Pembantaian Muslim Gaza Terus Terjadi Akibat Pengkhianatan Penguasa Negeri-Negeri Muslim
Tinta Media - Merespons pembantaian yang terjadi di Gaza, Pengamat Politik Internasional Dr. Hasbi Anwar, S.IP., MA., mengatakan, pembantaian terhadap Muslim Palestina, Gaza terus terjadi akibat dari diamnya dan pengkhianatan negeri-negeri Muslim di dunia.
"Dunia Islam pada umumnya, mereka hanya bisa dengan lisan dalam merespons peristiwa Gaza, yang paling menyedihkan lagi banyak diantara yang terang-terangan mendukung Israel, dan sejak 7 Oktober sampai sekarang, pembantaian terus terjadi oleh zionis karena diamnya dan pengkhianatan negeri-negeri Muslim," tuturnya dalam Catatan Peradaban, Ingat..!!! Palestina Masih Penuh Nestapa, di kanal YouTube Peradaban Islam ID, Kamis (7/3/2024).
Hasbi menambahkan, masyarakat dunia diperlihatkan kebebasan zionis melakukan pembantaian terhadap warga Gaza, tanpa ada satu kekuatan pun yang bisa menghentikan itu semua. Padahal kalau jika lihat dalam segala aspek, kekuatan entitas penjajah Zionis sangatlah lemah. Letaknya yang berada di tengah-tengah kaum Muslimin, kemudian ketergantungan zionis terhadap wilayah-wilayah kaum Muslimin.
"Logikanya seandainya Israel bisa memblokade Gaza. Mesir, Yordan, Suriah, Lebanon, Turki itu lebih bisa memblokade Israel, bahkan secanggih-canggihnya sistem senjata iron domenya Amerika atau senjata-senjata yang dikirimkan Amerika sampai sekarang kepada Israel, itu tidak akan bisa tembus ke Israel ketika wilayah Timur Tengah itu ditutup oleh negara-negara Arab, negara-negara Muslim untuk masuk ke Israel. Itu kan jelas sekali, dan kenapa Israel bisa sebebas itu? Itu karena pengkhianatan," tegasnya.
Hasbi menjelaskan bentuk dari pengkhianatan negeri-negeri Muslim tidak akan terjadi ketika dunia Arab atau dunia Islam di wilayah sekitar Gaza tidak berkhianat. Memang ada banyak pemimpin-pemimpin kaum Muslimin yang bersuara, Indonesia termasuk yang paling kencang bersuara tetapi apa yang terjadi saat ini, bukan suara yang dibutuhkan oleh Gaza
"Kalau kita melihat yang terjadi di Gaza itu adalah kekerasan yang dilakukan dengan tangan atau kekuasaan. Solusinya amar makruf nahi mungkar dengan kekuasaan atau dengan tangan. Tetapi kita tidak melakukan itu. Malah yang terjadi, kezaliman itu dilakukan oleh uluran tangan secara langsung, dengan kekuasaan secara langsung, tetapi dunia membalas kezaliman itu atau merespons kezaliman itu dengan lisan. Ini yang tidak apple to apple, tidak simetris antara kezaliman yang terjadi dengan sikap dunia, dan itu yang membuat akhirnya terjadi pembantaian secara berulang dan kita tidak tahu kapan itu akan berhenti," sesalnya.
Masa Depan Gaza
Hasbi menjelaskan masa depan Gaza tergantung dua faktor, kemauan Israel dan Amerika. Tetapi, ia mempertanyakan, kenapa harus menunggu AS untuk menekan Israel? Kenapa harus menunggu Israel kecapean dulu dengan desakan internal? Baru pembantaian terhenti. "Kemanusiaan kita dipertanyakan, apalagi khususnya bagi para pemimpin-pemimpin yang memiliki tentara. Hal yang tidak masuk akal yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin kaum muslim saat ini, padahal kita memiliki banyak kekuatan," tukasnya.
Mungkin ada yang mengatakan, lanjut Hasbi, kekuatan militer umat Islam tidak seimbang dengan AS. Memang tidak seimbang tetapi umat Islam memiliki banyak kekuatan non militer yang bis digunakan untuk menekan AS. Atau kalau lebih strategis lagi masih ada kesempatan untuk mengubah hubungan negeri-negeri Muslim dengan AS menjadi independen, sehingga mampu membangun kekuatan yang sifatnya independen.
Seharusnya dari peristiwa Gaza, kata Hasbi, masyarakat Muslim belajar, bahwa negeri-negeri Muslim lemah di hadapan Barat, tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menonton penderitaan Muslim Gaza, hanya bersuara ketika Gaza dibantai.
"Seharusnya dari sini kita belajar bahwa umat Islam harus mencari jalan sendiri untuk bisa membangkitkan kaum muslimin bukan selalu bergantung sama Barat, institusi Barat bergantung dengan militer dan ekonomi Barat," pungkasnya. [] Alfia Purwanti