Kata-Kata adalah Senjata
Tinta Media - Tahukah Anda bahwa banyak perubahan besar di dunia dimulai dari sebuah tulisan atau kata-kata? Karena tulisan adalah salah satu senjata yang luar biasa dalam menggugah dan mengubah masyarakat. Jose Rizal menggemparkan pemerintahan kolonial Spanyol dengan tulisannya yang sekadar sebuah cerita fiksi (novel). Begitu juga novel Max Havelar karya Multatuli yang membuka mata masyarakat Eropa akan buruknya penjajahan Belanda pada Indonesia. Belum lagi Hitler dengan Mein Kampf-nya atau Karl Marx dengan Das Kapital. Ada juga Sayyid Quthb, Taqiyuddin An-Nabhani, dan sederet penulis hebat lainnya yang menggegerkan pembaca serta menyentak masyarakatnya.
Sebagaimana senjata pada umumnya, ia bisa digunakan untuk hal yang baik ataupun jahat. Begitu juga tulisan, ia bisa digunakan untuk menyebarkan ide yang menyesatkan, dusta yang merusak, atau ideologi yang menjauhkan manusia dari kebenaran. Sebaliknya, ia juga bisa digunakan untuk menyebarkan kebaikan, dakwah pada kebenaran, menyebarkan ideologi Islam, dan banyak hal lainnya.
Maka dari itu, kita mestilah berusaha dan bertekad untuk menggunakan senjata ini untuk menebar kebaikan, menjadikannya wasilah dakwah, dan untuk mengasah pikiran atau pengetahuan. Karna melalui tulisan, sebuah ide menjadi abadi. Bisa terus bergulir ke sana kemari. Apalagi di era pesatnya penyebaran informasi melalui media sosial hari ini. Sebagaimana kata seorang aktivis Islam yang terkenal Sayyid Quthb bahwa satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala.
Umur manusia itu terbatas. Kita pun tidak tahu kapan ajal menyapa. Dan di hari berbangkit kelak, sebagai muslim yang percaya akan hari pembalasan, tentu saja kita sangat ingin agar banyak pahala yang bisa kita tuai. Salah satu jalan agar semakin banyak pahala serta bisa mendapatkan ganjaran surga adalah dengan melakukan kebaikan yang balasannya terus mengalir meskipun kita sudah berhenti mengerjakannya. Apalagi kalau bukan amal jariyah. Dan salah satu nya adalah melalui tulisan. Melalui tulisan, meskipun kelak kita sudah tiada, apabila tulisan tersebut masih dibaca dan memberikan manfaat, ia akan terus mendatangkan pahala yang tiada hentinya.
Tulisan apa saja tentu akan memberikan kebaikan apabila diniatkan untuk ibadah dan dakwah. Serta isinya juga tak melanggar syariat Allah. Namun akan lebih relevan rasanya jika kita fokus menulis tentang tema sosial, politik, dan pemikiran karna berhubung saya sendiri punya minat yang besar soal tiga topik tadi. Apalagi permasalahan umat muslim hari ini juga berkutat soal tiga tema besar tadi. Penulis harap dengan tulisan singkat ini membuat kita semakin yakin, kuat, serta istikamah kelak dalam meniti jalan dunia kepenulisan. Menjadikan tulisan sebagai sebuah wasilah kebaikan. Dakwah menuju kebenaran.
Apabila kelak semangat menulis kita luntur dan bahkan hilang, mudah-mudahan tulisan ini menjadi pendongkrak semangat kita kembali. Dan memaksa diri kita untuk menulis lagi setelah tulisan ini kita baca lagi.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tidak menulis, dia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah kerja untuk keabadian” tulis Pramodeya Ananta Toer.
Begitu juga kata Imam Al-Ghazali:
“Jika kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka menulislah”.
Jadi sekian banyak manfaat dari menulis. Selain ia sebagai senjata dakwah, ladang pahala, dan banyak kebaikan lainnya. Ia juga bisa untuk menguatkan ilmu kita serta mengikat ilmu-ilmu yang kita miliki. Karna ilmu adalah kuda liar, maka pena adalah tali kekangnya.
Oleh: Muri Andiko
Sahabat Tinta Media