Tinta Media - Saya mengawali risalah ini dengan ucapan syukur kepada Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-Nya, kita semua sebentar lagi bisa kembali bertemu dengan lebaran, bertemu keluarga, sanak famili, dan yang utama tetap dalam kondisi merdeka.
Karena nikmat merdeka ini harus kita syukuri. Tengoklah, sejumlah aktivis, sahabat-sahabat dan para ulama kita, dalam lebaran kali ini masih berada di penjara.
Sebut saja Bang Haji Munarman. Masih di penjara dan menjalani vonis zalim atas fitnah teroris yang disematkan kepadanya.
Begitu juga Ustadz Farid Okbah, Ustadz Ahmad Zain dan Ustadz Anung. Ketiganya masih mendekam di penjara juga karena fitnah terorisme. Hanya ada sedikit kabar yang melegakan, ketiganya sudah pindah ke lapas. Tidak lagi 'tersiksa' berada di rutan Cikeas.
Ustadz Farid ada di Lapas Gunung Sindur, sementara Ustadz Ahmad Zain an Najah dan Ustadz Anung al Hammat ditempatkan di Lapas Karawang. Semoga Allah SWT berikan kesabaran, kesehatan, kemurahan rezeki dan keistiqomahan, pada beliau-beliau dan keluarga.
Lalu Gus Nur. Tahun ini, Gus Nur berlebaran di penjara. Sementara, masih di tempatkan di Tahti Brimob Surakarta. Setelah divonis 6 tahun penjara, Gus Nur mengajukan Banding.
Ada pula, sejumlah ikhwah kita dari Khilafatul Muslimin. Ustadz Abdul Qadir Baradja dan yang lainnya, yang hanya berdakwah dan menyuarakan Khilafah, dibungkam dan dipidana dengan UU Ormas. Semoga Allah SWT berikan kesabaran dan keikhlasan.
Dan masih banyak juga, saudara kita kaun muslimin di Palestina, di Rohingya, Uighur, Khasmir, Pattani, Suriah, Irak, dan daerah konflik lainnya, yang tidak merdeka karena dibawah penjajahan kapitalisme dibawah asuhan Amerika dan barat. Semoga, segera tegak Khilafah yang akan menjadi junnah bagi seluruh kaum muslimin.
Di lebaran kali ini, saya ingin menyapa semua guru, sahabat, rekan sejawat, dan siapapun yang pernah bertemu dan berinteraksi, terutama sama-sama berada di garda perjuangan.
Saya awali menyapa Prof Suteki dari Semarang. Semoga bahagia pada lebaran kali ini. Tetap bersyukur atas semua karunia dan tetap bahagia menjadi Profesor 'Radikal' (Ramah, Terdidik dan Berakal).
Tidak mudah memang menjalani laku sebagai Profesor Radikal. Menjadi pengajar pancasila hingga 1/4 abad, namun dituduh menjadi dosen anti pancasila.
Mungkin saja, takdir Diponegoro sedang berlaku. Sebagai pengajar di Kampus Undip, nampaknya Prof Suteki sedang melakoni peran Diponegoro. Ya, berjuang melawan penjajah namun dikhianati oleh bangsanya sendiri.
Yakinlah, sejawat yang diam dan tak pernah bersuara untuk menunjukkan empati atas nasib yang menimpa diri, suatu saat akan berteriak lantang berada dan membersamai diri. Itu cuma soal logika 'ada gula ada semut'. Saat kita terjatuh, siapapun enggan dikaitkan. Kelak saat roda bergulir, semua yang tak dikenal pun akan merasa dekat dan mengaku sebagai sahabat.
Selanjutnya ke Prof Daniel. Tenang Prof, mobilitas saya bolak balik ke jatim, juga kota-kota lainnya tidak akan membuat saya capai dan melemah.
Justru saya terinspirasi pada panjenengan. Diantara mahkota yang telah memutih, diantara berbagai resiko dari represifme dan tirani, Prof Daniel Rosyid masih terus bergerak, menunjukkan eksistensi.
Ya, kita memang harus terus berkarya sebagai tanda kita ada. Adalah kesia-siaan hidup, menghabiskan waktu dan menunggu datangnya ajal, tanpa amal dan karya.
Apalagi, karya akan menambah usia nama walaupun ajal telah menjemput. Tengoklah, sosok seperti Rasulullah Muhammad SAW, para Sahabat, Imam Mujtahidin, dll. Mereka semua telah mendahului kita, namun sampai hari ini namanya masih terus hidup di tengah-tengah kita.
Prof Widi A Pratikto, teruslah bersuara lantang. Saat ini, terlalu banyak akademisi yang hanya menjadi singa di ruang kampus, tapi berubah menjadi kucing saat berhadapan dengan kekuasaan.
Bahkan, banyak akademisi yang telah berubah menjadi pelacur intelektual. Menjual harga diri demi sekerat tulang dunia yang tidak mengenyangkan. Merendahkan ilmu menjadi pengabdi kekuasaan, bukan menjadi bintang pemandu untuk menunjuki arah kekuasaan.
Jangan bosen, untuk terus dimintai persetujuan lagi atas sejumlah pernyataan hukum untuk membela permasalah publik.
Cak Slamet, jangan bosan mengundang saya menjadi narasumber diskusi PKAD. Saya bisanya cuma ngomong, tapi ya kebisaan kita inilah yang kita dermakan untuk memberikan pencerahan kepada umat.
Banyak sekali tema diskusi yang kita angkat, yang dapat memberikan sumbangsih pemikiran kepada umat, terutama dalam konteks perjuangan untuk menerapkan syariat Islam. Pokoknya jangan bosen, diskusi dan diskusi, disepakati dan disepakati, hingga kita semua memiliki kesepakatan nasional untuk arah perbaikan bagi bangsa Indonesia di masa depan.
Kiyai Haji Thoha Yusuf Zakariya, tolong jangan bosan mengundang saya ke Al Islah Bondowoso. Perjuangan al Maghfurlah Kiyai Muhammad Ma'shum, harus terus kita gelorakan.
Al Islah memang harus terus konsisten menjadi pondok pesantren yang berdiri di atas dan untuk kepentingan semua. Terima kasih oleh-oleh tapenya, tape khas Bondowoso tak ada duanya. Pokoknya, Mak Nyus!
Oh iya, terima kasih juga untuk hidangan kare kambingnya. Aromanya, sampai saat ini jika dibicarakan masih terus terngiang di dalam benak.
Kiyai Haji Thoha Kholili, Madura. Cucu dari Syaikhona Kholili, Madura. Masih konsisten dengan diet Ketto? Semoga selalu sehat dan bersemangat dalam perjuangan untuk menegakkan syariat Islam dan Khilafah.
Salam untuk semua Ulama di Madura tanpa terkecuali. Saya masih terkenang dengan durian hidangan Ra Azis, tolong kirim salam ke beliau, juga kepada KH Ali Salim. Oh iya, salam juga untuk Cak Badrodin Sakera.
Kiyai Abdul Halim dan Habib Muhammad Ba'aghil di Tuban. Semoga keduanya tetap sehat dan dalam naungan Ridlo Allah SWT.
Terakhir, Habib Ba'agil kurang sehat. Semoga sudah pulih seperti sedia kala. Kalau berkesempatan, insyaAllah nanti saya ke Tuban lagi. Jangan lupa, siapkan parfum seperti yang biasa, saya suka aromanya.
Selanjutnya saya ingin menyapa rekan sejawat. Saya mulai dari Bang Aziz Yanuar. Jangan bosan untuk terus membersamai umat, titip salam dulu Buat Bang Haji Munarman. Ba'da lebaran, semoga ada waktu bisa bareng kunjungan ke beliau.
Bang Ismar Syafruddin, semoga istiqomah membela para ulama dan ustadz korban densus 88. Terakhir, saya dengar sedang mengadvokasi ustadz dari Muhammadiyah Bengkulu karena dituduh teroris dan dikaitkan dengan JI.
Bang Al Katiri, saya setuju. Kita memang harus punya tim siap tanggap untuk membela ulama, khususnya yang dizalimi dengan dalih penegakan hukum.
Pembelaan di kasus Ustadz Farid Okbah, bisa menjadi rule model. Tim yang solid, pembelaan yang mengkombinasikan hukum, opini, politik dan dukungan publik.
Bang Azam Khan, sehat selalu. Jadi kepingin dibawain Samosa lagi, sekalian susu murninya. Yang kemarin, pasca minum susu sapi murni racikan Bang Azham, saat pulang tenaga saya jadi meningkat beberapa PK. Semoga, selalu siap sedia manakala umat membutuhkan dalam kegiatan advokasi hukum.
Bang Juju Purwantoro, sehat selalu ya. Entah sampai kapan kita akan terus melawan. Yang jelas, tetaplah terus menjadi advokat umat, berjuang membela umat, membersamai aktivis dan ulama.
Bang Yahya Rasyid, keep spirit. Kita harus kompak melawan mafia tanah. SK Budihardjo harus terus kita bela, hingga mafia tanah itu menyerah dan menginsyafi kesalahannya, mengembalikan hak dan meminta maaf atas segala kesalahan.
Bang Eggi Sudjana, semoga I'tikafnya mendapatkan Lailatul Qodar. Terus semangat menyuarakan kebenaran. Tetap konsisten menjadi 'Berani, Cerdas & Militan'.
Bang Refly Harun, jangan bosan dikunjungi dan berdiskusi di Channelnya. Ya, resikonya paling saya repoti untuk merelay sejumlah aktivitas public dependen yang saya lakukan. BTW, acara pertemuan 150 tokoh nasional yang lalu benar-benar keren cadas. 👍
Bang Edy Mulyadi, hehe. Aktivis 'Jin Buang Anak' ini tetap kritis dan lantang menyuarakan kebenaran meskipun pernah dipenjara. Bahkan, dalam selorohannya Bang Edy menyatakan siap untuk dipimpin Ahmad Khozinudin. Wkwk.
Tetap istiqomah menyuarakan kebenaran Bang, meski hanya via channel Youtube, suara-suara Bang Edy sangat dibutuhkan umat. Terus bimbing umat dengan pencerahan opini, lanjutkan jihad sosmednya.
Bang Rocky Gerung, terima kasih sudah berkenan menjadi ahli untuk Gus Nur. Sekedar konfirmasi, dendam jaksa menular kepada hakim sehingga hakim memvonis Gus Nur 6 tahun penjara.
Prof Aceng Ruhendi Syaifulloh, info Prof Majelis Hakim hanya mengadopsi pendapat Andhika Duta Bahari yang notabene ilmunya jauh dibawah Priof Aceng. Tapi, kami sangat berterima kasih Prof sudah berkenan menjadi ahli dan memberikan pencerahan kepada publik, khususnya terkait ilmu linguistik forensik.
Pak DR Muhammad Taufik, sekedar info. Pendapat ahli pidana Panjenengan dan Prof DR Mompang yang mewajibkan dihadirkan ijazah asli diabaikan hakim. Tanpa ijazah asli Jokowi, Gus Nur tetap divonis mengedarkan kabar bohong ijazah palsu.
Ustadz Muhammad Ismail Yusanto, terima kasih telah berkenan ikut terlibat dalam sejumlah pernyataan bersama untuk membela umat. Semoga, Allah SWT berikan kesehatan dan penjagaan terbaik, panjang umur, hingga bisa melihat langsung tegaknya Daulah Khilafah dimuka bumi, amien.
KH Ahmad Zain, jangan khawatir masih banyak konser-konser dakwah yang menunggu. Kita akan terus istiqomah menyuarakan kebenaran. Jika yang benar diam, sementara kebatilan terus diteriakan, maka tak ada lagi kehormatan dan derajat bagi seorang ulama untuk terus hidup dan menghirup udara yang disediakan Allah SWT.
Ustadz Mudriq al Hanan, kapan lagi bisa ke Solo ya? Kangen hidangan khas masakan Abi Mudriq. Semoga tidak menyesal pernah bertemu dan direpoti rumahnya untuk base camp sidang Gus Nur.
Pak Mudrick Setiawan Malkan Sangidoe, jangan khawatir Pak, kami yang muda akan terus melawan. Kami malu, panjenengan, Pak HM Syukri Fadholli masih istiqomah berjuang.
Kalau kami yang muda diam, lalu sejarah apa yang akan kami wariskan pada anak cucu kami kelak?
Lalu kepada KH Awit Mashuri, KH Slamet Ma'arif, Ustadz Yusuf Martak, Ustadz Ferry Koestanto, Ustadz Irwan Syaifulloh, Ustadz Bukhori Muslim, Ustadz Salman, Pak Soetoyo Abadi, Bang Novel Bamukmin, Ustadz Eka Jaya, Bang DHL, Bang Herman Kadir, dan masih banyak lagi nama, yang secara umum saya ingin sampaikan ajakan untuk terus istiqomah dalam perjuangan, apapun kondisinya. Kita tak boleh menunjukan sedikitpun sikap lemah pada penguasa zalim.
Meski mungkin nanti berbeda pelaksanaan hari raya, namun kita semua tetap harus bersatu dalam persaudaraan Islam. Merayakan hari kebahagiaan dengan berbagai keragaman.
Semoga, dengan datangnya Idul Fitri kali ini kita semua benar-benar kembali suci karena dosa-dosa kita telah diampuni oleh Allah SWT. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Amien. [].
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik