Tinta Media: menyesal
Tampilkan postingan dengan label menyesal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label menyesal. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Januari 2024

AGAR TAK MENYESAL DI PENGHUJUNG AJAL



Tinta Media - ”Berbahagialah orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkan dirinya, yang membangun kuburannya sebelum memasukinya dan yang ridha kepada Tuhannya sebelum berjumpa dengan-Nya.” (Yahya bin Muadz ar-Razi dalam An-Nawawi, Nasha’ih al-’Ibad, hlm. 12).

Mengomentari pernyataan di atas, Imam an-Nawawi menyatakan: Pertama, ’meninggalkan dunia’ sebelum ’dunia meninggalkan dirinya’ bermakna menghabiskan harta dalam berbagai amal kebajikan sebelum Allah mencabut harta itu dari dirinya. Kedua, ’membangun kuburan’ sebelum memasukinya bermakna memperbanyak amal shalih saat di dunia sehingga ia bisa merasakan kedamaian di alam kuburnya saat kematiannya. Ketiga, ridha kepada Tuhannya sebelum berjumpa dengan-Nya adalah dengan menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya sebelum ia menghadap Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya.

Jika direnungkan, pernyataan di atas sesungguhnya amat dalam maknanya dan amat berharga. Apalagi jika dikaitkan dengan realitas kehidupan kaum Muslim saat ini.

Saat ini, sebagaimana kita lihat, banyak Muslim yang hidupnya berkecukupan. Namun, banyak di antara yang berkecukupan itu menghabiskan hartanya justru dalam perkara-perkara yang kurang bermanfaat, bahkan dalam perkara-perkara maksiat. Tak sedikit orang yang dengan mudah membeli segelas kopi seharga puluhan ribu di hotel mewah, tetapi begitu susah mengeluarkan beberapa rupiah saja untuk bersedekah. Banyak orang dengan yang dengan ringan merogoh sakunya ratusan bahkan jutaan rupiah untuk menyewa kamar di hotel berbintang beberapa malam saja, namun betapa berat mereka menyumbang untuk dakwah atau membangun masjid meski dengan jumlah yang sedikit.

Tak sedikit orang berlomba membangun rumah atau apartemen mewah meski tentu hanya untuk hidup sementara saja. Anehnya, mereka tak sedikit pun tertarik untuk berlomba-lomba ’membangun kuburannya’ (baca: dengan memperbanyak amal shalih sebagai bekal di dalamnya). Padahal alam kubur itulah yang akan mereka tempati, sebagai alam penantian, sebelum pada akhirnya ia tinggal di alam akhirat dengan abadi.

Banyak pula orang yang jarang  menunaikan perintah-perintah Allah SWT dan malah banyak meninggalkan larangan-larangan-Nya, seolah-olah ia tak pernah ridha menerima semua itu dari Tuhannya; seakan-akan ia tak akan pernah bertemu dengan-Nya di Hari Akhir nanti untuk mempertanggungjawabkan seluruh sikap dan amal perbuatannya itu saat di dunia.
Karena itu, marilah kita mengamalkan kata-kata Yahya bin Muadz ar-Razi di atas agar kita tak menyesal di penghujung ajal.

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []

Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab