok uang dari hasil undian. Dan menurut C ia beruntung ketika segala urusannya dimudahkan serta dilancarkan. 

Semua mempunyai standar beruntungnya masing-masing, sedangkan Allah sudah mengabarkan pada kita (umat manusia) bahwa orang yang beruntung itu ketika ia tidak merugi. Orang yang tidak akan merugi ialah orang yang mempunyai 4 syarat sebagai berikut; 

1. Beriman kepada Allah
2. Mengerjakan Amal Shalih
3. Saling Menasihati dalam Kebenaran
4. Saling Menasihati dalam Kesabaran 

Jika salah satu dari keempat syarat ini tidak terpenuhi maka ia termasuk orang yang tidak beruntung (merugi). ketika seseorang itu beriman kepada Allah SWT namun, ia tidak mengerjakan amal shalih (perbuatan yang Allah ridhai) maka sama saja ia tidak beruntung. Begitu pun ketika seseorang mengerjakan Amal Shalih ia juga menasihati sesama manusia dengan kebenaran (Al-Qur'an dan As-sunah) dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan saat mengerjakan amal shalih tetapi ia tidak beriman kepada Allah SWT maka semua yang ia kerjakan akan sia-sia. 

Karna iman merupakan syarat utama tercatatnya amal shalih yang kita lakukan di dunia, tanpanya maka amal shalih yang kita kerjakan bagaikan debu di atas batu yang tersiram air hujan (bersih tak berbekas). ataupun kita sudah beriman namun, tidak mengerjakan amal shalih dan saling menasihati, itu pun akan sia-sia karna yang dikerjakan kalau tidak amal shalih maka amal salah yang itu mendatangkan dosa bukannya pahala, sedangkan orang yang beruntung adalah ketika mendapatkan pahala dari Allah SWT. Rugi dong sudah beriman malah mendapatkan dosa. 

Semoga ketika kita beriman kepada Allah SWT, lalu kita mengerjakan amal shalih dengan menulis kebenaran yang telah disampaikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Sunnah, kemudian kita saling menasihati dalam kesabaran ketika mengerjakan amal shalih, kita menjadi orang yang beruntung dan tidak merugi. 

Wallahu 'Alam


Oleh: Faith Afia 
Sahabat Tinta Media 

Jumat, 05 Januari 2024

Orang yang Paling Butuh Kasih Sayang dan Kelembutan kita adalah Orang Terdekat Kita



Tinta Media - Berbuat memang tak semudah bicara. Beramal tak semudah berkata kata. Moga Allah mudahkan semua urusan kita. 

Sobat, sering kali kita bisa berkata manis dan lemah lembut bisa berlemah lembut kepada orang lain. Kepada pelanggan, bos di kantor, teman kerja, relasi bisnis dll. Bahkan kita bisa juga ramah kepada orang yang belum kita kenal sebab baru ketemu saat itu. 

Namun sering kali juga kita bersikap kasar dan tak perhatian justru kepada istri atau suami atau anak kita. Atau orang tua kita. 

Padahal andai kita berlemah lembut kepada orang lain yang jauh disebabkan oleh maslahat yang ingin kita raih berupa gaji, karir, dukungan sosial, dll. Maka Maslahat dari istri dan anak serta orang tua mestinya tak kalah dari gaji dan karir bukan? 

Bahkan pastinya lebih berharga. Yakni hidup sakinah dalam keluarga dakwah. Dalam upaya proses saling membahagiakan dengan saling menunaikan kewajiban masing-masing untuk meraih ridho Allah. Tentu semua ini lebih besar, lebih berharga, lebih mulia daripada sekedar gaji dan karir bukan? 

Nah, jika untuk gaji, karir dan dukungan sosial kita bisa menyebar kasih sayang dan kelembutan, mengapa untuk sakinah bahagia dunia akhirat dalam keluarga bersama istri dan anak kita tak bisa? 

Aneh bukan? Padahal Baginda Nabi Muhammad Saw telah bersabda: 

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى 

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pada keluarganya. Aku sendiri adalah orang yang paling baik pada keluargaku.” (HR. Tirmidzi, no. 3895) 

Maka salah satu kebaikan yang paling penting adalah kasih sayang dan kelembutan. 

Coba lihat bagaimanakah contoh dari suri tauladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berada di rumah. 

عَنِ الأَسْوَدِ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصْنَعُ فِى أَهْلِهِ قَالَتْ كَانَ فِى مِهْنَةِ أَهْلِهِ ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ 

Dari Al-Aswad, ia bertanya pada ‘Aisyah, “Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika berada di tengah keluarganya?” ‘Aisyah menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu shalat, beliau berdiri dan segera menuju shalat.” (HR. Bukhari, no. 6039) 

Dalam Syarh Al-Bukhari karya Ibnu Batthol rahimahullah disebutkan bahwa Al-Muhallab menyatakan, inilah pekerjaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya. Hal ini wujud tanda ketawadhu’an (kerendahan hati) beliau, juga supaya umatnya bisa mencontohnya. Karenanya termasuk sunnah Nabi, hendaklah seseorang bisa mengurus pekerjaan rumahnya, baik menyangkut perkara dunia dan agamanya. 

As-Sindi rahimahullah dalam catatan kaki untuk Shahih Al-Bukhari menyatakan bahwa membantu urusan rumah termasuk kebiasaan (sunnah) orang-orang shalih. 

Nah Sobat, kalo Kita mampu berlemah lembut ketika diluar rumah maka mengapa kita tak bisa melakukannya di dalam rumah kepada orang orang terdekat dan tersayang? Mestinya bisa kan? Yuk kita coba!
Ngaji yuk![]


Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Senin, 17 April 2023

Inilah Keutamaan Orang Berilmu

Tinta Media - Mudir IBS (Islamic Boarding School) Insantama Ustaz Choirul Annas, Lc. menyampaikan ada tiga keutamaan orang berilmu yang harus diketahui. 

“Ada tiga keutamaan yang akan diperoleh bagi orang yang berilmu,” tuturnya dalam #temanberbuka : Wajib Simak Ini! 3 Keutamaan Orang Berilmu yang Perlu Kamu Ketahui, Ahad (9/4/2023) di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn. 

Ustaz Annas menguraikan dua keutamaan orang yang berilmu di antaranya adalah disejajarkan haknya dengan pemimpin yang adil dan orang-orang yang sudah tua beruban tapi tetap istiqomah dalam Islam. Hal ini, lanjutnya seperti yang disebutkan dalam hadist Rasulullah riwayat Jabir yang artinya : tiga golongan yang tidak direndahkan karena hak mereka kecuali oleh orang-orang munafik. Yang pertama adalah orang yang sudah beruban dalam Islam, yang kedua adalah Imam atau pemimpin yang adil, dan yang ketiga adalah yang mengajarkan ilmu dan kebaikan.

“Ketika kita mau mempelajari ilmu, menambah ilmu yang kita miliki, belajar dengan serius, menghafalkannya, mengajarkannya, mengamalkannya, lalu menyebarluaskannya, maka kedudukan kita begitu istimewa sampai disamakan dengan pemimpin yang adil,” ujarnya.

Mengutip perkataan Imam Ibnu Wahab, ustaz Annas menyebutkan kewajiban orang yang sudah berilmu adalah senantiasa bersikap tenang dan mengikuti jalan orang-orang berilmu sebelumnya. “Bahkan dikatakan oleh Sufyan ast Tsauri : jika aku tidak tahu maka kesusahanku akan berkurang,” tambahnya. Artinya ketika seseorang itu memiliki ilmu, Allah akan tunjukkan kebaikan pada pada dirinya. Pun demikian ketika ia tidak tahu bisa jadi kesusahannya yang akan berkurang,” tambahnya sekaligus menunjukkan keutamaan ketiga bagi orang berilmu.

Dengan belajar ilmu, tegasnya sekali lagi, Allah Swt. telah mensejajarkan kedudukan orang berilmu dengan para pemimpin yang adil dan orang yang istiqomah dalam Islam. “Kalaupun sedikit ilmu yang kita miliki, kesusahan kita juga tetap dikurangi oleh Allah Swt. Syukron lakum,” pungkasnya.[] Erlina

Kamis, 01 Desember 2022

Inilah Orang Cerdas menurut Rasulullah SAW

Tinta Media - Ustazah Dedeh Wahidah Achmad menjelaskan bahwa orang cerdas menurut Rasulullah SAW adalah yang mampu  menekan nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.

Ustazah Dedeh mengutarakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi nomor 2459, "Rasulullah SAW bersabda bahwa orang cerdas (al-kayyisu) adalah orang yang mampu mengelola nafsunya, jiwanya, dirinya dalam beramal untuk hari penghisaban," tuturnya dalam acara Tsaqafah Islam: Siapakah Orang yang Cerdas? Senin (28/11/2022) melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.

"Terwujudnya al-kayyisu yang sempurna yaitu ketika terikat kepada syariah Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupannya," tegasnya.
 
Ustazah Dedeh menjelaskan, orang yang cerdas itu ketika berpikir secara islami, ketika berbicara maka lisannya mengajak kepada ajaran Allah, perilakunya sesuai dengan rambu-rambu syariah.

"Hidupnya akan dipenuhi dengan amal ibadah, yakni amalan yang bernilai untuk kehidupan akhirat," tuturnya. 

Menurutnya, amal ibadah bukan sekedar ibadah mahdhah tetapi amal shalih itu adalah semua amal yang dilakukan di dunia ini yang memenuhi dua syarat, pertama niat karena Allah, yang kedua dilakukan sesuai tuntunan syariat," tuturnya.

Oleh karena itu, katanya, orang yang cerdas senantiasa terdorong untuk mengkaji ilmu-ilmu syariah, bukan hanya mengejar ilmu-ilmu ke duniaan saja. "Sebaliknya, orang yang azis (lemah) atau bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya," ujarnya. 

Menurutnya, kalau orang tidak mau diatur oleh syariah Islam berarti pada saat itu dia sudah mengikuti ajakan hawa nafsunya. "Standar yang mengatur kehidupan adalah hawa nafsunya," tegasnya.

Untuk mewujudkan orang-orang yang cerdas dalam kehidupan ini, menurutnya, perlu upaya bersama untuk memperjuangkan Khilafah Islamiyah.

"Tidak cukup hanya kita sendiri dan keluarga, tapi kita juga harus berupaya mewujudkan Khilafah Islamiyah, yang akan melahirkan generasi-generasi cerdas, menjadi khairu ummah dengan penerapan syariah Islam secara kaffah," pungkasnya. [] Evi

Kamis, 03 November 2022

OJO LEREN DADI WONG APIK


Tinta Media - Semua pasti setuju, setiap orang harus bertransformasi "dadi wong apik" (menjadi orang baik). Hijrah total menjalani proses yang ada memantaskan diri "dadi wong apik."

Dadi wong apik tidak bisa sekedar slogan. Seringkali ditemui manis di kata dan ucapan semata, namun sumir dalam realita. Dadi wong apik perlu pembuktian. Harus satu antara kata dan perbuatan. Disitulah akan muncul harmoni "dadi wong apik."

Salah satu ciri "wong apik" adalah "mikul dhuwur mendhem jero." Dia tidak akan menjelek-jelekkan saudaranya. Tidak mengakui persahabatan yang selama ini terjalin. Apalagi membuat pengakuan yang terlihat memojokkan di muka umum atau di sosial media.

Selain itu ciri wong apik adalah "ojo kepaten obor." Artinya akan terus berusaha sekuat tenaga untuk menyambung silahukhuwah dengan saudara muslimnya dan silahturahmi dengan saudara kandungnya. Sikapnya tidak justru sebaliknya. Menunjukkan diksi memutus tali silahturahmi. Entah dengan kepentingan apapun. Dia tetap akan menjaga. Bukan karena tekanan, iming-iming, dll mudah mengucapkan diksi memutus ukhuwuh.

Dan masih banyak ciri-ciri yang lain.

"Ojo Bosen Dadi Wong Apik" itu kalimat yang sarat makna dan luar biasa. Perlu digalakkan. Namun akan menjadi "wagu" dan kontra produktif jika yang terlibat didalamnya justru menebar aroma memutus ukhuwah dan menjelekkan saudara. Jadijya "ra toto lan ra mutu."

Bukankah kita terus mendakwahkan, jangan hanya beda fiqih terus menjelek-jelekkan atau menyesatkan orang. Jangan sampai beda pilihan dakwah bukan disebut saudara, tapi malah di sebut musuh. Sungguh, itu semua bertolak belakang dengan ukhuwah dan materi dakwah. "Bersamamu dalam lika-liku dakwah" tentu menjadi seru. Demikian juga "timbul tenggelam dalam lautan dakwah."

Akankah kata-kata manis itu saat ini telah menjadi hambar? Terus berbuat baik walau dianggap tidak baik. Tidak berhenti berproses menjadi orang baik walau ada yang menjauh dan bersikap kurang pas. Bismillah. Allah bersama kita.

Oleh: Gus Uwik
Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam 

Minggu, 16 Oktober 2022

Celaan terhadap Orang yang Membantu Orang Zalim

Tinta Media - Sobat. Siapa saja yang berbuat dzalim lebih-lebih para penguasa yang dengan kepongahannya mendzalimi rakyat apalagi mendzalimi orang mukmin maka mereka berarti telah menyakiti Allah dan layak diceburkan oleh Allah ke dalam neraka.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menyakiti seorang mukmin, maka sesungguhnya telah menyakiti aku. Dan barangsiapa menyakiti aku, maka sesungguhnya dia menyakiti Allah SWT. Dan barangsiapa menyakiti Allah SWT, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di Api neraka.” ( Durratun Nashihin )

Allah SWT berfirman :

وَلَا تَرۡكَنُوٓاْ إِلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنۡ أَوۡلِيَآءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (QS. Hud (11) : 113)

Sobat. Pada ayat ini, Allah swt menandaskan bahwa orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad dan menganut agamanya, supaya jangan sekali-kali cenderung kepada orang-orang zalim, yaitu musuh-musuh kaum Muslimin yang selalu menyakitinya dan orang-orang musyrik yang selalu berusaha mengembalikannya kepada kemusyrikan. Jangan sekali-kali minta bantuan dan pertolongan dari mereka, seakan-akan mereka telah dijadikan pemimpinnya, karena bila hal itu sudah sampai kepada derajat yang demikian, maka termasuklah orang-orang mukmin itu seperti mereka juga yang tidak akan mendapat petunjuk. 

Firman Allah:

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ ٱلۡيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوۡلِيَآءَۘ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَإِنَّهُۥ مِنۡهُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” ( QS. Al-Maidah (5) : 51 )

Sobat. Ayat ini melarang orang-orang yang beriman agar jangan menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrab yang akan memberikan pertolongan dan perlindungan, apalagi untuk dipercayai sebagai pemimpin. Selain dari ayat ini masih banyak ayat yang lain dalam Al-Qur'an yang menyatakan larangan seperti ini terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani. Diulangnya berkali-kali larangan ini dalam beberapa ayat dalam Al-Qur'an, menunjukkan bahwa persoalannya sangat penting dan bila dilanggar akan mendatangkan bahaya yang besar.

Larangan ini berlaku atas diri pribadi. Orang mukmin dilarang menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman yang akrab, tempat menumpahkan rahasia dan kepercayaan seperti halnya dengan sesama mukmin. Begitu juga, berlaku terhadap jamaah dan masyarakat mukmin, bahwa mereka dilarang untuk menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pembela, pelindung dan penolong, lebih-lebih dalam urusan yang berhubungan dengan agama. Kalau hanya untuk berteman biasa dalam pergaulan, apalagi dalam urusan-urusan keduniaan, Allah tidak melarangnya, asal saja berhati-hati dalam pergaulan, sebab bagi mereka sifat melanggar janji dan berbohong untuk mencari keuntungan duniawi adalah biasa saja. 

Hal yang seperti ini sudah diperlihatkan oleh Rasulullah ketika beliau berada di Medinah. Beliau mengadakan hubungan kerja sama dengan orang Yahudi dan Nasrani dan kadang-kadang mengadakan perjanjian pertahanan dengan mereka, bila hal itu dipandang ada maslahatnya bagi orang-orang yang beriman.

Orang Yahudi dan Nasrani itu rasa golongan dan kesukuan mereka sangat tebal. Karena itu walau bagaimanapun baiknya hubungan mereka dengan orang mukmin, sehingga suka mengadakan perjanjian untuk kerja sama dengan mereka tapi kalau akan merugikan golongan dan bangsanya, mereka tidak akan segan-segan berbalik ke belakang, mengkhianati janji dan memusuhi orang mukmin. Sesama mereka senantiasa tolong menolong, bersatu dalam menghadapi orang mukmin. Lahirnya baik, tapi batinnya selalu mencari kesempatan untuk menghancurkan orang-orang mukmin.

Akhir ayat ini menegaskan, bahwa barang siapa di antara orang-orang mukmin yang menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrabnya, maka orang itu termasuk golongan mereka, tanpa sadar, lambat laun orang itu akan terpengaruh, bukan akan membantu Islam, tetapi akan menjadi musuh Islam. Kalau dia telah menjadi musuh Islam, berarti dia telah menganiaya dirinya sendiri. Ketahuilah, bahwa Allah tidak akan memberi petunjuk orang-orang yang aniaya, kepada jalan yang benar untuk mencapai hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Allah SWT Berfirman :

فَتَرَى ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ يُسَٰرِعُونَ فِيهِمۡ يَقُولُونَ نَخۡشَىٰٓ أَن تُصِيبَنَا دَآئِرَةٞۚ فَعَسَى ٱللَّهُ أَن يَأۡتِيَ بِٱلۡفَتۡحِ أَوۡ أَمۡرٖ مِّنۡ عِندِهِۦ فَيُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَآ أَسَرُّواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ نَٰدِمِينَ  

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (QS. Al-Maidah (5) : 52 )

Sobat. Ayat ini menerangkan kepada Muhammad, bahwa Nabi akan melihat orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, yaitu orang-orang munafik yang lemah imannya, belum sampai ke tingkat yakin, seperti Abdullah bin Ubay dan lain-lain. Mereka itu lebih mendekatkan diri kepada orang Yahudi daripada kepada orang mukmin sendiri. 

Abdullah bin Ubay sebagai pemimpin orang munafik, sehari-hari lebih dekat hubungannya dengan orang Yahudi. Sedang orang-orang munafik yang lain, telah berani membuat perjanjian kerja sama, malahan lebih erat hubungan kerja samanya dengan orang-orang Yahudi. Seolah-olah mereka menggantungkan keselamatan mereka kepada orang-orang Yahudi, disebabkan ketakutan kalau-kalau orang-orang Yahudi nanti kuat dan berkuasa, mereka sendiri akan mendapat bahaya. 

Orang-orang munafik itu kurang yakin dengan kekuatan Nabi Muhammad saw, dan Muslimin yang akan dibantu oleh Allah dengan kemenangan dan kejayaan. Allah telah menjanjikan, bahwa setiap mukmin yang berjuang membela agama-Nya, akan dibantu dengan kekuatan dan kemenangan. Maka pada waktu itulah timbul penyesalan dari orang-orang yang ragu dan munafik dan terbukalah rahasia hatinya yang disimpannya selama ini.

Allah SWT berfirman :
لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ وَقَالَ ٱلۡمَسِيحُ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ 
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.( QS. Al-Maidah (5) : 72 ).

Sobat. Allah menegaskan dengan sesungguhnya bahwa orang Nasrani adalah orang-orang kafir karena mereka berkeyakinan bahwa Allah adalah Isa Almasih anak Maryam. Pendirian inilah yang menjadikan mereka itu kafir dan sesat, karena mereka berlebih-lebihan memuji Isa a.s, sebagaimana orang Yahudi keterlaluan pula menghina Isa, terutama terhadap Maryam. 

Pendirian orang-orang Nasrani terhadap nabi Isa a.s. tersebut adalah suatu pendirian yang dianut oleh mayoritas golongan Nasrani dan siapa saja di antara mereka yang menyimpang dari pendirian tersebut dianggap murtad. Orang-orang Nasrani berpendirian bahwa Tuhan itu terdiri dari unsur-unsur yang mereka namakan tiga oknum, yaitu Bapak, Putra dan Rohulkudus. Isa adalah putra, Allah adalah Bapak yang menjelma pada anak yang merupakan Rohulkudus dan mereka adalah tiga kesatuan yang tidak terpisah-pisah. Dengan demikian Allah itu adalah Isa dan Isa itu adalah Allah. 

Pendirian mereka ini sangat menyimpang dari kebenaran, karena Isa sendiri berkata kepada Bani Israil supaya mereka menyembah Allah yaitu Tuhan bagi Isa dan Tuhan bagi Bani Israil. Jadi ayat ini jelas menunjukkan pengakuan langsung dari Isa bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Allah semata. Tegasnya seruan-seruan Nabi Isa kepada Bani lsrail seperti yang diterangkan oleh ayat ini untuk menegaskan agama Tauhid. Hal itu dapat dilihat di dalam kitab-kitab Injil yang asli. Dalam Perjanjian Baru, Markus xii. 28-30, ketika seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, "Hukum yang terutama ialah : Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap kekuatanmu." Begitu juga Matius iv.10, Yesus memarahi setan karena mau menyembah yang selain Allah, Lukas xviii. 19 dan Yohanes xx.17.

Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Isa dengan tegas berkata bahwa orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu baik dengan malaikat atau dengan bintang atau dengan batu, maka orang itu tidak akan mendapat surga dan tempatnya adalah di dalam neraka, karena orang yang mempersekutukan Allah itu adalah orang yang berbuat zalim kepada diri mereka itu sendiri yang karenanya tidak wajar mendapat pembelaan dari pertolongan Allah.

Sobat. Hamba yang paling disukai oleh Allah dan Rasul-Nya ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain, dan bahwa amal yang paling utama ialah menimbulkan rasa gembira pada hati orang mukmin, dengan cara menolak lapar darinya, atau menghilangkan kesusahannya, atau melunasi utangnya.

Dan barangsiapa berjalan menyertai saudaranya yang muslim dalam memenuhi hajatnya, maka seperti berpuasa serta I’tikaf selama satu bulan. Dan barangsiapa berjalan menyertai orang teraniaya yang ditolongnya,maka Allah akan memantapkan kedua telapak kakinya di atas shirath. Demikianlah ketika Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai hamba yang paling dicintai Allah SWT.

Dari Anas Ra bahwa dia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “ Barangsiapa mengalami waktu pagi sedang dia tidak berniat menganiaya seorang pun, maka diampunilah kejahatan yang telah dilakukannya . Dan Barangsiapa mengalami waktu pagi sedang dia berniat hendak menolong orang yang teraniaya dan memenuhi hajat orang muslim, maka dia memperoleh seperti pahala berhaji yang mabrur.” 

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Rabu, 28 September 2022

OJO LEREN DADI WONG APIK KERONO ALLOH

Tinta Media - Seorang muslim adalah orang yang tunduk dan patuh kepada apa yang diperintahkan Allah dan Rasulullah. Pola pikir dan pola sikap seorang muslim selalu dalam timbangan ajaran Islam. Baik buruk seorang muslim adalah baik buruk menurut Islam. Kebaikan seorang muslim adalah saat dinilai baik oleh Islam, bukan baik buruk menurut pandangan manusia. Karena itu kebaikan dalam pandangan Islam dan sekuler sangat berbeda, bagai langit dan bumi.

Baik menurut Islam belum tentu baik dalam pandangan manusia, apalagi dalam pandangan sekulerisme. Baik menurut Islam belum tentu dianggap baik menurut penguasa. Lihatlah seluruh nabi yang baik dan mulia, namun justru dianggap buruk oleh penguasa.
 
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi (QS Al Fath : 28)

Nabi Musa dianggap buruk dan dimusuhi oleh penguasa fir’aun. Nabi Ibrahim dianggap buruk dan musuh oleh rezim namrud. Bahkan Rasulullah yang baik dan mulia dianggap buruk oleh rezim kafir quraisy, hingga harus mendapatkan ancaman, persekusi, diskriminasi dan bahkan berbagai tuduhan keji. Jadi baik dan buruk itu timbangannya adalah syariah Islam, bukan manusia maupun penguasa.

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai (QS At Taubah : 33)

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci (QS As Shaf : 9)

Rasulullah saat berdialog dengan Wabishah tentang kebaikan, beliau bersabda :  “Mintalah fatwa pada dirimu, mintalah fatwa pada hatimu wahai Wabishah (bin Ma’bad Al-Aswadi). (Nabi mengulanginya tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang membuat jiwa dan hati tenang. Dosa adalah sesuatu yang (terasa) tidak karuan dalam jiwa dan (terasa) bimbang dalam dada.” (HR Ahmad).


Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya menegaskan: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim)

Dengan demikian dadi wong apik adalah menjadi orang yang beriman dan bertaqwa, yakni orang yang senantiasa tunduk dan patuh kepada perintah Allah, serta menjauhi larangan Allah, meskipun dijauhi, dimusuhi dan bahkan diancam oleh manusia dan penguasa.


Begitupun dengan berormas dan berorganisasi harus semata untuk kebaikan, yakni organisasi yang mengajak manusia ke jalan Allah. Meskipun dalam politik sekuler, organisasi dakwah seringkali mendapat persekusi dan pembubaran, namun bukan berarti organisasi itu salah. Sebab kebaikan itu ukurannya baik menurut Allah, bukan menurut penguasa yang justru anti agama (sekuler). Penilaian penguasa sekuler atas organisasi dakwah bukanlah alasan untuk tetap menjaga persatuan diantara sesama kaum muslimin atau sesama organisasi penyeru Islam. Berbuatlah karena Allah, jangan karena manusia, apalagi karena penguasa, sebab bisa terjebak perbuatan riya’.

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran : 104)

Dan berpegang-teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk (QS Ali Imran : 103)

Allah dengan tegas telah merumuskan kebaikan dengan firmanNya : "Kebaikan itu bukanlah dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. 2 : 177).

Menurut riwayat Ar-Rabi' dan Qatadah, sebab turun (asbabun nuzul) ayat ini yaitu ketika umat Yahudi sembahyang menghadap ke arah Barat, sedang umat Nasrani menghadap ke arah Timur. Masing-masing pemeluk agama mengklaim bahwa hanya agama yang dianutnya paling benar dalam berbakti dan berbuat kebajikan. Sedangkan di luar agamanya dianggap salah dalam berbakti dan berbuat kebajikan, sehingga turunlah ayat ini untuk membantah pendapat dan persangkaan mereka. Intinya kebaikan adalah Islam, bukan agama yang lain. Kebaikan dinilai berdasarkan Islam, bukan karena penilaian penguasa.

Jadi, dadio wong apik kerono Alloh lan ojo dadi wong apik kerono sak liyane Alloh. Opo-opo sing apik iku ukurane ajarane Allah, dudu seko penilian manungso, opo meneh rezim penguoso. Jogo persatuan iku luweh apik ketimbang pecah belah. Kabeh kudu dilakoni kerono Alloh, ben dadi amal sholeh. Lak yo ngono tho ?

(AhmadSastra, KotaHujan, 27/09/22 : 11.50 WIB)

Dr. Ahmad Sastra 
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB)

Referensi: https://www.ahmadsastra.com/2022/09/ojo-leren-dadi-wong-apik-kerono-alloh.html?m=1

Selasa, 23 Agustus 2022

Beruntunglah Orang-orang Asing yang Tetap Berpegang Teguh dengan Islam

Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Noval Tawang menyebutkan bahwa beruntunglah orang-orang asing yang tetap berpegang teguh dengan Islam.

"Beruntunglah orang-orang asing yang tetap berpegang teguh dengan Islam," tuturnya dalam One Minute Booster Extra: Siapakah Orang-orang Terasing yang Disebut Mendapatkan Keberuntungan? Kamis (18/8/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Ustazah Tawang menyampaikan hal tersebut berkaitan dengan hadist dari Abdurrahman bin Sannah radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda dengan ungkapan Islam mula-mula muncul dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing kemunculannya pertama kali.

Ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam kemudian ditanya "Wahai Rasulullah, siapakah orang-orang itu?" ucapnya.

Kemudian Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan pada saat masyarakat justru gemar berbuat kerusakan. Terjemahan hadist riwayat Ahmad," paparnya.

Ia menjelaskan bahwa ini secara jelas menunjukkan bahwa orang-orang asing itu bukanlah orang-orang yang berpegang teguh pada hukum syariat pada zaman yang rusak ini melainkan lebih dari itu. "Mereka adalah orang-orang yang berjuang memperbaiki berbagai pemikiran dan hukum Islam yang telah dirusak oleh umat manusia," jelasnya.

Sebagaimana sudah diketahui bahwa seseorang atau beberapa orang yang berpencar di sana-sini tentu tidak akan mampu memperbaiki kerusakan yang menimpa masyarakat. "Kecuali jika mereka merupakan suatu kelompok yang memikul tugas untuk memperbaiki masyarakat yang bobrok saat ini," ungkapnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, agar zat keterasingan yang dijelaskan dalam hadits tersebut dapat berlaku bagi seorang individu muslim, "Ia wajib bergabung dengan kelompok yang berjuang untuk memperbaiki masyarakat yang sudah sedemikian parah," imbuhnya.

Dengan kata lain, pujian kepada orang-orang yang asing yang terdapat di dalam hadits tersebut wajib dialihkan dan diarahkan kepada setiap individu muslim yang menggabungkan diri ke dalam kelompok atau partai yang mempunyai misi untuk memperbaiki masyarakat yang rusak tersebut.

"Karena itulah setiap pengemban dakwah harus memastikan dirinya berjuang bersama kelompok yang senantiasa membela kebenaran, menegakkan kalimat Allah, hingga hukum-hukum Allah ditegakkan di muka bumi ini," pungkasnya.[] Ajira
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab