Tinta Media - Banyak hal yang menarik untuk diulik ketika berbicara tentang remaja. Remaja biasa dikenal dengan sebutan pemuda. Kebanyakan orang menilai pemuda itu energik, kuat, tegap, kekar, penuh semangat, suara lantang, memiliki berbagai potensi dan prestasi. Lalu, apa kabar remaja zaman now? Benarkah remaja saat ini demikian?
Memang banyak pemuda yang memiliki segudang prestasi dan potensi istimewa untuk masa depan diri, bangsa, dan agama. Namun, ketika membaca dan melihat berita di media cetak maupun elektronik, justru lebih banyak dijumpai kondisi remaja yang memprihatinkan. Mereka semakin berani mengekspresikan diri hingga kelewat batas.
Hampir setiap waktu, ada berita remaja tawuran, bullying, narkoba, seks bebas, aborsi, hingga terjangkit HIV/AIDS. Maka, butuh perhatian serius dalam menghadapi masalah remaja, khususnya terkait HIV/AIDS ini. Pasalnya, remaja bahkan anak-anak juga terjangkit penyakit mengerikan ini dalam jumlah yang cukup besar.
Data Penderita HIV/AIDS
Dilansir dari data WHO, kasus penderita HIV/AIDS sedunia pada tahun 2022 sebanyak 39 juta orang. 37,5 juta orang usia dewasa, dengan 20 juta perempuan dan 17,5 juta laki-laki. Mirisnya lagi, anak-anak penderita HIV/AIDS mencapai 1,5 juta anak.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mencatat jumlah kasus HIV mencapai 515.455 pada rentan waktu Januari hingga September 2023. Dari data itu, sebesar 3,4% berusia 15-19 tahun ada di urutan ke-4. Sedangkan pengidap HIV terbesar di Indonesia ada pada usia 25-49 tahun yaitu mencapai 69,9%. Urutan kedua terbayak ada pada usia 20-24 tahun sebanyak 16,1%. Disusul penderita usia di atas 50 tahun di urutan ke-3. Posisi ke-5 diderita pada segmentasi balita mencapai 1,9% dan usia 5-14 tahun sebesar 1%. (katadata.co.id, 1/12/2023).
Peringatan Hari HIV/AIDS
Adanya peningkatan kasus HIV/AIDS setiap tahun, mengharuskan adanya penanganan serius dari semua pihak. Penanganan bagi penderita ini harus disertai pencegahan agar tidak semakin meluas.
Memahamkan masyarakat umum tentang penyebab HIV, penularannya, serta pencegahan harus dilakukan secara masif. Itulah ide awal tercetusnya hari AIDS sedunia selain untuk mengenang mereka yang telah meninggal dunia akibat penyakit ini.
Hari AIDS sedunia dicetuskan oleh James W. Bunn dan Thomas Netter pada Agustus 1987. Mereka mengajukan ide tersebut kepada Director of the Global Programme on AIDS (searang dikenal UNAIDS) Dr. Jonathan Mann. Ia menyetujui ide tersebut dan merekomendasikan hari AIDS sedunia pertama pada 1 Desember 1988.
Hari HIV/AIDS sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember. Dilansir dari World AIDS Day, tahun 1988 menjadi awal respons terhadap epidemi HIV/AIDS yang kian memprihatinkan, kemudian berkembang menjadi kampanye global guna meningkatkan pemahaman, dukungan, dan upaya pencegahan.
Mulanya, hari AIDS sedunia dirancang guna memberi kesempatan pada siapa pun di seluruh dunia untuk bersatu menghadapi pandemi HIV/AIDS dan sebagai solidaritas terhadap penderitanya. Namun, sekarang peringatan ini menjadi agenda untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, mengurangi stigma, dan menghormati orang yang telah meninggal akibat AIDS.
Di tahun 2023 ini, hari AIDS sedunia mengambil tema “Let Communities Lead” (biarkan komunitas memimpin). Seiring tema global, Indonesia mengusung tema “Bergerak Bersama Komunitas, Akhiri AIDS 2030”, diharapkan kolaborasi dan koordinasi antarsektor dengan komunitas semakin meningkat.
Di Indonesia sendiri, Tahun 2023, hari AIDS sedunia diperingati sebagai komitmen untuk mengatasi tantangan dalam pencegahan, perawatan, dan dukungan terhadap individu yang hidup dengan HIV/AIDS. Peringatan kali ini mengambil tema "End Inequalities. End AIDS. End Pandemics" yang menekankan pentingnya mengakhiri ketidaksetaraan dalam akses layanan kesehatan dan dukungan bagi semua individu yang terdampak HIV/AIDS.
Dilansir dari kemkes.go.id. peringatan kali ini bukan hanya perayaan, namun juga panggilan untuk memberi akses dan dukungan kepada komunitas dalam peran kepemimpinannya. Kunci untuk mencapai target Ending AIDS 2030 adalah penguatan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan komunitas.
Peringatan hari AIDS diharap membahas tantangan, memberikan dukungan dan merayakan kemajuan dengan menciptakan momentum global yang krusial. Meskipun telah ada kemajuan signifikan dalam pengobatan dan pencegahan HIV/AIDS, peringatan ini mengingatkan masyarakat untuk tidak meremehkan, bahkan menghindari perjuangan yang masih dihadapi oleh jutaan orang di seluruh dunia.
Akar Masalah dan Penanganan HIV/AIDS
Jika ditelisik, penyebaran kasus HIV/AIDS tidak hanya masalah medis, tetapi juga gaya hidup manusia yang salah. Tentu saja ini merupakan pengaruh dari sistem kapitalis sekuler yang dianut negara. Sistem ini berbuah gaya hidup liberal, bebas kelewat batas, sehingga virus tersebut cepat berkembang.
Dalam sistem kapitalis sekularis, aturan kehidupan tidak bersandar pada halal dan haram. Sistem ini bersandar pada akal manusia dan hawa nafsu semata. Segala sesuatu akan diakui ketika menghasilkan materi dan menjunjung tinggi kebebasan dengan dalih Hak Asasi Manusia (HAM).
Solusi Tuntas HIV/AIDS
Selama ini pemerintah sudah berusaha mengatasi masalah HIV/AIDS dengan berbagai cara. Namun, ternyata jumlah penderitanya terus bertambah. Kenapa? Karena belum mampu menyelesaikan akar masalahnya. Bahkan, ada solusi yang justru terkesan memperbolehkan seks bebas, seperti penggunaan kondom. Artinya, negara mengizinkan seks bebas asalkan menggunakan kondom. Harusnya seks bebas yang dilarang, bukan justru disarankan menggunakan pengaman, karena sebenarnya justru aman jika meninggalkan seks bebas.
Sejatinya, masalah HIV/AIDS butuh solusi tuntas yang telah Allah berikan. Dalam Al-Qur’an surah al-Maidah ayat 49 Allah SWT berfirman, yang artinya:
"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu."
Jika di atas disampaikan penyebaran HIV/AIDS karena sistem kapitalis sekuler, maka solusinya adalah menerapkan sistem Islam. Selain itu, seks bebas menjadi penyebabnya juga. Maka, mencegahnya adalah dengan menjauhi zina.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 32 yang artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.”
Intinya, dalam negara Islam akan diterapkan sistem pergaulan sesuai syariat. Sejatinya, hukum kehidupan laki-laki dan perempuan adalah terpisah, kecuali ada aturan yang mengikat, yaitu pernikahan.
Jika negara telah menerapkan aturan sistem pergaulan, tetapi masih ada yang tidak taat, maka negara bisa memberikan sanksi tegas dan keras. Sanksi dalam Islam mampu memberikan efek jera bagi pelaku maupun orang lain. Sanksi seperti ini adalah agar masyarakat mau taat aturan Islam.
Namun, yang dapat menerapkan sistem pergaulan seperti ini tidak lain adalah negara dalam naungan khilafah. Khalifah akan memberikan pengobatan berkualitas dan memastikan kesembuhannya. Biaya kesehatannya pun gratis kepada seluruh masyarakat.
Selanjutnya, negara akan berupaya sungguh-sungguh melakukan riset untuk menemukan obat penawarnya. Negara percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Hal ini mengacu pada sabda Rasulullah, yang artinya:
”Semua penyakit ada obatnya. Bila sesuai antara obat dan penyakitnya, maka (penyakit) akan sembuh dengan izin Allah Swt." (HR Muslim)
Demikian solusi yang ditawarkan Islam untuk menghentikan virus HIV/AIDS. Tentu saja semua butuh dukungan dari berbagai hal lain, seperti sistem ekonomi Islam, politik Islam, dan lainnya. Dengan mekanisme tersebut, diharapkan penyebaran virus AIV/AIDS dapat diminimalisasi, bahkan dihentikan.
Allahu a’lam bish shawab.