Tinta Media: hujan
Tampilkan postingan dengan label hujan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hujan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 November 2024

Hujan Membawa Berkah, Bukan Bencana



Tinta Media - Allah SWT  berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41, yang artinya: 

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan kerena perbuatan manusia ...."

Tamu di musim hujan datang lagi. Setiap penghujung tahun, hujan kerap turun mengguyur negeri ini. BMKG memprediksi akan turun hujan dalam beberapa hari ke depan dengan intensitas tinggi dan mengeluarkan imbauan bagi masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati.

Tidak bisa dimungkiri, daerah yang sering terkena banjir pasti siap siaga karena luapan air dari sungai Citarum sering meluap menggenangi rumah warga, seperti kampung Dayeuhkolot, kampung Andir, kampung Bojong Asih dan daerah sekitarnya.

Kali ini yang terkena banjir adalah Desa Banjaran Wetan.
Nampak lumpur masih mengendap mengotori pemukiman warga yang berdekatan dengan sungai Cigalugutug, Banjaran. Sejumlah warga juga terlihat masih melakukan evakuasi perabotan dan membersihkannya dari lumpur.

Upaya pemerintah dalam menanggulangi bencana banjir belum tepat sasaran. Hal ini butuh solusi yang langsung pada akar permasalahan, mengapa banjir bisa menjadi tamu setiap tahunnya?

Bencana banjir memang bukan perkara baru. Masalahnya, setiap musim hujan pasti terjadi langganan banjir. Kerugian materi maupun moril pun sudah tak terhitung lagi. Mau tidak mau, masyarakat harus legowo dengan keadaan ini. 

Banyak faktor penyebab terjadinya banjir selain faktor alam. Ada andil tangan manusia di dalamnya, mulai dari hutan yang banyak ditebang sehingga penyerapan air berkurang, lahan-lahan produktif dibangun untuk perumahan-perumahan ataupun pabrik-pabrik. Belum lagi tempat-tempat pariwisata dan infrastruktur lainnya. Semua itu tidak lain adalah ulah tangan manusia sendiri.

Di sistem yang diemban saat ini, kebijakan pembangunan kapitalistik sangat ekploitatif dan tidak memperhatikan aspek daya dukung lingkungan. Sejatinya hujan mendatangkan rahmat, bukan bencana. Curah hujan yang tinggi pun tidak akan jadi masalah jika lingkungan terjaga.

Maka dari itu, butuh solusi yang mampu menuntaskan masalah banjir ini hingga tuntas sampai ke akar-akarnya. Kalau hanya setengah-setengah, banjir akan terus menggenangi rumah warga setiap musim hujan tiba.

Hanya Islamlah yang mampu menuntaskan permasalahan yang terjadi saat ini, termasuk bencana banjir. Allah SWT telah menciptakan alam semesta beserta dengan kegunaannya. Adanya keseimbangan yang harmoni antara manusia dengan alam tanpa merusak atau mengubahnya akan mengantarkan pada kesejahteraan dan ketenteraman hidup. Wallahu 'alam bish shawwab.




Oleh: Ummu Zaki
Sahabat Tinta Media

Rabu, 21 Februari 2024

Benarkah Hujan Lebat Penyebab Banjir?


Tinta Media - Siapa yang rajin membuka informasi tentang prakiraan cuaca di musim hujan ini? Berita tentang hujan, petir, curah hujan yang tinggi kini menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Bukan hanya masyarakat yang tinggal di perkotaan, yang tinggal di pedesaan pun khawatir dengan datangnya hujan deras karena menyebabkan banjir di wilayah mereka.

Terbukti di puncak musim hujan ini, hampir semua wilayah di nusantara mengalami banjir. Lampung, Demak, Sidoarjo,  dan wilayah lainnya mengalami banjir yang melumpuhkan aktivitas warga, menimbulkan kerugian materi dan mengancam jiwa. Pemerintah setempat dengan serempak menyatakan bahwa penyebab banjir adalah curah hujan yang tinggi, meskipun akhirnya mereka menambahkan penyebab yang lain seperti pendangkalan sungai dan  pengalihan lahan.

Bencana banjir kerap berulang terjadi, tetapi antisipasi selalu diabaikan. Pendangkalan sungai seharusnya ditangani sebelum bencana. Edukasi kepada masyarakat dilakukan secara rutin agar mereka memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan dan fungsi sungai.

Selain disebabkan faktor alam, pendangkalan sungai ekstrem yang menyebabkan banjir juga karena faktor aktivitas manusia. Sampah-sampah yang dibuang sengaja atau tidak sengaja menjadikan arus sungai terhambat total. Ketika volume air bertambah karena hujan deras, sungai tidak mampu menampung. Akhirnya air meluber membanjiri pemukiman, jalan, dan fasilitas umum lainnya. 

Selain karena sampah, pendangkalan sungai semakin parah terjadi karena tanah dan lumpur dari hutan yang telah digunduli ikut terkikis mengikuti arus air hujan, dan mengendap di dasar sungai.

Penanganan pasca banjir juga terkesan lambat, bahkan sering kali tanpa penanganan dari pihak berwenang, seolah-olah bencana banjir adalah hal yang biasa. Akhirnya, tidak ada rasa empati kepada korban banjir yang kehilangan harta, bahkan bertaruh dengan keselamatan jiwanya.

Sampai kapan ini terjadi? Sampai negeri ini memahami bahwa keberkahan hidup hanya bisa dinikmati ketika taat kepada Allah dan Rasulullah. Turunnya hujan pertanda turunnya rahmat dari Allah, bukan bencana. Hutan gundul dan sampah melimpah adalah hasil dari sistem kapitalis, sistem hidup yang memfasilitasi keserakahan. Sumber daya alam dieksploitasi tanpa ada upaya reservasi.

Dalam Islam, penguasa dan aparat tulus melayani rakyat. Bukan semata agar menjadi petahana, tetapi mereka sangat khawatir akan tanggung jawab di akhirat kelak. Mengurusi rakyat dengan penuh kasih sayang adalah kewajiban yang mereka jalani.

Jangankan banjir yang meluluhlantakkan kehidupan ribuan warga, terperosoknya kuda di jalanan berlubang pun menjadikan para pemimpin dalam Islam waspada. Mereka akan senantiasa menjaga keamanan dan kenyamanan rakyatnya.


Oleh: Khamsiyatil Fajriyah
Pengajar Ponpes Nibrosul Ulum Siwalan Panji
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab