Tinta Media - Dunia tengah digemparkan dengan tragedi yang menimpa negeri Palestina belakangan ini. Hampir dua bulan sudah kaum muslimin Palestina dibantai secara keji oleh Zionis Yahudi. Sekitar puluhan ribu korban syahid. Ribuan di antaranya adalah bayi/anak-anak dan perempuan. Puluhan ribu lainnya terluka parah. Semua akibat puluhan ribu ton bom yang dijatuhkan oleh Zionis Yahudi, khususnya di Gaza. Selain korban jiwa, ratusan gedung runtuh dan rata dengan tanah. Bahkan, sejumlah rumah sakit pun tidak lepas dari sasaran bom Zionis Yahudi.
Beginilah bentuk hilangnya hati Zionis Yahudi. Rasa kemanusiaan tidak lagi mereka miliki. Mereka sudah seperti binatang. Bahkan, lebih kejam dari binatang yang paling buas sekalipun. Semua infrastruktur dibom tanpa terkecuali, seperti instalasi listrik dan air yang amat vital bagi kebutuhan dasar rakyat Palestina.
Penyerangan yang dilakukan oleh Zionis Yahudi kepada Palestina pun menyita banyak perhatian dan dukungan, baik dalam bentuk donasi obat-obatan, makanan, ataupun minuman, adanya aksi bela Palestina yang dilakukan oleh berbagai penjuru negeri, boikot produk, sampai kepada postingan mengenai simbol semangka yang memilki kombinasi warna menyerupai bendera Palestina.
Namun, apakah semua bentuk dukungan tersebut cukup untuk membebaskan Palestina dari serangan ganas para tentara Zionis?
Kepentingan Penjajah Global
PBB yang diharapkan menjadi lembaga perdamaian dunia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika beberapa negara mengeluarkan resolusi terkait Palestina, PBB justru memfasilitasi AS sebagai negara penjajah yang kerap kali mengeluarkan veto. Padahal, AS selalu setia di belakang dan mendukung Zionis Yahudi, serta aktivitas penjajahannya.
Melihat politik luar negeri AS, negara adidaya itu jelas memiliki kepentingan di balik penjajahan Zionis Yahudi di Palestina dan Timur Tengah. AS mendudukkan Zionis Yahudi di wilayah Timur Tengah dengan tujuan agar politik Islam tidak segera bangkit di sana. Walhasil, AS akan selalu menyokong, mendukung, dan membela apa pun yang dilakukan Zionis Yahudi.
Kalaupun PBB menyarankan adanya identitas dua negara di Palestina ataupun adanya gencatan senjata, itu adalah pilihan yang menguntungkan Zionis Yahudi dan tidak menjadikan solusi apa pun bagi Palestina dengan kondisi wilayah yang makin menyempit.
Belenggu Nasionalisme
Para penguasa dan rezim di negeri-negeri muslim saat ini dinodai dan dikotori oleh penyakit busuk nasionalisme dan politik negara bangsa. Penyakit inilah yang membuat mereka melihat muslim di beberapa negeri seperti Palestina, India, Kashmir, dan negeri-negeri lain seolah jauh dari perbatasan nasional mereka sendiri. Mereka dianggap sebagai warga negara asing di negeri asing daripada saudara-saudara mereka sendiri.
Semua ini mengabaikan firman Allah Swt. yang artinya,
“Sesungguhnya, orang-orang mukmin itu adalah bersaudara.” (QS Al-Hujurat 49: 10)
Padahal, Allah Swt. di dalam Al-Qur’an berfirman,
“(Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, kamu wajib memberikan pertolongan.” (QS Al-Anfal 8: 72).
"Perumpamaan sesama kaum mukminin dalam menjaga hubungan kasih sayang dan kebersamaan adalah seperti satu tubuh, jika satu anggota merasakan sakit, maka akan membuat seluruh tubuhnya terjaga dan merasakan demam." (HR Muslim No. 2586)
Penyakit nasionalisme yang membuat mereka memandang penderitaan umat Islam di negeri lain sebagai masalah asing yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Penyakit ini membuat mereka berdiri diam dan lumpuh di tengah genosida yang terjadi. Dukungan yang harus diberikan adalah dalam bentuk jihad.
Apa yang bisa kita harapkan untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis Yahudi? Bagaimana dengaan negeri-negeri muslim lainnya, seperti Rohingya, Kazakhstan, Afganistan, dan sebagainya?
Tentu kita menyaksikan bahwa demokrasi kapitalisme tidak akan pernah mampu melindungi umat Islam dari kekejaman penjajahan Barat! Seharusnya, seorang muslim tahu bahwa jika ada satu negeri muslim yang diserang dan diduduki oleh kafir, hukumnya adalah fardu ain bagi penduduk negeri itu untuk berjihad. Jika mereka tidak mampu, wajibnya jihad dibebankan kepada penduduk di negeri terdekat. Dalam hal ini yang paling wajib setelah penduduk Gaza adalah kaum muslimo dan tentaranya di wilayah Mesir, Turki, Arab Saudi, bahkan hingga Indonesia.
Sebab, pasukan militer tidak bisa dihadapi kecuali dengan pasukan militer juga. Hanya dengan kekuatan militer, pendudukan bisa dihentikan. Oleh karenanya, para pemimpin negeri muslim harus mengerahkan pasukan untuk mengusir Zionis Yahudi. Ini karena permasalahan Palestina tidak akan bisa berakhir kecuali oleh kaum muslim sendiri.
Upaya menyerahkan masalah Palestina kepada dunia internasional sama saja dengan membuka jalan bagi penjajahan kaum kafir dan makin mengukuhkan eksistensi Zionis Yahudi. Hal ini sangat bertentangan dengan firman Allah Swt. yang artinya,
“Allah tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin.” (QS An-Nisa’ [4]: 141)
Solusi Hakiki
Hadirnya Khilafah akan menjadi solusi hakiki bagi Palestina dan kaum muslimin. Penjajahan, penganiayaan, penyiksaan, dan kezaliman yang dibuat musuh-musuh Islam akan sirna dengan adanya Khilafah. Buktinya, saat ini negeri-negeri Islam seakan tidak berdaya melawan Barat.
Karena itu, umat dan negeri-negeri Islam harus bersatu dalam satu kekuatan, satu ikatan, dan satu kepemimpinan dalam naungan satu negara, yakni Khilafah.
“Wahai manusia, ingatlah, Tuhan kalian satu. Bapak kalian juga satu. Ingatlah, tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas non-Arab, juga bagi orang non-Arab atas orang Arab, dan tidak ada keutamaan bagi orang berkulit merah atas kulit hitam, juga bagi orang berkulit hitam atas kulit merah, kecuali karena ketakwaannya. “ (HR Ahmad)
Lantas, apa yang harus dilakukan saat ini?
Pertama, dakwah harus dilakukan dengan menyadarkan pemikiran umat bahwa menjauhkan Islam dari kehidupan (sekularisme) tidak akan menjadikan kita sebagai umat terbaik, malah menjadi umat terpuruk dan terbelakang di segala lini kehidupan.
Dakwah juga harus memberikan penyadaran terhadap umat tentang bahaya nasionalisme yang tertanam pada diri kaum muslimin dan para pemimpin.
Kedua, segala daya dan upaya diberikan untuk menyuarakan fakta dan kebenaran yang sesungguhnya bahwa akar masalah Palestina adalah penjajahan Zionis Yahudi dan nestapa umat tanpa Khilafah. Maka, dakwah harus digencarkan, baik di dunia nyata maupun maya.
Ketiga, menyeru para penguasa muslim untuk kembali pada tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang mengurusi urusan rakyat, termasuk menolong saudara seiman di mana pun berada.
Jadilah penolong-penolong agama Allah Swt., sebagaimana kaum Anshar yang menolong dakwah Rasulullah ﷺ dengan kekuatan dan kekuasaan mereka.
Dengan demikian, seruan dakwah agar terwujud Khilafah harus semakin digemuruhkan, agar permasalahan Palestina dapat segera berakhir dengan penyatuan seluruh kaum muslimin di dunia.