Urgensi Negara dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak
Tinta Media - Ketua Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Diana Setiyawati mengatakan, di kalangan generasi muda, gangguan depresi makin banyak ditemukan. Salah satu akibat depresi yang sering terjadi ialah tindakan menyakiti diri sendiri. (Kompas, 07/07/2023).
Hal ini menjadi catatan bagi kita, generasi muda rentan terhadap gangguan mentalnya. Gangguan mental ini ada yang datang dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan mereka. Mulai adanya rasa panik, tidak percaya diri dan lain-lain ini yang datang dari diri sendiri. Dari keluarga bisa berasal disharmonis di dalam keluarga, tekanan yang berlebihan orang tua terhadap anak, perceraian orang tua dan lain-lain. Sedangkan pengaruh dari lingkungan berupa bullying dari teman dan guru, pengaruh konten yang kurang baik ( kemaksiatan ) dan lain sebagainya.
Dampak tersebut juga diperkuat dari laporan Survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada tahun 2023, sekitar 3,7 persen remaja mengalami gangguan kecemasan dan fobia, 1,0 persen mengalami gangguan depresi, 0,9 persen mengalami gangguan perilaku, dan 0,5 persen mengalami ADHD. , dan 0,5 persen lainnya menderita PTSD.
Buah Sekularisme
Dekadensi pada generasi muda tidak terlepas dari sistem dan orang yang melaksanakan sistem sekuler saat ini. Pandangan Penguasa dan rakyatnya yang masih berharap terhadap sistem ini, menjadikan persoalan generasi muda bukannya semakin menuju arah yang baik malah sebaliknya. Inilah buah dari diterapkannya sistem Kapitalisme Sekularisme.
Hari anak yang diperingati setiap tahun hanya bersifat ceremony saja. Bagaimana tidak? Anak-anak disabilitas belum mendapatkan perhatian serius. Konten-konten pornografi dan pornoaksi masih tetap menjamur. Begitu juga game online diberikan support malah dibuatkan event kejuaraan.
Keluarga Muslim sekarang telah kehilangan arah akibat sistem sekuler ini. Orang tua harus berjibaku untuk mendapatkan uang agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Ayah dan Ibu bekerja sehingga anak-anak kurang perhatian.
Bagaimana pula generasi muda yang melakukan tawuran, pembegalan, pembullyan? Ini sangat miris terjadi ditengah-tengah kita.
Keseriusan Negara
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanah yang Allah titipkan kepada para orang tua. Karena amanah tentulah akan diminta pertanggungjawaban.
Orang tua yang paling utama meniatkan pernikahannya itu dalam rangka meraih ketakwaan kepada Allah S.W.T yang ini menjadikan landasan mengarungi bahtera rumah tangga. Sehingga Ayah dan Ibu mengetahui hak dan kewajibannya. Ketika ini telah dipahami dan diamalkan maka diperoleh kedamaian, ketenteraman dan kenyamanan.
Dalam mendidik, orang tua memberikan pondasi kepada anak. Pemahaman aqidah anak sejak kecil menjadi kunci kesuksesan orang tua. Sebagaimana Baginda Rasullullah SAW bersabda " Setiap anak dilahirkan secara fitrah, orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Majusi dan Nasrani".
Orang tua berperan aktif membesarkan anak. Memenuhi kebutuhan anak dari harta yang halal, baik halal memperolehnya dan halal juga membelanjakannya. Orang tua juga mengajarkan dan membiasakan anak untuk menutup aurat. Ketika anak melihat kemaksiatan ia bisa menyatakan kebenciannya terhadap kemaksiatan tersebut.
Dalam menjaga anak, orang tua perlu bekerja sama dengan masyarakat. Selain itu peran negaralah menjadi sentralnya. Kenapa bisa begitu? Di sinilah urgensi negara tersebut. Negara adalah meriayah urusan umat. Dimana negara tersebut menerapkan, menjaga dan mengemban syariat Islam. Institusi negara itu adalah Khilafah.
Ketika negara Khilafah menerapkan Islam secara kaffah, maka rakyatnya adalah aset, karena setiap jiwa diperhitungkan. Konten-konten yang mengarah pornografi dan pornoaksi dihapus dan pelakunya dihukum menurut ketentuan syariat.
Negara Khilafah akan menjadi Islam sebagai asas kurikulum pendidikan. Yang bertujuan menjadikan generasi penerus itu bersyakhsiyah Islamiyah. Agar kemaksiatan zina, kegiatan hura-hura dan lain sebagainya bisa diminimalisir atau dihilangkan.
Dan negara harus terus menjaga ketakwaan setiap individu rakyatnya. Dengan ketakwaan ini Allah akan jadikan negeri itu baldatun thoyibatun warobbun ghofur. []
Oleh: Muhammad Nur, S.E.
Intelektual Muslim