Tinta Media: lautan
Tampilkan postingan dengan label lautan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lautan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 November 2024

Lautan, Kekayaan Tiada Habisnya



Tinta Media - Lautan adalah kumpulan air asin yang luas, tertahan di cekungan besar di permukaan bumi. Lautan terdiri dari permukaan laut, dalam laut,  dasar laut. Luas lautan dan daratan di bumi mencapai 70 berbanding 30. Ini membuat negara memiliki sejumlah wilayah lautan yang lebih luas daripada daratan sebagai wilayah kekuasaannya. Salah satunya adalah Indonesia.

Kekuatan yang melimpah di perairan Indonesia kaya akan sumber daya alam kelautan, termasuk ikan, udang, kerang, rumput laut, dan berbagai jenis biota laut lainnya. Indonesia juga  memiliki  potensi besar dalam penangkapan dan budidaya perikanan, yang menjadi sumber penting bagi perekonomian negara ini.

Sumber daya alam yang ada di lautan melimpah. Sayangnya, terjadi kerusakan lautan yang cukup parah, seperti perubahan yang terjadi secara langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik atau hayati laut yang melampui kreteria baku.  Kriteria baku kerusakan laut ditetapkan sesuai dengan kondisi fisik ekosistem laut, yakni terumbu karang, mangrove, dan padang lamun.

Adapun kerusakan lautan akibat tangan manusia, yakni merusak terumbu karang, membuang sampah sembarangan, penggunaan pupuk pestisida buatan, penggunaan air secara boros, penambangan pasir dan pembangunan pemukiman, penggunaan racun sianida dan bahan peledak saat menangkap ikan dan penggundulan hutan. (Detikedu, 09/09/22)

Kerusakan lautan ini apabila dibiarkan akan merusak ekosistem laut, sehingga perlu penanganan untuk mencegah hal itu. Pemerintah Indonesia   memiliki berbagai program dan kebijakan untuk menjaga kelestarian laut, di antaranya: pembentukan kawasan konservasi program restorasi ekosistem, pengelolaan perikanan yang berkelanjutan,
pendidikan masyarakat, kerjasama global,
Pembinaan POKMASWAS.

Walaupun sudah diprogramkan oleh pemerintah, tetapi tetap terjadi kerusakan laut. Selain itu, ada juga pengambilan sumber daya alam yang ada di laut. Pencurian pasir laut oleh Singapura telah merugikan output ekonomi. Sebesar Rp925 miliar atau hampir Rp1 triliun PDB kita berkurang. Hal itu disampaikan oleh Nailul dalam diskusi Celios  yang digelar secara daring  pada Senin, 14 Oktober 2024. (Kompas.com)

Hal itu membuktikan bahwa kelautan Indonesia kaya dengan sumber alam yang melimpah ruah, tetapi ditangani secara salah disebabkan sistem yang diterapkan saat ini. Sistem sekuler kapitalis yang diterapkan dunia saat ini memungkinkan terjadi pelanggaran, baik HAM, kebijakan sepihak, dan ketidakadilan. Penerapan sistem sekuler kapitalis ini membawa kesengsaraan bagi seluruh umat manusia dikarenakan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Ini karena manusia membuat aturan yang diterapkan untuk manusia yang notabene manusia bersifat lemah dan sering melakukan kelalaian.

Sumber daya alam merupakan milik rakyat dan harusnya dikelola oleh negara. Namun, dengan adanya kerusakan laut akibat ulah manusia dan mudahnya pengerukan pasir secara ilegal membuktikan abainya penanganan kelestarian laut. Hal ini karena mudahnya aturan dibolak-balik sesuai dengan kepentingan dan juga adanya permainan uang, sehingga orang yang mempunyai uang bisa berkuasa.

Sistem ini tidak hanya membuat manusia lalai, tetapi juga membuat alam rusak disebabkan manusia yang rakus dengan kekayaan dan kekuasaan. Sistem ini juga menyebabkan kesenjangan sosial karena kekayaan hanya menumpuk pada orang tertentu saja.

Ketidakadilan sistem saat ini harusnya diganti dengan sistem yang lebih komprehensif karena sistem sekuler tidak memberikan solusi yang benar, lebih kepada tumpang tindih. Sistem yang bisa memberikan solusi menyeluruh hanyalah Islam. 

