Sudahkah Makananmu Halal dan Tayib?
Tinta Media - Kalau dulu penyakit diabetes, obesitas, gagal ginjal menyerang orang dewasa, kini stigma itu berubah. Penyakit tersebut kini bisa menyerang anak muda, bahkan anak-anak, sekalipun dari keluarganya tidak ada riwayat penyakit tersebut.
Maraknya makanan cepat saji di pinggir jalan, menjamurnya minuman kemasan dengan kadar gula tinggi, belum lagi cemilan yang banyak mengandung MSG serta zat kimia berbahaya lainnya merupakan beberapa faktor yang menyebabkan penyakit orang tua bermunculan.
Mengapa bisa terjadi? Pertama, karena faktor ekonomi. Kebanyakan orang-orang yang berjualan hanya berpikir untuk mendapatkan keuntungan besar. Maka, untuk menyiasati harga produksi yang melambung tinggi, dipilihlah zat-zat berbahaya sebagai pengganti gula dan pewarna makanan.
Kedua, maraknya fenomena mukbang makanan yang viral. Ini membuat sebagian orang ingin mencoba makanan tersebut, tanpa mengetahui nilai gizi yang tersaji.
Ketiga, faktor kemiskinan. Mahalnya kebutuhan pokok membuat sebagian orang tidak terlalu memperhatikan nilai gizi makanan yang dikonsumsi, yang penting kenyang dan bisa melanjutkan aktivitas.
Maraknya berbagai penyakit kronis tadi merupakan fenomena yang membuat miris dan sedih. Anak zaman sekarang digempur habis-habisan dengan berbagai makanan yang tidak tayib. Hanya menuruti keinginan lidah membuat sebagian orang melupakan ketayiban dari sebuah makanan.
Padahal, Allah Swt. telah memperingatkan dalam QS. Al Baqarah 168.
"Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata."
Mengapa Allah sampai memberi peringatan makanan yang baik? Karena dari makanan yang baik itu kita mampu melaksanakan ibadah dengan nyaman. Tubuh yang sehat mampu melakukan berbagai kebaikan. Namun sebaliknya, saat ini makanan enak berlimpah, tetapi ibadah terserah.
Tubuh ini memiliki hak untuk mendapatkan makanan yang halal dan tayib. Sebagai muslim, kita tahu akan ada hari pembalasan. Jangan sampai tubuh ini mengadu kepada Allah karena diberi makanan yang tidak tayib, bahkan haram, nauzubillah.
Maraknya makanan kemasan ini tidak lepas dari paradigma saat ini, yakni sekularisme. Artinya, memisahkan agama dari kehidupan. Mereka beranggapan bahwa makanan hanya sekadar makanan. Padahal, dari makanan ini kita bisa menegakkan tulang untuk beribadah. Namun, sistem kapitalisme lebih mengedepankan keuntungan tanpa melihat aspek kesehatan.
Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim, kita wajib untuk mencari makanan yang halal dan tayib. Jangan sampai kita menzalimi tubuh kita yang berakibat pada lalainya ibadah kepada Allah.
Oleh: Alfia Purwanti
Aktivis Muslimah