Rayakan Merdeka Belajar di Tengah Rusaknya Akhlak Pelajar
Tinta Media - Peringatan Hari Guru dirayakan setiap 25 November. Tema Hari Guru tahun 2023 lalu adalah “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar”. Namun, hal ini menjadi pertanyaan, mengingat realita yang terjadi pada generasi dengan berbagai masalah serius mulai dari kriminalitas, kesehatan mental, hingga tingginya angka bunuh diri.
Kenyataanya, saat ini banyak berita yang menayangkan tentang bobroknya akhlak para pelajar terhadap guru dan orang tuanya sendiri. Mereka tidak memiliki rasa hormat. Dalam bersosialisasi di lingkungan pun perilaku generasi sekarang sangat merisaukan, sampai membuat gaduh di masyarakat dengan aksi-aksi kriminalitasnya.
Tawuran kerap sekali terjadi di antara pelajar sambil membawa senjata tajam. Mereka tidak menunjukkan rasa takut terhadap hukum di negeri ini. Ini baru sedikit contoh kasus dari banyaknya kasus-kasus yang lain.
Sungguh miris, rayakan merdeka belajar di tengah rusaknya akhlak pelajar. Namun, hal tersebut menunjukkan bahwa kurikulum yang diterapkan saat ini tidak tepat dan bermasalah. Ini menegaskan bahwa kapitalisme tidak memiliki sistem yang membangun generasi berkualitas. Bagaimana tidak, sistem kapitalisme hanya bertujuan agar generasi ke depannya bisa mendapatkan materi atau uang sebanyak banyaknya. Apalagi penerapan sekularisme di negeri ini yang memisahkan agama dari kehidupan, menambah pembentukan karakter yang jauh dari akhlak mulia.
Lain halnya dengan sistem pendidikan dalam Islam. Islam memiliki sistem pendidikan berkualitas yang berasaskan akidah dalam membentuk syakhsiyah islamiyyah atau berkepribadian Islam. Kepribadian terbentuk dari pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) yang keduanya itu terpancar dari pemahaman tentang hakikat hidup. Dengan demikian, jika ada seseorang yang kepribadiannya menyimpang atau menyalahi aturan, berarti ada yang salah dalam aqliyah dan nafsiyahnya. Ini disebabkan karena kesalahan pada prinsip hidup yang dia anut.
Ditambah pula adanya keterpaduan tiga pilar, yaitu keluarga, masyarakat, dan negara akan menjamin keberhasilan membentuk generasi yang berkualitas.
Pertama, peran keluarga. Allah memerintahkan kita untuk memelihara keluarga dari api neraka. Sebagaimana firman-Nya,
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا وَّقُوْدُهَا النَّا سُ وَا لْحِجَا رَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَا ظٌ شِدَا دٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS at-Tahrim [66]: 6)
Keterangan ayat Al-Quran ini mengisyaratkan bahwa pendidikan dalam keluarga sangat penting, terutama pendidikan agama. Pada anak, sedari kecil seharusnya sudah ditanamkan tentang akidah islamiyyah, dan diberi pemahaman tentang konsep hidup sesuai tuntunan syariat. Maka, hal itu akan menjadikan pola pikir dan pola sikap yang benar dan membentuk kepribadian Islam dalam dirinya.
Kedua, peran masyarakat. Harus ada kepekaan atas apa yang terjadi di sekitar kita. Pemahaman masyarakat tentang syariat Islam secara keseluruhan pun sangat penting untuk membentuk generasi yang berkualitas.
Ketika pemahaman dan pandangan masyarakat sudah sama, maka akan terwujud suasana amar ma’ruf nahi mungkar, tidak seperti kondisi saat ini yang acuh tak acuh ketika melihat generasi yang menyalahi syariat, dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang wajar.
Ketiga, peran negara. Negara seharusnya menerapkan syariat Islam yang berasal dari aturan Allah Swt. Sang Pencipta. Tentu saja aturan ini akan membawa kebaikan untuk seluruh umat. Negara akan menerapkan kurikulum yang berlandaskan akidah Islamiyyah, tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi membetuk generasi beriman dan bertakwa. Negara bertanggung jawab atas generasi yang akan meneruskan perjuangan bangsa.
Sudah saatnya negara menerapkan aturan Islam secara kaffah (keseluruhan). Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS al-Baqarah [2]: 208).
Hanya sistem Islam yang mampu membentuk generasi berkepribadian mulia. Ketika sistem Islam diterapkan, bukan hanya kebaikan untuk generasi saja yang akan didapatkan, tetapi juga seluruh umat dalam segala aspek kehidupan.
Oleh: Mustikawati Tamher,
Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok