Tinta Media: hari kiamat
Tampilkan postingan dengan label hari kiamat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hari kiamat. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 Desember 2023

Dampak Iman pada Hari Kiamat



Tinta Media - Sobat.  Iman pada hari kiamat akan mampu mendorong setiap mukmin untuk berpikir sebelum melakukan tindakan. Sebab, ia yakin bahwa semua amal perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban dan ia menerima balasannya, baik atau buruk sesuai dengan perbuatannya itu. 

Allah SWT berfirman: ”Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” ( QS. Az-Zalzalah (99): 7-8 ) 

Sobat. Dalam ayat-ayat ini, Allah merincikan balasan amal masing-masing. Barang siapa beramal baik, walaupun hanya seberat atom niscaya akan diterima balasannya, dan begitu pula yang beramal jahat walaupun hanya seberat atom akan merasakan balasannya. Amal kebajikan orang-orang kafir tidak dapat menolong dan melepaskannya dari siksa karena kekafirannya. Mereka akan tetap sengsara selama-lamanya di dalam neraka. 

Oleh karena itu iman pada hari akhir  mempunyai dampak positif  bagi kehidupan seseorang, yakni : 

1. Senantiasa menjaga diri untuk selalu taat  kepada Allah SWT dan berusaha menjauhi segala larangan-Nya karena takut siksaan kelak dikemudian hari. 

2. Menghibur  dan mendorong manusia untuk bersabar, bahwa kebahagiaan bagi mukmin yang belum diperolehnya di dunia akan diterimanya di kemudian hari. 

Sobat. Iman kepada hari kiamat membawa konsekuensi logis untuk iman pada adanya catatan amal perbuatan manusia. Setiap manusia akan menerimanya pada hari pembalasan itu. 

Allah SWT berfirman : 

وَكُلَّ إِنسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِۖ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنشُورًا اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا  

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu". ( QS. Al-Isra’ (17) : 13-14 ) 

Sobat. Allah SWT menjelaskan bahwa masing-masing manusia dicatat amal perbuatannya dalam suatu buku catatan dan tetap tercatat di dalamnya seperti kalung yang tetap berada di leher mereka. Amal perbuatan tersebut mencakup amal baik dan amal buruk, besar maupun kecil, yang diperbuat manusia atas dasar pilihannya sendiri. 

Perumpamaan tetapnya catatan-catatan mereka dalam kitab itu dengan tetapnya kalung pada leher manusia, sebagai kiasan bahwa catatan itu akan tetap terpelihara, tidak akan hilang atau terhapus, dan selalu dinisbahkan pada seseorang.

Selanjutnya Allah SWT menegaskan bahwa kitab yang mengandung catatan amal perbuatan manusia itu akan dikeluarkan dari simpanannya pada hari kiamat, dan akan diperlihatkan kepada mereka, sehingga mereka dapat mengetahui isinya secara terbuka. 

Dalam ayat yang lain dijelaskan bahwa tugas pencatatan amal perbuatan manusia itu diurus oleh malaikat. Allah SWT berfirman:

Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (amal perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Infithar/82: 10-12) 

Hadis Nabi Muhammad berikut menerangkan lebih jelas hal yang sama: 

Diriwayatkan dari Al-hasan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Allah berfirman kepada Bani Adam, "Hai Bani Adam! Kami telah membuka lembaran-lembaran Kitab, dan telah ditunjuk dua malaikat yang mulia sebagai wakil: satu di sebelah kanan, dan satu lagi di sebelah kiri. Adapun yang di sebelah kanan, pekerjaannya mencatat amal baikmu, sedang yang di sebelah kiri mencatat amal perbuatan burukmu. Maka berbuatlah menurut kesukaanmu amal perbuatan yang banyak atau yang sedikit sehingga ajal datang merenggutmu. Dan apabila engkau telah mati, Aku lipat lembaran-lembaran kitab itu dan Aku kalungkan ke lehermu dan tetap bersamamu dalam kubur hingga hari kiamat. Pada hari itu, kitab itu akan dikeluarkan dan engkau menemuinya dalam keadaan terbuka. 

Bacalah kitab catatan itu niscaya pada hari itu engkau akan mengetahui bahwa kitab itu cukup sebagai penghisab amal perbuatanmu. (Riwayat Ibnu Jarir ath-Thabari) 

Sobat. Ayat ini menjelaskan bahwa pada hari kiamat, manusia tidak dapat memungkiri catatan-catatan itu, karena pencatatnya adalah para malaikat yang memang ditunjuk oleh Allah, yang pekerjaannya khusus mencatat amal perbuatan manusia. Itulah sebabnya maka Allah SWT menegaskan di akhir ayat bahwa cukuplah pada hari itu diri mereka sendiri sebagai penghisab amal perbuatan mereka. 

Maksudnya semua catatan yang termuat dalam kitab itu cukup akurat sebagai bukti karena apa yang tercatat dalam kitab itu merupakan rekaman dari amal perbuatan mereka. Seolah-olah mereka sendirilah yang membuat catatan-catatan itu. Firman Allah: 

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَاوَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَاۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا  

Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya," dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun. (al-Kahf/18: 49) 

Dengan demikian, tidak perlu adanya bukti-bukti lain sebagai penguat karena semua catatan yang tergores dalam kitab itu menjadi bukti yang sangat meyakinkan, sehingga tidak bisa ditambah atau dikurangi lagi. 

Sobat. Dalam ayat ini, Allah SWT menambahkan keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di hari kiamat, yaitu buku catatan amal perbuatan seseorang semasa hidupnya di dunia diberikan kepadanya. Isi catatan itu ada yang baik dan ada yang buruk, dan ada yang diberikan dari sebelah kanan, ada pula yang dari sebelah kiri. Orang-orang mukmin dan beramal saleh menerimanya dari sebelah kanan, lalu ia melihat isinya. Ternyata kebaikannya lebih besar dari kejahatannya, dan kejahatan itu segera diampuni oleh Allah swt. Maka dia dimasukkan ke dalam surga, sebagaimana firman Allah SWT:

Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, "Ambillah, bacalah kitabku (ini)." Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai, dalam surga yang tinggi. (al-haqqah/69: 19-22) 

Sobat. Kepada orang kafir dan orang yang bersalah, kitab catatan amal mereka di dunia diberikan dari sebelah kiri. Lalu mereka melihat isinya, dan ternyata penuh dengan catatan dari berbagai kejahatan, baik berupa perbuatan ataupun perkataan. Bukti-bukti demikian itu menimbulkan rasa ketakutan di hati mereka terhadap hukuman Allah dan kecaman-kecaman manusia. Dengan penuh penyesalan mereka berkata, "Aduhai, celaka kami, mengapa buku catatan ini sedikit pun tidak meninggalkan kesalahan kami yang kecil apalagi yang besar, semuanya dicatatnya." Keadaan mereka diterangkan Allah lebih jauh dengan firman-Nya:

Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, "Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku, sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku, Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku." (Allah berfirman), "Tangkaplah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya." Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. (al-haqqah/69: 25-31) 

Sobat. Mereka mendapatkan segala tindakan mereka yang melanggar aturan agama dan kemanusiaan tertulis di hadapan mereka. Mereka lupa bahwa selama hidup di dunia ada malaikat-malaikat yang selalu mencatat dengan teliti segala perbuatan dan perkataan mereka. Firman Allah swt:

Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (amal perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Infithar/82: 10-12) 

Sobat. Semua perbuatan manusia sengaja ditulis dalam buku catatan amal untuk diperlihatkan kepada mereka pada hari kiamat. Firman Allah SWT:

(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan.... (ali 'Imran/3: 30)
Sobat. Tidak ada seorang pun pada hari kiamat itu yang teraniaya. Setiap amal perbuatan akan ditimbang betapa pun kecilnya. Allah SWT menjamin tegaknya keadilan pada hari itu. Firman-Nya:

Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit ; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. (al-Anbiya'/21: 47) 

Sobat. Allah SWT tidak akan merugikan hamba-hambanya, sebaliknya akan memberikan pengampunan kepada mereka yang bersalah, kecuali dosa kekufuran. Dia memberikan hukuman kepada mereka berdasar hikmah dan keadilan-Nya. Allah memberikan pahala bagi mereka yang taat, dan menjatuhkan hukuman bagi yang berbuat maksiat. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN

Jumat, 04 Agustus 2023

Kebanyakan Manusia Membayangkan Hari Kiamat Masih Lama



 
Tinta Media - Khadim Ma'had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor, Ustadz Arief B. Iskandar (ABI) mengatakan bahwa kebanyakan manusia membayangkan hari kiamat masih lama.
 
“Kebanyakan manusia membayangkan hari kiamat masih sangat lama. Masih sangat jauh. Entah masih ribuan tahun lagi. Bahkan mungkin masih jutaan tahun lagi,” ungkapnya kepada Tinta Media, Jumat (4/8/2023).
 
Namun, ia mengatakan, tidak demikian menurut Allah Swt. Ia mengutip Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 19.  
 
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan hendaknya setiap diri kalian memperhatikan apa yang telah dia persiapkan untuk hari esok.
 
“Para mufassir, seperti Imam Ibnu Katsir dan Imam al-Qurthubi, umumnya sepakat bahwa yang dimaksud dengan "hari esok" adalah hari kiamat. Hari kiamat disebut "hari esok", menurut sebagian mufassir, karena begitu dekat kedatangannya, seperti datangnya esok hari,” jelasnya.
 
Hari kiamat, lanjutnya,  adalah penanda awal alam akhirat. Hari kiamat terjadi saat malaikat meniup sangkakala yang pertama. Tiupan pertama ini menghancurkan seluruh kehidupan di jagat raya. Tiupan pertama disusul dengan tiupan kedua yang membangunkan kembali semua mahluk. Inilah yang Allah Swt. gambarkan dalam al-Quran surat Az-Zumar ayat 68.
 
“Semua manusia terbangun dan bergegas menuju ke padang mahsyar, untuk dihisab perbuatan baik dan buruknya yang dilakukan selama berada di alam dunia. Pada saat itu sudah ada yang celaka dan ada pula yang berbahagia. Begitulah sebagaimana firmanNya dalam Al-Qur’an surat Yasin ayat 51 sampai 54, dan Hud ayat 103 sampai 105,” bebernya.  
 
Hari Kebangkitan
 
ABI mengatakan, setelah terjadi hari kiamat, disusul dengan hari kebangkitan. Di alam akhirat akan ada pengumpulan semua manusia di padang mahsyar.
 
“Padang mahsyar adalah tempat penghitungan amal. Di sinilah terjadi hari perhitungan. Pada peristiwa ini seluruh umat manusia mulai dari Nabi Adam as. sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat,” jelasnya.  
 
Orang-orang yang mulia, ucapnya,  telah diberi ketetapan yang baik dari Allah Swt. “Mereka itu dijauhkan dari neraka dan tidak mendengar sedikitpun suara api neraka. Mereka juga tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar yang terjadi pada hari kiamat sebagaimana yang digambarkan dalam surat Al-Anbiya ayat 101 sampai 104,” paparnya.
 
Menurut ABI, keadaan manusia pada hari kiamat pada umumnya berada dalam kepanikan yang amat dahsyat. Namun, ada pula yang bergembira, bergantung pada amalan masing-masing, sebagaimana firman-Nya dalam surat Abasa ayat 33 sampai 42;
 
“Jika datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkan mereka. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria. Banyak pula muka pada hari itu tertutup debu dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.”
 
Menyesal
 
ABI mengatakan, orang-orang yang selama di alam dunia mengingkari adanya hari kebangkitan dan perjumpaan mereka dengan Allah Swt. pada hari kiamat akan menyesal.
 
“Mereka pun akan menerima azab dengan memikul dosa-dosa yang telah mereka lakukan, sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-An’am ayat 30 sampai 31,” imbuhnya.
 
Setiap manusia, kata ABI,  akan diadili di pengadilan akhirat dengan membela diri sendiri saat diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya di dunia.
 
“Tidak ada orang lain yang bisa menggantikan kita atau membela kita di pengadilan akhirat di hadapan Hakim Yang Mahaadil, Allah Swt.,” tandasnya.  
 
Ia menegaskan, dipastikan manusia diminta pertanggungjawabannya atas apa pun yang  pernah dikerjakan di dunia, dengan segala argumentasi dan alasan-alasan pembenaran perbuatannya.  Hal ini ditegaskan Allah dalam surat Al-Qiyamah  ayat 13 sampai 15; An-Nur ayat 24, Yasin ayat 65.
“Bahkan semua anggota tubuh manusia, termasuk kulitnya, ikut menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan manusia di dunia, sebagaimana dilukiskan dalam surat  Fushshilat ayat 19 sampai 22,” ucapnya.
 
Surga atau Neraka
 
Menurut ABI, setelah nasib manusia  dijatuhkan vonis bermacam-macam, pada akhirnya, di alam akhirat, tempat terakhir manusia ada di antara dua, surga atau neraka.
 
“Surga adalah tempat orang yang bertakwa. Neraka adalah tempat bagi orang-orang kafir dan fasik yang banyak berbuat dosa,” tambahnya.  
 
 
Ia menjelaskan, orang kafir dan fasik dibawa ke neraka Jahanam berombong-rombongan. Saat mereka sampai ke neraka itu, dibukakanlah pintu-pintunya. Tentu, Neraka Jahanam inilah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.
 
“Sebaliknya, orang-orang yang bertakwa kepada Allah Swt. dibawa ke dalam surga berombong-rombongan pula. Saat mereka sampai ke surga itu, terbukalah pintu-pintunya. Tentu, surga itulah sebaik-baik tempat bagi orang-orang yang beramal shalih, sebagaimana dijelaskan dalam surat Az-Zumar ayat 73 sampai 74,” bebernya.
 
Terakhir ABI mempertanyakan, jika pada akhirnya surga adalah tujuan akhir dari hidup manusia di dunia ini, sudahkah manusia melayakkan diri menjadi salah satu penghuninya kelak?
 
“Caranya tentu dengan terus-menerus berusaha menjadi pribadi yang benar-benar bertakwa, yang senantiasa berupaya memperbanyak amal shalih, berusaha selalu taat kepada Allah Swt, serta tidak melakukan banyak dosa dan maksiat kepada-Nya,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.
 
 
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab