Tinta Media: giat
Tampilkan postingan dengan label giat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label giat. Tampilkan semua postingan

Jumat, 08 Desember 2023

Giat literasi, Tak Lagi Menjadi Visi


Tinta Media - Pemkab Bandung melaksanakan Jambore Literasi Tingkat Kabupaten Bandung yang bertempat di Awana Resort Kecamatan Rancabali Rabu, 22 November 2023. Jambore Literasi itu dihadiri oleh 1200 peserta mulai dari siswa SD dan SMP yang berdomisili di Lingkungan Dinas Kabupaten Bandung. Dalam kesempatan itu, Bunda Literasi Kabupaten Bandung Hj. Emma Dety Dadang Supriatna menyatakan bahwa “Gerakan literasi Pemkab Bandung ini diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan budaya literasi pada ekosistem Pendidikan dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat  guna untuk meningkatkan sumber daya manusia menuju generasi emas Indonesia 2045”. 

Dety juga menambahkan bahwa salah satu faktor keberhasilan pembangunan fisik maupun non fisik adalah Sumber Daya Manusia (SDM), Upaya pembinaan terhadap kualitas SDM pun telah diupayakan salah satunya melalui jalur Pendidikan. Deti menyoroti bahwa hal mendasar dalam penyelenggaraan Pendidikan baik itu formal maupun non formal adalah kemampuan membaca, menulis dan berhitung (calistung). Kemampuan calistung inilah yang merupakan keterampilan yang harus dipupuk dan di bina sehingga nantinya dapat berkembang menjadi sebuah kebudayaan di tengah masyarakat. (pasjabar.com 23 November 2023)

Tingkat literasi Indonesia memang terhitung rendah, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2019 Indonesia berada di ranking 62 atau di posisi 10 negara terbawah dengan tingkat literasi rendah.

 Dalam kehidupan yang bernaung di bawah sistem kapitalisme, buku masih dianggap sebagai kebutuhan sekunder bahkan tersier yang dipandang “mewah” bagi sebagian masyarakat. Harga buku yang terasa relatif mahal apalagi bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah menjadikan masyarakat lebih memilih membelanjakan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok yang lebih urgen dan menyisihkan uang untuk memenuhi keperluan penting lainnya dibanding untuk membeli buku. 

Apalagi di era digitalisasi hari ini informasi sangat mudah didapat, masyarakat termasuk para pelajar lebih suka menggunakan mesin pencarian seperti Google, Youtube dan lainnya dalam gawai mereka dibanding harus membuka buku untuk mencari informasi ataupun dalam membantu pembelajaran karena dipandang lebih praktis, lebih menarik, dan tidak monoton. 

Mayoritas masyarakat masih menganggap aktivitas membaca buku sebagai aktivitas menghabiskan waktu (to kill time) bukan aktivitas mengisi waktu (to full time) sehingga mereka belum menjadikan aktivitas membaca sebagai “habit” melainkan hanya “iseng- iseng” saja. 

Minimnya minat baca masyarakat terutama pelajar juga tidak bisa dipisahkan dengan sarana dan prasarana pendidikan di negeri ini yang keadaannya belum merata. Infrastruktur yang tersedia di lapangan belum mencukupi dan masih kurang untuk mendukung kegiatan literasi masyarakat.

 Terbatasnya sarana dan prasarana literasi seperti ketersediaan perpustakaan yang belum sesuai standar dan memiliki buku yang kurang bervariasi menjadikan minat membaca para pelajar dan masyarakat masih kurang. Walaupun keberadaan sarana dan prasarana literasi ini adalah komponen penting yang mendukung dalam proses pembelajaran siswa, namun sayangnya masih banyak sekolah di Indonesia yang belum mempunyai sarana dan prasarana literasi yang mendukung dan lengkap.

Keadaan ini adalah dampak dari sistem kapitalisme yang tegak hari ini, dalam sistem ini paradigma kehidupan bertumpu pada keuntungan materi sebanyak mungkin. Hal ini jelas berpengaruh pada periayahan negara yang menjadi lebih memprioritaskan sesuatu yang bersifat menguntungkan. Ketika melihat pangsa pasar dan minat masyarakat lebih condong pada hiburan, negara pun mengikuti minat konsumen untuk lebih memprioritaskan fasilitas hiburan dibanding menyediakan fasilitas Pendidikan. 

Apalagi keadaan ini diperparah dengan dampak dari penerapan sistem ekonomi kapitalis menjadikan negara tidak punya biaya yang mumpuni untuk membangun sarana pendidikan berkualitas seperti perpustakaan- perpustakaan yang lengkap sebagai sarana penunjang pendidikan. Apalagi untuk daerah pelosok, warga daerah harus pergi ke pusat kota untuk dapat menikmati fasilitas perpustakaan yang nyaman dan lengkap.

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa kewajiban menuntut ilmu itu waktunya dari semenjak buaian ibu (bayi) hingga ke liang lahat (meninggal dunia). Dari sabda rasul ini kaum muslim akan mengetahui betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan, baik dalam beribadah, melakukan aktivitas amal sholeh dan dalam melakukan kegiatan keseharian. Maka dari itu negara dalam Islam menjadikan pendidikan sebagai wasilah dalam meraih ilmu pengetahuan sebagai kebutuhan asasi warga negara Islam yang harus dipenuhi dan mudah untuk diakses masyarakat. 

Negara Islam juga memandang bahwa Pendidikan ini adalah kunci dibentuknya manusia- manusia yang bisa beribadah kepada Allah dengan benar dan manusia- manusia yang bisa memakmurkan bumi ciptaan-Nya dengan konsep inilah negara menyelenggarakan setiap kebijakan dalam Pendidikan. 

Apapun kebijakan yang ditempuh negara menjadikan aqidah Islam sebagai landasan dan mengimplementasikan setiap kebijakan secara totalitas. Termasuk dalam menyediakan sarana Pendidikan seperti perpustakaan, apalagi perpustakaan adalah tempat tersimpannya buku- buku sebagai sumber ilmu. Hal ini menjadikan negara Islam menaruh perhatian besar terhadap perpustakaan. Perpustakaan dapat dengan mudah ditemukan di tempat umum seperti Istana Khalifah, sekolah- sekolah, rumah belajar membaca dan tulis, universitas- universitas, pusat ibu kota pemerintahan bahkan hingga ke kota- kota di daerah terpencil dengan koleksi perbendaharaan buku yang lengkap. 

Di masa negara Islam, perpustakaan dibuat menjadi tempat senyaman mungkin dan menyenangkan untuk belajar. Tak hanya itu, bagi siapa saja yang ingin menghabiskan waktu  untuk belajar, membaca dan menelaah buku- buku disediakan fasilitas penginapan, pemberian makanan dan minum, bahkan diberikan gaji oleh negara. Beberapa perpustakaan yang lengkap di masa Islam salah satunya adalah perpustakaan madrasah Al Fadiliyah yang mempunyai koleksi hingga 100.000 buku, padahal masa itu belum ada mesin percetakan.

 Perpustakaan lainnya yang terkenal adalah Khizanatul al Hakam ats Tsani dengan koleksi 400.000 kitab 
Dengan masyarakat yang berkepribadian Islam sebagai output dari Pendidikan Islam, menjadikan masyarakat gemar menuntut ilmu dan menghabiskan waktu mereka untuk menggali ilmu pengetahuan serta menulis banyak kitab, sebut saja diantaranya Al kindi yang menulis hampir 300 buku tentang masalah kedokteran, filsafat dan musik. Musa Al Khawarizmi matematikawan termahsyur dan penemu aljabar menulis kitab Al- Jabr wa’al- Muqabilah yang terkenal. Para ilmuan muslim mendedikasikan diri dan ilmu pengetahuan mereka semata untuk kemuliaan Islam dan umatnya. Dengan begitu cahaya ilmu pengetahuan akan dapat dirasakan dan menerangi peradaban gemilang.


Wallahu ‘alam bishawab.

Oleh : Selly Nur Amelia
Aktivis Muslimah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab