Mengabadikan Jejak Dakwah melalui Tulisan
Tinta Media - Seiring berjalannya roda kehidupan, semakin menunjukkan bahwa setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kurun waktu yang panjang dan berulang-ulang, menegaskan bahwa ia telah mendapatkan jawaban yang meyakinkan tentang, “alasan mengapa dia harus melakukan aktivitas tersebut.”
Sederhana, dalam pekerjaan misalnya, dahulu sewaktu saya masih menimba ilmu di ibu kota, saya membuktikan bahwa Jakarta seakan tidak ada istirahatnya, meski dalam beberapa waktu saja. Selama 24 jam, selalu ada kesibukan dan pergerakan manusia yang tiada henti di dalamnya.
Sering terbesit dalam pikiran, “apakah mereka tidak bosan dengan rutinitas tersebut?” Sampai pada satu momen, ketika saya sedang berbincang ringan dengan salah seorang pekerja kantoran di seberang Taman Makam Pahlawan, Kalibata, saya pun menemukan jawabannya.
“Mau dibilang bosan ya bosan, Mas. Berangkat pagi pulang malam, begitu saja terus, tetapi ya mau gimana lagi, saya harus mencukupi kebutuhan anak istri saya.”
Sejak saat itu, saya mulai memahami, bahwa hal itulah penggeraknya. Tiap-tiap dari kita mempunyai alasan dalam melakukan sesuatu. Semakin kuat alasannya, akan berbanding lurus dengan usaha yang dikeluarkan. Ketika seseorang bermalas-malasan dalam melakukan suatu perbuatan, bisa jadi karena ia belum mempunyai alasan kuat yang bisa mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan.
Menulis Sebagai Uslub (Cara) Dakwah
Begitu juga dengan aktivitas menulis, kita tentu akan memaksa diri untuk terus menulis apabila kita sudah menemukan alasan yang kuat “kenapa kita harus menulis?”.
Salah satunya, karena kita menemukan banyak hal-hal positif yang kita peroleh dari aktivitas tersebut. Kemudian, ketajaman berpikir pun bisa didapat apabila otak kita gunakan terus menerus untuk mempelajari sesuatu. Orang yang lamban dalam berpikir, bisa jadi salah satu faktor pemicunya adalah karena otaknya hanya difungsikan dalam aktivitas yang sifatnya erat dengan pergerakan fisik, bukan dalam ranah pemikiran ataupun ide.
Di sisi lain, aktivitas menulis pun tidak bisa dipisahkan dari kegiatan membaca. Keduanya adalah proses dalam mempelajari sesuatu, yang apabila semakin sering diasah akan semakin mempertajam pemikiran seseorang.
Kegiatan menulis pun akan memicu hal-hal dan tindakan positif untuk diri kita sendiri dan akan bermanfaat bagi orang lain. Karena, melalui tulisan, kita bisa berbagi informasi yang bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan. Sesederhana apa pun tulisan yang disajikan, pasti bermanfaat bagi mereka yang membutuhkannya.
Terlebih dalam kaitan ini, menulis untuk mendakwahkan Islam. Bukankah karena dakwah itulah, diberikan predikat khairu ummah (umat terbaik) oleh Allah SWT?, maka, menjadikan menulis sebagai salah satu uslub dalam dakwah adalah sesuatu yang amat sangat penting.
Substansi dakwah itu sendiri adalah mengajak dan menyampaikan. Lantas, bagaimana mungkin kita bisa menyampaikan sesuatu sedang kita sendiri tidak mempunyai amunisi kata? Bukankah amunisi kata bisa didapat dan sangat melekat erat di kepala sesudah kita membaca, kemudian menulisnya terlebih dahulu?
Patut dipertanyakan keseriusannya, jika seorang pengemban dakwah, namun aktivitasnya jauh dari menulis dan membaca? Jika mereka yang mengejar dunia saja melakukan aktivitasnya dengan sangat serius, maka sudah seharusnya kita sebagai pengusung kebenaran Islam harus jauh lebih serius.
Sebagai seorang Muslim, kita meyakini bahwa tiap-tiap diri akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah atas setiap perbuatannya. Hal inilah yang semestinya menjadi penggerak kita untuk serius melatih diri mengembangkan potensi supaya lebih optimal dalam rangka mendakwahkan Islam, dengan terus membaca dan menulis, bukan melakukan sesuatu dengan seadanya.
Menetapkan Fokus dalam Bidang Tertentu
Apa yang kita saksikan dalam hidup ini, semuanya bersifat terbatas. Tidak ada yang bisa melakukan segalanya. Oleh sebab itu, di dalam waktu yang singkat ini, bisa dikatakan sebagai langkah yang strategis jika kita fokus dalam satu bidang tertentu. Akan tetapi, tidak berarti harus meninggalkan seutuhnya dalam bidang yang lain. Hanya saja memang kita perlu fokus dalam satu titik.
Salah satu langkah yang dirasa perlu dalam kegiatan menulis, adalah fokus pada bidang tertentu. Pemilihan bidang, seperti pendidikan, ekonomi, lingkungan, remaja, parenting, atau politik, bisa dijadikan sebagai langkah yang strategis dalam menulis.
Mempertimbangkan hal tersebut, saya pribadi memilih untuk menulis dan menekuni dalam bidang politik. Mengapa? Sebab, sebetulnya politik adalah ilmu yang suci dan mulia. Lebih dari itu, politik adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari bidang yang lain.
Sejatinya, bidang ekonomi, lingkungan, kehidupan remaja, dan bidang yang lain akan selalu terikat dengan keputusan politik. Melalui keputusan politik, pendidikan yang berkualitas akan bisa dihasilkan, kesejahteraan di tengah-tengah masyarakat dapat diwujudkan, lingkungan yang sehat pun akan dapat diwujudkan. Semua itu bergantung kepada kebijakan politik.
Untuk itu, menulis dalam bidang politik adalah hal yang sangat penting. Guna menumbuhkan kesadaran politik Islam di tengah-tengah masyarakat yang diharapkan bisa berpengaruh dalam semua aspek yang lain.
Dengan demikian, didasari oleh komitmen yang tinggi, menemukan alasan yang kuat, kemauan untuk membaca dan menulis, serta pemilihan bidang yang terfokus, harapannya penulis juga pembaca dapat tumbuh dan menjelma sebagai agen perubahan dengan mengabadikan jejak dakwah melalui tulisan, biidznillah.
Oleh: Husaini
Aktivis Dakwah Islam