Saatnya Gen-Z Melek Politik untuk Perubahan Hakiki Sesuai Syariat Islam
Tinta Media - Pemerintah Kabupaten Bandung sukses menggelar Talkshow Why Gen-Z: "Kepemimpinan Ala Gen-Z" melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol). Talkshow ini diselenggarakan dalam upaya memberikan pengayaan, pendidikan politik dan wawasan generasi muda dalam menghadapi Indonesia Emas 2045. Tujuan diadakannya acara ini yaitu untuk meningkatkan karakteristik kualitas Gen-Z.
Dikky Achmad Sidik Pjs. Bupati Bandung mengucapkan terima kasih kepada Badan Kesbangpol Kabupaten Bandung yang telah melaksanakan seminar bagi generasi muda dalam upaya mempersiapkan calon-calon pemimpin di masa mendatang, apalagi saat ini yang juga bertepatan dengan akan dilaksanakannya Pilkada Serentak Nasional pada 27 November 2024. Kita tahu, pada momen itu, generasi muda akan memberikan hak suaranya.
Gen-Z menjadi target paling diincar oleh kandidat Bacabup dan Bacawabup Pilkada 2024. Bukan tanpa alasan, Gen-Z menjadi kelompok pemilih terbesar kedua setelah generasi milenial karena dikenal sebagai kaum muda yang tumbuh bersama teknologi dalam pemilihan kepala daerah serentak 2024.
Bicara tentang politik tentu sangat menarik, tetapi tidak bagi Gen-Z . Mereka berpandangan bahwa politik adalah alat untuk meraih tujuan tertentu, sehingga mereka cenderung anti untuk bicara politik.
Padahal Gen-Z dan milenial disebut-sebut sebagai pilar dari generasi emas 2045, sehingga mereka sangat diperhitungkan di segala aspek kehidupan, termasuk suara mereka yang diperebutkan dalam Pemilu/Pilkada 2024, karena mereka terkategori pemilih pemula pada 2024 ini.
Potensi usia muda pada Gen-Z seharusnya disiapkan bukan sekadar keahlian untuk bekerja, tetapi mereka juga perlu disiapkan sebagai calon pemimpin di masa depan. Mereka adalah aset besar untuk perubahan ke arah perbaikan dan kebangkitan, terutama sebagai seorang muslim. Generasi adalah para penerus estafet ketaatan.
Dalam sistem sekuler, Gen-Z tidak lebih hanya dipandang sebagai aset komoditas untuk meningkatkan kemajuan ekonomi, yang keuntungannya hanyalah untuk para oligarki dan penguasa korporatokrasi. Sehingga, upaya memajukan generasi selalu fokus pada aktivitas ekonomi semata, dengan mengabaikan aspek karakter yang kini kian jauh dari nilai-nilai luhur. Jangankan berbicara pemuda bersyakhsiyah Islam yang mulia, saat ini Gen-Z dalam hal moral saja sangat mengkhawatirkan. Namun, penguasa justru fokus menawarkan lapangan pekerjaan. Itu pun sangat mungkin untuk diragukan, apalagi janji-janji saat kampanye.
Sudah saatnya Gen-Z diarahkan pada kesadaran politik hakiki, karena mereka aset berharga umat. Hanya Islam ideologi yang mampu membangkitkan pemuda menjadi generasi yang mampu dalam segala hal, bukan untuk sekadar menjadi pekerja, tetapi mereka adalah para kreator.
Dalam Islam, politik atau siyasah artinya mengatur, memelihara, mengurusi urusan umat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan syariat Islam.
Bukan hanya itu, Islam juga mengatur hubungan internasional, masalah kewajiban kepada Allah (ubudiah), pakaian, makanan, dan akhlak seorang muslim. Ketika semua hal tersebut diterapkan dengan aturan Islam, itulah yang dinamakan pemberlakuan politik Islam.
Namun, penerapan seluruh syariat Islam tersebut membutuhkan institusi politik berupa negara, yakni Khilafah Islamiah.
Gen-Z dan milenial harus memahami cakupan Islam kaffah, serta mengetahui bahwa berbagai persoalan yang mendera seluruh umat manusia saat ini adalah akibat tidak diterapkan Islam kaffah dan justru melandaskan pengaturan kehidupan berasaskan sekularisme, kapitalisme, dan sistem politik demokrasi.
Sudah saatnya Gen-Z melek dan beraktivitas politik guna mewujudkan institusi politik Islam, yakni Khilafah Islamiah sehingga semua ketentuan syariat Islam bisa terterapkan. Wallahu a'lam bisshawab.
Oleh: Rukmini
Sahabat Tinta Media