Tinta Media: makan
Tampilkan postingan dengan label makan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label makan. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 November 2024

Makan Bergizi Gratis, untuk Generasi atau Proyek Oligarki?


Tinta Media - Sepintas program MBG (Makan Bergizi Gratis) terlihat sangat membantu generasi, terutama para pelajar yang sedang dalam masa pertumbuhan. Program ini diharapkan dapat mencegah stunting pada anak, meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia, serta meningkatkan ketahanan pangan. Meskipun pada awal kemunculannya program ini memicu polemik, apalagi anggaran awal fantastis sekitar 450 Triliun, tetapi saat ini sudah ditetapkan menjadi 71 Triliun.

Dalam laman Tirto.id (21/10/2024), Ekonom Senior Indef (Institute for Development Economics and Finance) Didik J Rachbini, menyarankan pemerintah agar memberikan pelaksanaan program makan siang gratis ini untuk para usaha mikro, kecil, dan menengah di daerah tersebut. Keterlibatan pemerintah daerah ini akan meminimalisir terjadinya kecurangan yang dilakukan para 'bandit' atau pihak yang mengambil untung.

Menurut Didik, anggaran jumbo ini memiliki banyak peluang kecurangan mulai dari pengadaan bahan baku hingga pendistribusian. Didik juga mengatakan bahwa program ini dimaksimalkan agar jangan diberikan kepada pengusaha luar (impor). Jika di Indonesia tidak ada bahan yang diperlukan, maka sebaiknya mencari bahan pangan lokal yang bisa dijadikan alternatif.

Kepentingan Abadi dalam Sistem Demokrasi

Bukan berprasangka buruk, hanya saja sudah bukan rahasia umum lagi bahwa sistem sekuler kapitalis ini begitu mengagungkan materi. Setiap tindakan atau kebijakan yang dilakukan pasti memberikan keuntungan bagi pihak terkait. Seperti dalam program MBG ini, yang paling diuntungkan adalah perusahaan besar, sebagai pemasok bahan baku utama. Seperti yang dikatakan Pak Didik di atas, proyek bernilai triliunan ini sangat mungkin ada kecurangan.

Jika memandang permasalahan stunting dan gizi buruk, akan dapat kita temui fakta bahwa persoalan ini muncul dari tingginya angka kemiskinan yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anak. Mengapa bisa terjadi? Karena angka pendapatan lebih rendah daripada pengeluaran. Jadi, bisa disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan salah satu hal yang paling memengaruhi kesehatan masyarakat.

Jadi, makanan bergizi gratis ini bukanlah solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan stunting dan gizi buruk. Seharusnya, yang diberantas paling awal adalah kemiskinan. Kemiskinan ini terbentuk dari sulitnya lapangan pekerjaan, mahalnya harga bahan-bahan pokok, kenaikan harga BBM dan Listrik, mahalnya biaya pendidikan sehingga banyak anak putus sekolah, yang akhirnya menjadi pengangguran atau pengusaha serabutan. Mereka akan kesulitan mencari pekerjaan sebab salah satu syarat utama pekerja adalah memiliki ijazah minimal SMA sederajat.

Bahkan, di awal percobaannya saja sudah banyak kejanggalan yang terlihat, mulai dari anggaran awal sebesar Rp15.000 menjadi Rp7000. Lalu, susu sapi diganti menjadi susu ikan, padahal pakar gizi menyatakan bahwa proses yang panjang dan lama akan mengurangi kadar gizi pada ikan, bahkan lebih baik jika ikan dimasak langsung saja. 

Belum lagi proses produksi ini tentu harus menggunakan alat yang canggih dan modal yang besar, yang pada akhirnya hanya bisa dilakukan perusahaan, bukan oleh para petani, sehingga sudah sangat jelas siapa yang akan diuntungkan nanti.

Kemiskinan ini terjadi akibat kelalaian pemerintah dalam mengurusi rakyat, karena dalam sistem demokrasi, negara hanya berfungsi sebagai regulator dan fasilitator, bukan pengurus rakyat. Program MBG ini sudah terlihat ada kepentingan bisnis di baliknya. Program ini seperti industrialisasi dan investasi di bidang pangan, mulai dari rencana impor, penyediaan bahan baku, proses produksi, hingga distribusi sudah terlihat akan dilaksanakan oleh perusahaan raksasa, bukan petani kecil dengan keterbatasan alat.

Islam Menjamin Kemaslahatan Generasi

Dalam Islam pemerintah bertugas sebagai ra'in (pengurus) umat, bukan penguasa. Sehingga, pemerintah tidak akan membuat kebijakan yang menekan atau merugikan rakyat. Negara wajib memenuhi segala kebutuhan dasar masyarakat, baik kebutuhan pokok, ataupun fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai. Juga memberikan jaminan keamanan dan perlindungan untuk setiap rakyat. Ini semua dilakukan negara tanpa menyulitkan dan memberatkan rakyat.

Dalam kasus pendidikan dan kesehatan, negara memberikannya secara gratis, dan menjamin pelayanan terbaik, memberikan pendidikan yang berbasis akidah Islam agar terbentuk generasi yang gemilang dan mulia. Negara memudahkan rakyat mengakses kebutuhan pokok, seperti harga-harga yang standar dan tidak mahal, juga memberikan sanksi terhadap siapa pun yang berbuat kecurangan.

Makanan bergizi adalah hak setiap warga negara, bukan hanya untuk orang tidak mampu saja. Negara harus mengatur akses makanan bergizi agar harganya tetap terjangkau, serta pendistribusian bisa merata ke seluruh penjuru daerah, dan berupaya agar tidak terjadi kelangkaan. Negara juga harus mengalokasikan anggaran negara dengan tepat dan jujur. Dalam Islam, setiap pemerintah memiliki kesadaran bahwa perbuatan mereka kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat, sehingga mereka takut untuk berbuat sewenang-wenang.

Khatimah

Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur setiap aspek kehidupan, mulai dari kehidupan individu hingga urusan bernegara. Dengan menerapkan aturan yang berasal langsung dari Allah Swt., manusia akan merasakan kemaslahatan, kedamaian, dan kesejahteraan yang tidak akan pernah tercapai dalam sistem lainnya selain Islam. Wallahu 'alam bishawab.



Oleh: Audina Putri 
(Aktivis Dakwah Muslimah)

Rabu, 25 September 2024

Makan Siang Gratis, Solutifkah?


Tinta Media - Prosesi pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih akan dilaksanakan dalam kurun waktu kurang dari sebulan lagi. Akan tetapi, polemik program unggulan dari pasangan presiden dan wakil presiden terpilih ini terus bergulir. Mulai dari penggantian nama makan siang gratis menjadi makan bergizi gratis, pemotongan anggaran untuk satu porsi yang awalnya Rp15.000 menjadi Rp7.500, lalu kini masyarakat diramaikan oleh wacana penggantian protein dari susu sapi menjadi susu ikan.

Dari awal tercetusnya program makan siang gratis, masyarakat sudah mempertanyakan dari mana sumber anggaran untuk program ini, karena saat kampanye pilpres lalu, Prabowo mengatakan jika anggaran yang dibutuhkan untuk makan siang gratis yaitu Rp460 Triliun. Akan tetapi, kenyataannya dalam RAPBN 2025 anggaran yang dialokasikan untuk program ini jauh di bawah jumlah yang disebutkan saat awal kampanye, yaitu hanya Rp71 Triliun. Padahal, saat kampanye pilpres, Prabowo sangat optimis akan keberhasilan program makan bergizi gratis ini dengan anggaran Rp460 Triliun yang disebutnya akan menggunakan APBN pendidikan dan perlindungan sosial.

Mereka beranggapan bahwa anggaran untuk pendidikan dan perlindungan sosial sebelumnya sangat besar, sehingga mampu menutupi anggaran makan bergizi gratis. 
Kenyataannya, masih banyak sekolah-sekolah yang bangunannya tidak layak, bahkan hampir ambruk dan membahayakan siswa, guru, dan warga sekolah lainnya. Belum lagi fasilitas sekolah yang tidak lengkap dan sangat kurang bagi mereka yang berada di pedalaman Indonesia.

Perlindungan sosial pun masih jauh dari kata terpenuhi. Sangat banyak bantuan dan jaminan sosial yang tidak tepat sasaran. Sehingga, mereka yang benar-benar termasuk dalam kategori rakyat miskin harus berjuang sendiri untuk memenuhi perlindungan sosialnya.

Di tengah ketidakpastian itu, ramai pemberitaan bahwa ada wacana jika susu ikan dijadikan sebagai pengganti protein dari susu sapi. Susu ikan adalah produk turunan dari hidrolisat protein ikan (HPI). 

Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco mengklaim bahwa susu ikan ini merupakan alternatif dari aspirasi masyarakat dan belum final. Akan tetapi, di media sosial sendiri hal ini masih menjadi pro dan kontra, mengingat jika kita mengonsumsi olahan ikan langsung atau olahan protein hewani lainnya dinilai lebih baik daripada minum susu ikan yang mengandung tinggi gula. Apalagi, masih sedikit dukungan ilmiah mengenai kesehatan jika dikonsumsi jangka pendek ataupun jangka panjang.

Program makan bergizi gratis ini dinilai belum matang dan pemerintah belum siap untuk menjalankan. Apalagi, anggaran justru dipangkaskan dari APBN yang sebelumnya sudah dialokasikan untuk kebutuhan lain, yaitu sektor pendidikan dan perlindungan sosial karena dinilai sangat besar. 

Padahal, ini sangat berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan. Faktanya, masih banyak masyarakat terkategori miskin dengan makanan dan tempat tinggal yang tidak layak, serta pendidikan yang tidak merata. Bahkan, banyak anak yang harus putus sekolah di jenjang sekolah dasar.

Masih banyak opsi lain untuk memperbaiki generasi masa depan Indonesia selain memberi makan bergizi gratis, seperti mengatur harga bahan pokok supaya tidak mengalami kenaikan yang signifikan atau terjadi kelangkaan di tengah masyarakat, membangun dan memperbaiki fasilitas sekolah, khususnya di daerah tertinggal atau di pedalaman Indonesia.

Hal penting lainnya yaitu pemerataan dan peningkatan layanan kesehatan di tengah masyarakat. Terlalu banyak fakta ketimpangan di lapangan, seperti ketika ada ibu hamil yang hendak melahirkan harus ditandu, lalu menyebrangi sungai dengan akses yang sulit menuju pusat kesehatan, padahal untuk mencegah stunting yang pertama adalah dari masa kehamilan. 

Ketika bahan pokok stabil dan mudah didapat oleh masyarakat, anak-anak mendapat haknya untuk mengenyam pendidikan dan pusat kesehatan atau tenaga medis yang mudah dijangkau masyarakat, maka kualitas kehidupan masyarakat akan perlahan meningkat dan menjadi lebih baik.

Dalam kepemimpinan Islam, setiap individu berhak mendapat makanan bergizi dan hidup layak. Hal ini karena negara bertanggung jawab penuh dalam mempermudah dan memenuhi hak dasar rakyat, yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan jaminan keamanan. Sedangkan pemimpin itu sendiri sebagai ra’in atau penggembala. Mereka harus merasa senang ketika melihat rakyat yang dipimpinnya hidup sejahtera. Wallahualam bissawab.



Oleh: Tita Noer Hayati ,
Muslimah Peduli Generasi 

Sabtu, 27 April 2024

Jurus Jitu Cetak SDM Unggul lewat Makan Siang Gratis, Apakah Cukup?



Tinta Media - Sebagai tindak lanjut dari pemilu yang telah terselenggara belakangan ini, sosial media dihebohkan dengan tim khusus Prabowo-Gibran ke India. 

Dilansir dari detikjateng (2/4/2024), Wakil presiden terpilih 2024, Gibran Rakabuming Raka mengaku telah mengirimkan tim Prabowo-Gibran ke India untuk belajar mengenai program makan siang gratis agar dalam pelaksanaannya nanti APBN (Anggaran Pengeluaran Belanja Negara) tidak membengkak. 

Makan siang gratis memang tidak asing di telinga. Program ini telah diterapkan di 76 negara yang berbeda. India merupakan salah satu negara yang menerapkan makan siang gratis dengan populasi penduduk yang cukup banyak. Namun, program ini masih berjalan hingga kini. Karena itu, wajar jika tim khusus dikirim ke India mengingat Indonesia juga memiliki populasi penduduk yang cukup tinggi. 

Adanya tim khusus memang sengaja dikirimkan ke India untuk mempelajari distribusi program makan siang gratis, logistik, pengaturan central khitchen serta keterlibatan para ahli gizi nantinya. Tak ketinggalan efek yang ditimbulkan kepada anak dan murid yang berada pada jenjang sekolah SD, SMP, dan pendidikan lainnya. Sehingga, diharapkan nantinya program makan siang gratis ini dapat disiapkan dengan skema terapan yang baik di Indonesia tanpa harus mengorbankan APBN. Artinya, Pengeluaran Belanja Negara tidak boleh membengkak.

Dilansir dari KOMPAS.com  (7/4/2024), Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar sekaligus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa program makan siang gratis ini bisa menjadi investasi sumber daya manusia bagi negara untuk mencetak para tulang punggung negara nantinya. Harapannya, program makan siang gratis ini bisa mencegah masyarakat kekurangan gizi dan stunting. 

Program ini dinilai akan melahirkan sumber daya manusia unggul sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Ini karena sumber daya manusia yang unggul sangat penting untuk membawa Indonesia lepas dari middle income trap. 

Apa itu middle income trap? 
Perangkap pendapatan menengah atau yang biasa disebut middle income trap merupakan keadaan ketika suatu negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju. Laju hanya bisa stagnan saja.

Inilah yang terus dialami kebanyakan masyarakat di Indonesia. Maka, memang sejatinya kita memerlukan perubahan agar bisa keluar dari zona nyaman sehingga bisa membawa Indonesia dalam kemajuan. 

Sejatinya, Kualitas SDM (sumber daya manusia) memang dipengaruhi oleh berbagai hal di dalamnya. Pasalnya, tidak hanya konsumsi saja yang memengaruhi seseorang agar memiliki kepribadian unggul dan produktivitas yang baik. Faktor lain untuk mencetak sumber daya manusia unggul adalah pendidikan, pembinaan, perubahan sistem, kesempatan, penghargaan.

Adanya program makan siang gratis sebenarnya masih menjadi pertanyaan besar mengingat besarnya anggaran yang akan dianggarkan. Ini tentu membuka peluang-peluang adanya korupsi. Program negara hari ini justru akan semakin menjauhkan terwujudnya target yang dimaksudkan. 

Bukan rahasia umum bahwa sistem keamanan hari ini rawan adanya tindak kecurangan. Adanya sistem kapitalisme telah mengubah tatanan kehidupan hingga segala sudut pandang dinilai berdasarkan materi. Ini membuat seseorang menghalalkan berbagai cara untuk mewujudkan apa yang ingin diraihnya. 

Apalagi jika melihat posisi Indonesia di middle income trap bukan hanya  karena faktor kualitas SDM yang rendah. Ada banyak faktor lain yang juga berperan, seperti sistem ekonomi yang digunakan oleh negara. 

Sementara, melihat kualitas SDM memang tidak hanya dilihat dari kesehatannya secara fisik, tetapi juga mental yang kuat. Ini tentu butuh perubahan, baik dari segi kualitas individu, pendidikan, ataupun sistem yang mengaturnya agar dapat tercipta SDM yang unggul untuk memajukan Indonesia. 

Mencetak sumber daya manusia yang unggul dapat terealisasi jika diterapkan solusi Islam di dalam kehidupan. Solusi ini mewajibkan negara untuk menjamin kesejahteraan warganya. 

Pengaturan Islam untuk mewujudkan generasi berkualitas adalah dengan pendidikan yang mudah, merata, dan murah, yaitu dengan adanya sistem pendidikan yang mengenalkan setiap individu untuk berakidah Islam, memahamkan profil generasi yang kuat fisik dan mental, serta berkepribadian mulia. 

Islam juga mewajibkan negara menjalankan sistem Islam secara menyeluruh, termasuk sistem ekonomi Islam. Sehingga, semakin mudah negara untuk mendistribusikan akses pelayanan bagi masyarakat, termasuk mengatur kestabilan ekonomi negara agar setiap kebutuhan pokok individu dapat terjamin dengan mudah dan murah. Adanya penerapan sistem ekonomi Islam dan sistem Islam lainnya, tentu akan menjamin terwujudnya generasi berkualitas dan juga berkepribadian mulia. Wallahualam bisawab


Oleh: Wilda Nusva Lilasari S. M. 
Sahabat Tinta Media 

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab