Pesta Demokrasi Rawan Gangguan Mental
Tinta Media - Menggelitik, kegagalan berujung perawatan. Mirisnya lagi, ini adalah perawatan mental atau gangguan jiwa. Seperti yang dilansir oleh Kompas TV, sejumlah rumah sakit menyiapkan ruangan khusus untuk pasien yang stres atau mengalami gangguan jiwa akibat gagal dalam pemilihan anggota legislatif (pileg) di gelaran pemilu 2024. Seperti Rumah sakit Oto Iskandar Dinata, rencananya menyiapkan 10 kamar khusus atau VIP sebagai antisipasi membeludaknya kasus ini.
Irfan Agus, Wadir Pelayanan RSUD Oto Iskandar Dinata menyatakan bahwa pihaknya sudah memiliki dokter spesialis penyakit jiwa. Untuk pasien ringan, perawatan bisa dilakukan dengan rawat jalan. Pihaknya juga menyediakan 10 ruangan VIP untuk persiapan pemilu. (kompas.tv, Jumat 24/12/2023)
Fenomena ini membuktikan bahwa sistem demokrasi rawan gangguan mental. Di sisi lain, menjadi seorang pejabat adalah impian karena dianggap dapat meningkatkan harkat martabat, juga jalan pintas untuk mendapatkan keuntungan.
Mengapa para intelektual yang sedang berkuasa saat ini tidak mengambil banyak pelajaran dari segala masalah yang ada? Harusnya negara bisa memberikan solusi tuntas agar kondisi yang buruk bisa diperbaiki atau mencabut permasalahan sampai ke akar-akarnya.
Untuk mewujudkan berbaikan, negara perlu mengambil sistem kepengurusan negara yang sahih berdasarkan syariat Islam, yakni bersumber dari Al-Qur'an. Dengan aturan tersebut, tidak ada seorang manusia pun yang bisa mengubah apalagi memperjualbelikan hukum demi kepentingan pribadi atau komplotannya.
Umat harus sadar bahwa memilih pemimpin ada aturannya, bukan asal berani bayar berapa, bukan bermodalkan janji-janji manis belaka. Memilih pemimpin juga bukan dengan slogan-slogan, seperti "Untuk rakyat, demi rakyat". Faktanya, pejabat makan enak, rakyat masih melarat.
Masih banyak lagi cara-cara mereka dalam membujuk masyarakat untuk ikut serta memenangkan dirinya. Namun, setelah terpilih, rakyat atau masyarakat justru ditindas
Kekuatan mental seseorang akan menentukan sikap individu itu terhadap hasil pemilihan. Faktanya, pendidikan saat ini terbukti gagal membentuk kepribadian yang tangguh, kuat, dan taat. Alhasil, kasus seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan akibat gagal dalam pemilihan umum terus berulang dan meningkat di tengah masyarakat.
Berbeda cerita dengan cara pemilihan pemimpin dalam sistem Islam. Islam menjawab semua permasalahan, termasuk urusan pemerintahan. Dalam Islam, ada beberapa syarat untuk menjadi seorang pemimpin, di antaranya adalah harus seorang muslim, laki-laki (tidak boleh seorang perempuan) Syarat lainnya adalah akil dan baligh. Artinya, ia memiliki umur yang cukup sehingga bisa membedakan mana benar sehat jasmani dan rohani. Kalau sudah menunjukkan tanda-tanda "ketidakwarasan", artinya dia sudah gugur sebelum pemilihan.
Syarat lainnya adalah harus adil dan memiliki kemampuan.
Yang tidak kalah penting, mereka yang mewakili masyarakat dalam memilih pemimpin bukanlah orang biasa. Maksudnya apa? Mereka adalah para alim ulama yang berpegang teguh pada syariat Islam kaffah. Mereka merupakan representatif umat yang membaiat dengan baiat in'iqad untuk mengangkat seorang pemimpin.
Bukan seperti sistem demokrasi saat ini, penghafal Qur'an memilih, tukang togel juga memilih, ustaz ustazah memilih, bahkan maling dan tukang bohong juga memilih. Jadi, selain berbiaya tinggi, prosesnya lama dan hasil yang didapat juga jauh dari syariat agama
Negara harus kembali ke jalan kebenaran yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Negara harus menerapkan syariat Islam secara kaffah sebagai dasar kepengurusan umat.
Islam sudah terbukti mampu mengatur urusan umat manusia di dunia, memberikan rasa nyaman, aman, sejahtera, dan makmur ke dua pertiga dunia. Ini berlangsung selama berabad-abad dalam kekuasaan yang disebut khilafah
Hanya sistem Islam yang mampu menjaga, melindungi, dan mengurus semua keperluan umat. Pemimpin dalam sistem Islam tahu dengan pasti akan amanah dan tanggung jawabnya, juga atas apa yang ia pikul dan ia pimpin karena semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Wallahu alam.
Oleh: Yeni Aryani
Sahabat Tinta Media