Islam tidak hanya agama, tetapi juga sebuah aturan hidup. Islam mampu menyatukan umat manusia dengan berbagai ras, bangsa, adat dan agama. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejarah gemilang kejayaan Islam yang memimpin umat manusia selama 13 abad lamanya. Sistem ini berakhir di kekhilafahan Turki Utsmani.

Islam menghasilkan sebuah aturan yang langsung dari Allah melalui perantara Rasulullah yang tertuang dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an inilah yang menjadi petunjuk manusia dalam hal mengarungi kehidupan, termasuk bernegara. Begitu juga dengan sumber daya alam. 

Rasulullah bersabda bahwa kaum muslimin  berserikat dalam tiga hal, yakni padang rumput, air dan api. ( HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Dari hadis ini kita bisa melihat bahwa hak  kepemilikan ada tiga hal, yakni milik negara, milik umum, dan pribadi. 

Kepemilikan negara berasal dari fa'i, kharaj, jizyah, rikaz, dll.
Milik umum yakni sumber daya alam seperti kekayaan laut, batu bara, migas, nikel, emas, dan lainnya. Kekayaan ini dikelola negara dan hasilnya untuk kemakmuran rakyat. Semua itu harus dinikmati oleh rakyat dan tidak boleh di privatisasi oleh individu. 

Kepemilikan individu adalah kepemilikan perorang seperti papan, pangan dan sandang. Hal lainnya, misalkan membangun perusahaan  industri atau apa pun, asalkan di dalam industri itu tidak ada  hak  kepemilikan negara atau umum diperbolehkan seperti industri sepatu, baju dan lainnya.

Dengan adanya aturan Islam yang diterapkan, maka akan terwujud sebuah negara yang penuh dengan rahmat dan  barokah karena Islam hadir tidak hanya untuk muslim saja, tetapi juga untuk umat manusia. Saatnyalah kita mengubah sistem sekuler kapitalis dengan sistem Islam.




Oleh: Hafizatul Dwi Maulida, S.Pd
Sahabat Tinta Media

Kamis, 14 Maret 2024

Pemimpin dengan Kepribadian Seluas Hamparan Lautan



Tinta Media - Sosok pemimpin sangat dibutuhkan atas suatu kumpulan individu, baik dalam bentuk kelompok, komunitas, bahkan masyarakat dalam satu negeri. Sosok pemimpin amat dibutuh guna menstabilkan bawahan agar sesuai standarnya, serta memberi arahan agar tetap berkembang lebih baik.

Pemimpin haruslah memiliki sifat serta sikap layaknya pemimpin sesungguhnya. Diri seseorang harus benar-benar terasuki jiwa pemimpin agar bisa menjadi pemimpin. Menurut Rhenald Kasali, setiap pemimpin memiliki OCEAN tingkat tinggi. Maka demikian, jika seseorang tidak memiliki OCEAN tingkat tinggi, maka tidak akan muncul jiwa pemimpin pada dirinya.

OCEAN merupakan singkatan dari Openness, Conscientousness, Extroversion, Agreeableness, dan Neuroticism. Sedangkan ocean dalam bahasa Inggris artinya samudra. Berarti, seseorang yang memilki kepribadian OCEAN tingkat tinggi akan memiliki pengetahuan, kepekaan, dan keberanian yang besar bagaikan bentangan laut di samudra.

Maksud dari openness di sini adalah keterbukaan pemikiran, terutama pada hal-hal yang baru. Jadi, seorang pemimpin memang harus memiliki keingintahuan yang tinggi agar kelak pengetahuannya digunakan untuk mengatasi segala problematika yang menimpa bawahannya atau circlenya.

Conscientousness adalah keterbukaan hati dan telinga. Seseorang yang memiliki kepribadian ini akan terus berhati-hati dalam mempertimbangkan suatu keputusan melalui ma'lumatus sabiqah yang didapatkan dari mendengar pendapat orang lain, sehingga menghasilkan nilai yang memuaskan. Begitu juga dengan seorang pemimpin yang harus mempertimbangkan keputusannya secara hati-hati.

Maksud dari extroversion, yakni keterbukaan terhadap orang lain. Seorang pemimpin haruslah terbuka pada orang lain agar dapat mendiskusikan suatu perkara dalam circlenya.

Agreeableness berarti keterbukaan dalam kesepakatan. Maksud di sini, bukan bearti seorang pemimpin itu mudah sepakat pada pendapat orang lain, sehingga ia dapat dipengaruh oleh orang lain. Melainkan, pemimpin harus pintar-pintar dalam memilih, lalu bersepakat dengan pendapat seseorang yang benar dan tepat agar tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

Terakhir, Neuroticism adalah keterbukaan terhadap setiap tekanan-tekanan. Memang, diri pemimpin harus kuat, baik fisik maupun mental. Seorang pemimpin harus tidak mudah stres, pesimis, dan trauma karena kesalahan serta kekalahan yang dialaminya.

Sebagai contoh, Muhammad al-Fatih yang semenjak kecil memiliki dorongan iman untuk merealisasikan bisyarah Rasulullah saw. Saat kecil, beliau dididik oleh para ulama untuk mempersiapkan dirinya kelak adalah pembebas Konstantinopel. Beliau terus-menerus belajar diwaktu siang dan malam. Pada akhirnya, beliau mampu menghafal al-Qur'an di usianya yang sangat muda, serta memiliki berbagai keterampilan di bidang sains, matematika dan tsaqafah. Kelak, semua pengetahuan yang ia dapatkan akan digunakan untuk menyusun strategi penaklukan Konstantinopel.

Meski Muhammad al-Fatih mengalami kegagalan dalam penaklukannya sebanyak 7 kali, tetapi beliau terus-menerus berdiskusi kepada penasihatnya serta bertaqarrub kepada Allah Swt. untuk menghilangkan segala tekanan yang ia alami karena kegagalannya. Namun, pada akhirnya, beliau berhasil menaklukan Konstantinopel berkat dukungan serta nasihat dari ulama serta penasihatnya. Semua itu berkat keterbukaannya serta dorongan keimanannya.

Jadi, seorang pemimpin tidak hanya memiliki kepribadian OCEAN, tetapi juga harus memiliki kepribadian Islam yang memiliki keimanan tinggi dan juga harus dilandasi oleh aqidah. Hal tersebut dilakukan agar nantinya sebuah aturan yang dibuat oleh seorang pemimpin tidaklah menyalahi hukum syariat.

Hukum syariat merupakan hukum yang paling adil ketimbang semua hukum yang ada karena langsung berasal dari Tuhan seluruh alam. 

Allah Azza wa Jalla berfirman pada surat al-Maidah ayat 50 yang artinya,

"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)."

Maka, dari ayat tersebut telah tertera bahwa tidak ada hukum yang lebih baik daripada syariat. Namun, di era kini, era kepemimpinan Islam telah silih berganti dengan kepemimpinan yang zalim serta kufur. Hukum syariat tersingkirkan oleh aturan yang pada dasarnya sudah kufur, dibuat oleh pemimpin kufur, dan berasal dari sistem kufur.

Akibatnya, tidak ada daulah yang melindungi umat Islam, penduduk Rohingya diusir, umat Islam di Uyghur disiksa, keadilan dunia lenyap, kesejahteraan menghilang, kemiskinan serta penindasan melanda, kesusahan terjadi di mana-mana.

Maka dari itu, diharuskan bagi kita untuk membaiat seorang khalifah sehingga muncul negara yang berlandaskan hukum pada syariat (khilafah) yang akan menyejahterakan siapa pun yang berada di bawah naungannya, serta akan mengadili dengan seadil-adilnya kepada siapa pun yang melanggar aturan negara atau syariat. 

Nabi saw. pernah bersabda yang artinya: 

"Barang siapa mati sedangkan di pundaknya tidak ada baiat, maka matinya mati jahiliyyah."

Dari hadis Rasulullah tersebut, maka telah diwajibkan bagi seluruh umat Islam yang memang saat ini berjalan tanpa ada pemimpin, untuk membaiat seorang khalifah yang akan menegakkan daulah Islamiyyah serta mengembalikan kejayaan Islam seperti dahulu.


Oleh: Aizar
Sahabat Tinta Media

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab