Pemuda Hari Ini adalah Tokoh di Masa Datang
Tinta Media - Narator MMC menyampaikan sebuah ungkapan dalam bahasa Arab, 'Syubbanul aliyaum rijalu Al ghoddi'. "Pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang," tuturnya dalam Serba serbi MMC: Generasi Muda Cemerlang di Masa Khilafah, Hasil Binaan Sistem Islam, Sabtu (24/12/2022) melalui kanal YouTube Muslimah Media Center.
Karena itu, lanjutnya, Islam memberikan perhatian besar kepada mereka bahkan sejak dini. Di masa lalu, banyak pemuda hebat, karena generasi sebelumnya adalah orang-orang hebat. Karena itu Khilafah memberikan perhatian besar pada generasi muda ini, Nabi Saw mengajarkan muru auladakum di as-shalati wahum abna'sab'in. "Ajarkanlah kepada anak-anakmu sholat ketika mereka berusia 7 tahun," ungkapnya.
Hadits ini sebenarnya tidak hanya memerintahkan sholat saja, tetapi juga hukum syara yang lain. "Karena sholat merupakan hukum yang paling menonjol sehingga hukum inilah yang disebutkan," jelasnya.
"Selain itu titah ini tidak berarti anak-anak kaum muslim baru diajari shalat dan hukum syara yang lain ketika berusia tujuh tahun," imbuhnya.
Di masa lalu keluarga kaum muslim menjadi Madrasah pertama bagi putra-putrinya, sejak sebelum lahir dan saat balita. "Orang tuanya telah membiasakan putra-putrinya yang masih kecil untuk menghafal Al-Qur’an dengan cara memperdengarkan bacaannya," ujarnya.
Di usia emas seperti ini anak-anak bisa dibentuk menjadi apa pun tergantung orang tuanya. "Setelah mereka bisa menghafal Alquran di usia 6 atau 7 tahun, mereka pun mulai menghafal kitab-kitab hadits, saat usia 10 tahun mereka pun bisa menguasai Alquran Hadits, juga kitab-kitab bahasa Arab yang berat sekelas Alfiah Ibnu Malik," tegasnya.
*Generasi Islam*
Narator menggambarkan bahwa di era Khilafah bermunculan pemuda yang sudah mampu memberikan fatwa Iyash bin Mu'awiyah, Muhammad bin Idris asy-Syafi'i misalnya, sudah bisa memberikan fatwa saat usianya belum genap 15 tahun.
"Selain penguasaan pengetahuan yang begitu luar biasa mereka juga dibiasakan oleh orang tua- orang tua mereka untuk mengerjakan salat, berpuasa, berzakat, infaq, hingga berjihad. Sosok Abdullah bin Zubair misalnya yang dikenal sebagai ksatria, pemberani tidak lepas dari didikan orang tuanya Zubair bin al-awwam dan Asma binti Abu Bakar," kisahnya.
Abdullah bin Zubair pun, tegasnya, sudah diajak berperang oleh ayahnya Saat usianya masih 8 tahun, dia dibonceng di belakang ayahnya di atas kuda yang sama dengan bekal ilmu dan pembentukan mental yang sehat dan kuat, ditopang dengan pembentukan sikap dan nafsiyah yang mantap. "Kehidupan pemuda di era Khilafah jauh dari hura-hura, dugem dan kehidupan hedonistik lainnya," tutur narator.
"Mereka pun jauh dari stress apalagi menjamah miras dan Narkoba untuk melarikan diri dari masalah. Kehidupan pria dan wanita pun dipisah tidak ada pacaran hingga perzinaan," ungkapnya.
Narator menyimpulkan, kehidupan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat benar-benar bersih. "Kehormatan atau Izzah pria dan wanita serta kesucian hati atau iffah mereka pun terjaga," ungkapnya.
"Semua itu, selain karena model ilmu, ketakwaan, sikap dan nafsiyah mereka juga sistem yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat oleh Khilafah," tegasnya.
Narator mengatakan, kehidupan masyarakat yang bersih ini juga bagian dari tasqif jama'i yang membentuk karakter dan kepribadian generasi muda di zaman itu. "Peran negara masyarakat, dan keluarga begitu luar biasa dalam membentuk karakter dan kepribadian mereka," jelasnya.
Agar masyarakat khususnya generasi muda tidak terperosok dalam ke sia-siaan maka "Mereka harus disibukan dengan ketaatan, baik membaca, mendengar atau menghafal Alquran, Hadis, kitab-kitab tsaqofah para ulama atau berdakwah di tengah-tengah umat dengan mengajar di masjid, kantor, tempat keramaian dan sebagainya," harapnya.
Semuanya ini, menurutnya, memang membutuhkan negara dengan sistemnya yang luar biasa. "Sejarah keemasan seperti ini pun hanya pernah terjadi dalam sistem Khilafah bukan yang lain," pungkasnya.[] Sri