Tinta Media: kapalisme
Tampilkan postingan dengan label kapalisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kapalisme. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Desember 2023

PENYELESAIAN STUNTING YANG TAK PERNAH NYATA DALAM KAPITALISME



Tinta Media - Masalah kekurangan gizi sering dialami oleh anak-anak. Anak-anak yang kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi tumbuh kembangnya apalagi hal itu terjadi sebelum usia 2 tahun dan akan berisiko mengalami stunting. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) arti dari stunting (tengkes) adalah kondisi pertumbuhan yang gagal pada anak di bawah usia 5 tahun (balita) terutama di 1000 hari pertama kehidupan akibat kekurangan gizi. 

Berdasarkan data survei status gizi nasional (SSGI) pada 2022 mencatat prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6% atau melebihi standar yang ditetapkan Who sebesar 20%. Pada 2018, prevalensi stunting di Indonesia mencapai angka 30,8%. Sehingga pemerintah menargetkan prevalensi stunting ditekan sampai 14% pada akhir 2024. Artinya, masih ada 7,6% angka penurunan lagi yang harus dikejar. Untuk itu, Percepatan penurunan stunting  menjadi salah satu isu prioritas nasional yang dikejar pemerintah saat ini. Dengan menggunakan anggaran yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 5,6% dari APBN 2024 atau sekitar Rp 186,4 triliun untuk anggaran kesehatan. Jumlah ini meningkat 8,1% atau Rp 13,9 triliun di banding APBN 2023. (Beritasatu) 

Verifikasi dan validasi data yang telah dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan jumlah keluarga berisiko stunting (KBS) pada semester I 2023 sebesar 13,1 juta dan pada semester II sebesar 11,4. Dari data tersebut terlihat penurunan angka KBS. Tapi tetap angka KBS dan angka stunting masih menunjukkan angka yang tergolong cukup tinggi. Meski ada penurunan, stunting tetap menjadi masalah yang menjadi penyebab rendahnya kualitas generasi. 

Stunting adalah masalah serius yang harus diselesaikan karena mengancam masa depan bangsa. Sumber daya manusia yang dimiliki akan berpengaruh kualitasnya sebab banyak dampak yang ditimbulkan dari kekurangan gizi atau stunting ini. Anak yang mengalami stunting akan tumbuh lebih pendek dari yang seusianya, mempengaruhi kecerdasannya, dan kerap lebih mudah terkena penyakit degeneratif ketika dewasa seperti hipertensi dan diabetes. 

Masalah penurunan stunting ini berkaitan erat dengan pengentasan kemiskinan. Mengingat stunting banyak dialami keluarga miskin yang kesulitan memenuhi kebutuhan, jangankan memenuhi gizi yang baik, untuk mengusir rasa lapar saja kadang sulit. Belum lagi sulitnya mendapat sumber air bersih, sanitasi yang rendah, serta layanan kesehatan yang tidak memadai juga menambah risiko stunting semakin tinggi. 

Berbagai program yang dibuat pemerintah belum menyelesaikan masalah stunting, solusinya tidak menyentuh akar permasalahan. Hasbullah Thabrany, guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, mengatakan adanya indikasi penyelewengan dana penanganan stunting di tingkat daerah.
Dana besar yang disediakan tidak dialokasikan dengan tepat, banyak disalahgunakan oleh para pejabat, juga korupsi yang sudah menjadi kebiasaan. 

Kemiskinan yang menjadi penyebab stunting sebenarnya bukanlah masalah yang terjadi karena kurangnya keberuntungan, tetapi sistem kapitalisme lah yang sesungguhnya menjadi biang masalah. Miskinnya masyarakat karena sistem ini memberikan peluang bagi para koruptor untuk menjalankan kejahatannya. Pengelolaan sumber daya alam yang melimpah diserahkan kepada segelintir orang, hingga hasilnya tak dapat dinikmati masyarakat. Negara lepas tangan demi keuntungan pribadinya tetap berjalan. 

Penyelesaian stunting ini tidak akan terwujud jika negara masih menerapkan sistem kapitalisme, justru semakin meningkatkan angka kemiskinan yang akan menambah angka stunting. Stunting hanya bisa diselesaikan dengan sistem Islam yang diterapkan di suatu negara. Islam akan melihat apa yang menjadi faktor utama stunting. Sulitnya akses terhadap makanan bergizi yang berkaitan dengan kemiskinan yang seharusnya menjadi perhatian. 

Islam mewajibkan negara menjamin kebutuhan dasar rakyatnya per individu secara merata, dari sandang, pangan, papan, kesehatan serta pendidikan. Pemenuhan gizi yang baik dan seimbang senantiasa terlaksana. Lahirnya generasi yang cemerlang akan terwujud sebab negara selalu memperhatikannya. 

Dengan menerapkan sistem ekonomi Islam masyarakat akan sejahtera. Kekayaan sumber daya alam yang dikelola oleh negara akan  membutuhkan pekerja, yang secara otomatis akan memberikan lapangan pekerjaan kepada kepala rumah tangga yang memang diwajibkan mencari nafkah. Dan hasil dari sumber daya alam tersebut juga akan dikembalikan kepada rakyat sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi yang baik dan tak ada lagi kemiskinan. 

Pemimpin yang benar-benar amanah hanya ada dalam sistem Islam yang selalu akan mengurusi rakyatnya, keimanan yang kuat akan mendorong kepala negara mewujudkan kesejahteraan yang nyata. Dan akan memberikan sistem sanksi yang tegas bagi koruptor dan meniadakan jalan oligarki untuk berkuasa.
Wallahu'alam bishawab.

Oleh: Rifdatul Anam
Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab