Tinta Media: jabatan
Tampilkan postingan dengan label jabatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jabatan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Februari 2024

IJM: Jabatan Kades, Jabatan Manis dan Gurih



Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor  (IJM) Agung Wisnuwardana menilai jabatan kades adalah jabatan manis dan gurih.

“Jabatan  kades adalah jabatan yang manis dan gurih. Meski berada dalam struktur pemerintahan terbawah di negara ini, jabatan tersebut sering kali diperebutkan bahkan seperti pertaruhan hidup dan mati,” ucapnya dalam video: Kades  Bisa Jadi Tirani Baru? Sabtu (10/2/2024) di kanal Youtube Justice Monitor.

Agung melihat pertarungan kontestasi pilkades sangat keras karena jabatan kepala desa memiliki gengsi tersendiri di kampung. 

“Kepala desa adalah sosok yang sangat dihormati di kampung. Tak hanya status sosial yang terangkat, kades juga mendapat gaji dan sejumlah fasilitas memikat lainnya,” ulasnya. 

Agung berharap kades dan perangkat desa tidak perlu repot memberikan dukungan kepada pencapresan karena selain melanggar aturan, mereka seharusnya fokus bekerja untuk melayani masyarakat di desa.

“Jabatan kades ini kan rentan dipolitisasi oleh segelintir elite berkuasa. Jangan sampai jabatan kades menjadi jabatan transaksional. Maka perlu ada pembenahan sistem di desa serta sumber daya manusianya agar terjadi perbaikan,” pungkasnya.[] Erlina

Kamis, 30 November 2023

Ketua KPK Tersangka, Pengamat: Ini Mengerikan




Tinta Media - Menanggapi penetapan Ketua KPK Firli Bahuri sebagai tersangka kasus pemerasan terhadap Mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Pengamat Sosial Politik Gus Uwik menyatakan jelas ini mengerikan sekali. "Jelas, ini mengerikan sekali. Rasuah sekaligus penyelahgunaan wewenang dan jabatan," tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (24/11/2023).

Bisa dibayangkan jika kondisi ini menimpa rakyat biasa yang tidak punya jabatan dan kekuasaan. Ketika mendapat tekanan dan ancaman dari pejabat maka akan langsung mati kutu. "Tidak berani melawan apalagi bersuara. Langsung bertekuk lutut tanpa bisa berbuat apa-apa. Pasrah dan tergopoh-gopoh ikut 'tekanan' pejabat," ungkapnya. 

Ia menjelaskan kelakuan Firli tidak bisa ditolelir. Mental korup, zalim, menghalalkan segala macam cara dan tentu mencla-mencle. "Kemana-mana teriak-teriak jangan korupsi, dll. Eh ternyata menjadi biangnya sendiri," imbuhnya.

Gus Uwik memaparkan adanya kewajaran  jika rakyat sudah tidak percaya lagi sama lembaga peradilan dan pejabat. Berbusa-busa kampanye korupsi. Ternyata pelaku utama korupsi. "Berbusa-busa menyampaikan agar berintegritas. Ternyata bermental busuk," tandasnya.

Ia pun membandingkan dengan Islam, tindak seperti ini pasti mendapat celaan dan hukuman berat. 

"Jelas dalam pandangan Islam, pejabat yang berbuat curang apalagi mencuri maka harus dihukum bahkan lebih keras. Karena dia juga menggunakan jabatannya untuk berbuat curang. Dan agar hukuman ini menjadi contoh buat pejabat yang lain," bebernya.

Dalam Islam tidak ada pandang bulu, lanjutnya, jika salah, maka hukumannya tegas. Juga tidak ada kompromi, apalagi deal-deal agar hukumannya menjadi ringan atau hilang.

"Dalam Islam jelas, justru yang merusak dan membinasakan umat itu, tatkala pemimpin/pejabatnya berbuat curang dan dzalim. Jadi wajib diberantas dengan tegas," pungkasnya.[] Nita Savitri

Selasa, 08 Agustus 2023

UIY: Jabatan Itu Pengabdian


 
Tinta Media – Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan bahwa  jabatan itu pengabdian.
 
“Jabatan itu pengabdian. Tapi itu jika anda masih kokoh berpegang pada ungkapan, the end does not justify the means (tujuan tak boleh menghalalkan segala cara),” tuturnya di akun TikTok pribadinya, Kamis (27-7-2023).
 
Tapi, kata UIY, itu masa lalu, sekarang justru era berkebalikan dari itu, the end justify the means (tujuan menghalalkan segala cara).
 
“Akibat dari tidak berjalannya sistem jabatan itu untuk pengabdian, akan muncul politikus yang demagog, yaitu penguasa yang pandai menghasut dan membangkitkan semangat rakyat untuk dirinya memperoleh kekuasaan,” ujarnya.
 
Menurutnya penguasa semacam ini akan  merayu masyarakat dengan beribu wajah, sebanyak wajah yang diharapkan rakyat.
 
Berbahaya

UIY mengingatkan bahwa  politikus demagog sangat berbahaya bagi sistem pemilihan kepemimpinan karena menghalalkan segala cara dan tipu daya serta selalu mencari kambing hitam atas segala masalah.
 
“Dalam agama, profil demagog  itu tampak jelas pada kisah Fir’aun dan rezimnya. Disana ada Haman menteri segala urusan. Ada juga Qorun pengusaha rakus,” ucapnya memberi contoh.
 
Politikus demagog lanjut UIY,  mempunyai sifat sewenang-wenang, menindas, tidak berorientasi kebahagiaan rakyatnya, tapi hanya mengejar kepentingan diri, keluarga dan kroninya.
 
“Obsesinya hanya pada pembangunan infrastruktur (dzil autaadi)  itu seperti yang disebut dalam Al-Qur’an. Jangan salah, bukan infrastruktur untuk rakyat, tapi untuk diri dan kroni,” tukasnya.
 
UIY menegaskan, jabatan di dalam Islam itu untuk pengabdian kepada masyarakat. Untuk menciptakan sebuah negara maju yang mendapat berkah  dan ampunan Allah Swt.
 
“Negara yang dikuasai oleh para pejabat demagog  sama sekali tak bisa diharapkan. Visi baldatun  thoyyibatun warobbun ghofuur (ditangan pejabat demogog), bagaikan ilusi,” tutupnya. [] Triyono.
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab