Tinta Media: keterpurukan
Tampilkan postingan dengan label keterpurukan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keterpurukan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 Desember 2023

Ironi, Sebuah Penghargaan di Tengah Keterpurukan



Tinta Media - Di penghujung tahun 2023 ini, Pemerintahan Kabupaten Bandung kembali meraih penghargaan. Ini adalah penghargaan ke-230 yang diperoleh Dadang Supriatna selama 2,5 tahun menjabat sebagai Bupati Bandung. 

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memberikan penghargaan bergengsi tingkat nasional Swasti Saba Wistara. Penghargaan itu diterima langsung oleh Bupati Bandung H.M. Dadang Supriatna di Kempinski Hotel, Mall Indonesia, Jakarta, Selasa (28/11/2023) malam. 

Penghargaan diberikan pemerintah pusat kepada Kabupaten Bandung dengan kategori tertinggi dalam bidang kesehatan yang memenuhi beberapa syarat yang ditetapkan yaitu penghargaan Swasti Saba Wistara. Ini merupakan penghargaan paling bergengsi yang diperoleh oleh kabupaten di Jawa Barat dalam bidang kesehatan nasional. 

Keseriusan Pemkab Bandung untuk mewujudkan daerah sehat ditunjukkan dengan adanya pembangunan lima rumah sakit baru, puskesmas, posyandu, dan fasilitas kesehatan yang terus dilengkapi dengan peralatan medis yang memadai. 

Masyarakat berharap bahwa penghargaan yang diraih Pemerintah Kota Bandung bisa menjadi motivasi untuk terus memberikan pelayanan terbaik kepada semua masyarakat. Sehingga, penghargaan itu membawa kesejahteraan dan berkah bagi semua masyarakat. 

Prestasi Bupati realitasnya tidak sepenuhnya berkorelasi dengan perbaikan kondisi kesejahteraan masyarakat. Setiap daerah hanya berlomba-lomba mengejar angka-angka yang diklaim sebagai bentuk keberhasilan dari pejabat dan aparat masing-masing daerah. Ini sekadar simbol dan formalitas, sementara secara realitas, mayoritas masyarakat tetap dalam keadaan terpuruk. 

Penghargaan yang didapat oleh Bupati pada program pembangunan rumah sakit baru dan fasilitas kesehatan yang lengkap, tidaklah dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat. Realitasnya, untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang berkualitas baik, masyarakat harus membayar dengan mahal, sementara kondisi perekonomian dirasa semakin sulit dan mencekik. Program BPJS pun hanya menambah beban pengeluaran yang setiap bulan wajib dibayar. Namun, terkadang pelayanan yang didapatkan jauh dari yang diharapkan. 

Ini sungguh ironis. Kenyataan berbanding terbalik dengan kondisi yang diwacanakan karena penghargaan yang diraih tidak sesuai dengan realitas di lapangan. Indikator penghargaan yang diberikan hanya sebatas administrasi dan sinergitas antarlembaga, bangunan fisik, bukan pada output sebuah program. 

Memang, ini sudah tidak aneh ketika kita hidup di sistem kapitalis yang berasaskan kepada materi semata. Kesejahteraan hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang. Ini adalah bukti ketika kehidupan diatur dengan aturan buatan manusia, yang hakikatnya manusia itu lemah dan terbatas. Sejatinya, peran negara adalah memberikan pelayanan kesehatan dan perawatan, serta jaminan hidup secara maksimal. 

Sebab, semua itu tidak mungkin dipenuhi warga secara mandiri. Bahkan, negara bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma alias gratis dan wajib melindungi rakyat dari berbagai kondisi buruk yang mungkin terjadi. Namun, saat ini kesehatan tak ubahnya seperti sebuah bisnis yang menghasilkan keuntungan besar bagi para pemilik modal. Inilah watak dari sistem kapitalisme yang diterapkan. 

Dalam Islam, kesehatan merupakan pelayanan dasar yang wajib diberikan oleh negara kepada seluruh masyarakat, baik muslim atau nonmuslim secara cuma-cuma dengan pelayanan terbaik dan berkualitas. Jadi, ketika masyarakat sakit, mereka tidak pusing memikirkan biaya, karena negara menjamin semua secara gratis, tanpa ada persyaratan sedikit pun. 

Semua itu hanya bisa tercipta dan dirasakan jika sistem pemerintahan Islam diterapkan, karena masyarakat diatur dengan aturan yang datang dari Sang pencipta Alam Semesta, yaitu Allah Ajawazala. Aturan tersebut adalah Al-Qur'an dan Assunah, yang sudah pasti adil, membawa keberkahan dan kesejahteraan. 

Sejarah pun mencatat bahwa selama14 abad lamanya pemerintahan Islam memimpin. Selama itu pula, masyarakat hidup sejahtera, baik muslim atau nonmuslim. Mereka hidup berdampingan, aman sentosa. 

Hanya Islam solusi tuntas seluruh permasalahan di dunia ini. Kepemimpinan Islam mampu memberikan pelayanan kesehatan secara gratis, dengan pelayanan terbaik, tanpa syarat apa pun. Maka dari itu, kita wajib memperjuangkan Islam agar tegak kembali. Sudah jelas terbukti bahwa selama 14 abad Islam bisa menjadi rahmat bagi seluruh alam. 

Penghargaan sejatinya adalah simbol keberhasilan. Jika penghargaan bertambah, realitasnya pun bertambah. Masyarakat akan semakin berkah, hidup pun  menjadi tidak resah. Pengorbanan tidak akan sia-sia melihat semua masyarakat bahagia. 

Wallahu'alam bishshawab.

Oleh: Susi Trisnawati
Sahabat Tinta Media 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab