Tinta Media: kurikulum merdeka
Tampilkan postingan dengan label kurikulum merdeka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kurikulum merdeka. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Mei 2024

Kurikulum Nasional Harus Diarahkan pada Pendidikan Islam

Tinta Media - Sebagai aspek strategis pembangunan suatu  bangsa, pendidikan menjadi perhatian utama bagi setiap negara di dunia. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, memiliki tanggung jawab untuk menentukan arah dan tujuan pendidikan di negeri ini. Pendidikan Islam yang berbasis aqidah Islam akan melahirkan generasi berkepribadian Islam, yang tak hanya unggul dalam sains namun juga berakhlak mulia, beriman, serta bertakwa kepada Allah SWT.

Saat ini, rencana pengesahan Kurikulum Merdeka sebagai Kurikulum Nasional (Kurnas kurikulum nasional (kurnas) 2024 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Riset dan Teknologi. mendapat perhatian dan kritikan beragam dari berbagai kalangan. Salah satunya  organisasi nirlaba Barisan Pengkaji Pendidikan (Bajik) menilai bahwa kurikulum ini tidak pantas menjadi Kurnas dan meminta agar dievaluasi secara menyeluruh. 

Menurut direktur eksekutif Bajik, Kurikulum Merdeka masih belum lengkap dan harus diperbaiki sebelum diresmikan menjadi kurikulum nasional. Hal terpenting yang harus ada dalam kurikulum resmi adalah kerangka kurikulum, Dan kurikulum resmi harus berdasarkan filosofi pendidikan dan kerangka konseptual yang jelas dan tertulis dalam naskah akademik. Namun, Kurikulum Merdeka  belum memiliki naskah akademik yang menjelaskan dasar pemikirannya. Oleh karenanya Puti meminta evaluasi menyeluruh untuk Kurikulum Merdeka sebelum dijadikan kurikulum nasional.

Banyak yang menilai bahwa kurikulum ini masih belum memberi kejelasan sebagai kurikulum yang tepat  mengingat peserta didik hanya diarahkan kepada kompetensi atau daya saing atas sesuatu yang bersifat materi, namun melupakan aspek pembinaan agama/mental.

Selain itu dengan masih banyak potret buram pendidikan dalam semua aspek, baik guru maupun siswa yang melakukan berbagai kemaksiatan dan kejahatan serta pelanggaran hukum. Hal ini telah menjadi indikasi bahwa sistem pendidikan kita saat ini masih belum mampu memberikan landasan moral yang kuat bagi generasi penerus bangsa.

Dengan demikian, adanya wacana Kurikulum Merdeka justru akan menguatkan sekularisme dan kapitalisme dalam kehidupan, melahirkan generasi yang buruk kepribadiannya, dan menjadikan generasi terjajah budaya Barat yang rusak dan merusak. Sebagai negara yang memiliki mayoritas penduduk muslim, maka hal ini merupakan kekhawatiran tersendiri.

Islam sebagai agama yang menjadi mayoritas di Indonesia, memiliki sistem pendidikan terbaik berbasis akidah Islam yang terbukti berhasil melahirkan generasi berkualitas, menjadi agen perubahan dan membangun peradaban yang mulia. Dan sebab pendidikan Islam memberikan landasan moral yang kuat dan nilai-nilai keislaman yang mantap bagi peserta didik. Sehingga mereka memiliki kepribadian yang baik, bertakwa, terampil, berjiwa pemimpin, serta menjadi problem solver yang mampu memecahkan masalah yang kompleks.

Oleh karena itu, dalam konteks Indonesia, maka tujuan pendidikan nasional harus tetap mengacu pada prinsip-prinsip keislaman dan nilai-nilai moral yang mulia. Agama dan moral adalah landasan penting yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik dan pendidik. Sebab Negara memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, yang mampu melahirkan generasi yang berakhlak mulia, beriman, serta bertakwa kepada Allah SWT.

Kesimpulannya sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk membangun sistem pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai keislaman dan moral. Adanya Kurikulum nasional seharusnya tidak menjauhkan pendidikan dari nilai-nilai keislaman, namun sebaliknya seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat landasan moral dalam pendidikan.

Maka Negara dan masyarakat harus berpikir dan bertindak nyata untuk mewujudkan generasi yang berkualitas dan bermartabat. Dengan menghadirkan pendidikan Islam berbasis aqidah Islam adalah solusi yang tepat, di sertai dengan adanya sistem Islam yang kaffah niscaya pendidikan berkualitas sehingga melahirkan generasi yang berkepribadian Islam, yang tidak hanya ahli dalam ilmu dunia tapi juga  berakhlak mulia, beriman, serta bertakwa kepada Allah SWT. Wallahu'alam.

Oleh: Indri Wulan Pertiwi
Aktivis Muslimah Semarang 

Kamis, 07 Desember 2023

Kurikulum Merdeka dan Dilema Guru di Hari Jadinya



Tinta Media - Maju tidaknya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Jika kualitas pendidikannya rendah, maka suatu bangsa akan tertinggal, begitu pun sebaliknya, jika kualitas pendidikannya tinggi maka bangsa pun akan maju. Hal tersebut tampak pada sosok generasinya, yang  memiliki ilmu pengetahuan dan mampu mengembangkan teknologi yang tinggi. Hal ini tentu tidak terlepas beberapa faktor utama, yakni dari peran pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan, guru sebagai pengajar dan pendidik, serta  kurikulum yang mendukung teraihnya tujuan pendidikan.

Berdasarkan SE Mendikbudristek Nomor 36927, pada 25 November 2023 yang diperingati sebagai Hari Guru Nasional yang mengusung tema Bergerak Bersama Merdeka Belajar, maka  seluruh guru harus melaksanakan upacara. Tema yang diusung pada peringatan Hari Guru kali ini selaras dengan tema kurikulum yang dibuat oleh kementerian pendidikan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam menerapkan kurikulum merdeka.  

Sayangnya, kurikulum yang silih berganti justru menjadikan kualitas generasi semakin tidak jelas bahkan lemah, sehingga melahirkan berbagai masalah serius. Generasi penerus bangsa kita sebagai output pendidikan di negeri ini, tampak sedang sakit dan penuh problematika. Lihat saja betapa maraknya aksi kriminal yang dilakukan oleh para pelajar, mulai dari tawuran, begal, perzinaan, fenomena klitih, narkoba, hingga pembunuhan. Belum lagi aksi bullying yang semakin hari semakin mengerikan. Bahkan kesehatan mental pelajar yang semakin rusak dengan alasan keluarga, percintaan bahkan terlilit utang yang menjadikan generasi kita bermental tempe sehingga marak kasus bunuh diri.  

Fenomena rusaknya generasi kita saat ini seyogyanya dijadikan bahan introspeksi dan evaluasi pemerintah sebagai penguasa dalam menentukan kurikulum pendidikan. Namun, alih-alih mencari akar penyebab kerusakan, penguasa malah fokus memperingati Hari Guru untuk memuluskan Program Merdeka Belajar yang notabene bertujuan untuk mencetak lulusan yang sekadar siap bekerja dan menjadi  ”kupu-kupu industri”. Padahal berbagai kerusakan ini jelas menunjukkan bahwa kurikulum yang diterapkan tidak tepat dan bermasalah, karena  berasaskan pada sekularisme yang mencampakkan peran  agama dari kehidupan, termasuk pendidikan. Oleh karena itu, keimanan dan ketakwaan tidak perlu diajarkan di sekolah karena dianggap sebagai masalah pribadi manusia. Maka lahirlah generasi yang tidak berakhlak, bahkan tidak beradab, selalu mengedepankan egonya, tanpa peduli terhadap apakah perilakunya benar atau salah, bahkan tidak peduli terhadap berdosa atau kah tidak.

Sekularisme yang menjadi asas kapitalisme yang diterapkan di negeri ini, menjadikan materi dan manfaat sebagai orientasi dalam kehidupannya, termasuk dalam proses pendidikan.

Generasi terus didorong menjadi pekerja yang mencetak uang tanpa mempedulikan kemaslahatan umat. Jelas hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dengan penerapan kurikulumnya gagal mencetak dan melahirkan generasi mulia. Inilah akibatnya jika konsep pendidikan hanya berdasarkan akal manusia yang terbatas dan mencampakkan aturan Allah. Alhasil sesering apa pun mengganti kurikulum, selama sistem yang digunakan masih kapitalisme- sekularisme sebagai landasan dalam berbuat, generasi akan sulit untuk diperbaiki. 

Islam sebagai agama yang mayoritas dianut oleh penduduk di negeri ini, memandang generasi  sebagai aset besar dan tonggak peradaban. Merekalah calon pemimpin masa depan yang akan menegakkan peradaban Islam yang mulia. 

 Tak heran jika sejarah umat manusia menunjukkan bagaimana peradaban Islam telah melahirkan sosok-sosok hebat dan mengagumkan yang berkepribadian Islam seperti, para pemimpin besar semisal Salahuddin Al-Ayubi, Muhammad Al-Fatih, juga lahir para imam mahzab seperti Imam Syafi’i, juga para cendekiawan dan ilmuwan besar, seperti Ibnu Sina, al-Khawarizmi, al-Jabar, dan masih banyak lagi, yang mampu memajukan kehidupan manusia, bukan hanya kaum muslimin. Hal ini tak lepas dari kurikulum pendidikan yang diajarkan berdasarkan akidah Islam, yang mampu menjadikan pribadi-pribadi manusia memiliki pola pikir dan pola sikap Islam, sehingga mereka menjadi sosok mulia.

 Terlebih pembelajaran Islam merupakan proyek  amal, sehingga setiap yang dipelajari harus diamalkan dan bermanfaat bagi diri maupun orang lain. Alhasil generasi akan selalu melakukan inovasi-inovasi baru untuk menghasilkan karya yang memberikan kemaslahatan bagi umat. Rasulullah pernah bersabda : "Barang siapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridhaan Allah SWT, (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti," (HR Abu Daud).

Para guru pun merupakan sosok mulia yang wajib untuk dihormati dan dihargai.  Penghargaan Islam kepada para guru bukan hanya sebatas seremonial dan gelar saja, melainkan memberikan penghargaan dengan memberikan upah yang fantastis. Saat masa Khalifah Umar bin Khaththab  sekitar 1300 tahun yang lalu gaji guru jika dikonversikan rupiah sekitar 60 juta setiap bulannya. Bahkan saat kekhalifahan Abbasiyah guru digaji sebesar 320 juta/per bulan. Penghargaan seperti ini tentu menjadikan seorang guru akan maksimal untuk memberikan pengajaran kepada para murid. Hanya dengan menerapkan kembali sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan, maka kerusakan generasi akan bisa diselesaikan secara tuntas, dan menjadi generasi cemerlang,  dan kemuliaan guru pun akan tetap ditinggikan. Wallahu’alam bishawwab

Oleh: Thaqiyunna Dewi, S.I.Kom.
Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab